`````````````````````````
H O T   S P O T
[EMAIL PROTECTED]
^*^*^*^*^*^*^*^*

Jepang Ingin Teliti Kerukunan Beragama Indonesia
Reporter : Abdul Haerah H.R.

detikcom (5/3/02) - Jakarta, Meski kerap diwarnai konflik berbau agama, tapi
Indonesia masih bisa dijadikan tempat penelitian kerukunan hidup beragama
oleh negara lain. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Jepang berencana
meneliti soal ini di Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, Manado, Banten, dan
Makassar.

Keinginan itu dikemukakan peneliti dari Bunkyo University Prof. Nakamura
Hisako saat bertemu dengan Gubernur Sulawesi Selatan Zainal Basri Palaguna,
Senin (04/03/2002) di Makassar.

Menurut Hisako, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Jepang, saat ini sangat
membutuhkan data primer tentang kerukunan hidup antarumat beragama di
sejumlah daerah di Indonesia, termasuk Sulsel.

Ia mengakui, Jepang belum mengerti kerukunan umat beragama di Indonesia,
khususnya Sulsel dan keberhasilan daerah itu menjadi fasilitator perdamaian
dua daerah yang terlibat konflik di Kawasan Indonesia Timur (KTI), Poso,
Sulteng dan Ambon, Maluku.

"Terus terang pemerintah jepang belum mengerti kerukunan hidup beragama yang
dianut masyarakat Indonesia, seperti di Makassar ini, karena itu kami
tertarik untuk melakukan penelitian," jelas Nakamura yang ditemani suaminya
Prof Dr Mitsuo.

Ketertarikan meneliti di Makassar, ungkap Hisako, karena daerah ini pernah
dilanda konflik bernuansa agama. "Dalam persepsi orang Jepang, Indonesia
goyang akibat agama. Tapi, ternyata setelah konflik berakhir, solidaritas di
antara umat beragama makin justeru menjadi kuat," tuturnya.

Yang akan dijadikan obyek penelitian, kata Nakamura, meliputi pemerintah
daerah, tokoh-tokoh agama dan tokoh masyarakat. Penelitian itu sendiri akan
dilakukan sekitar satu bulan di enam kabupaten/kodya di Indonesia. Selain
itu, penelitian serupa juga dilakukan di beberapa negara seperti Iran,
Bangladesh, Pakistan, India dan Turki.

Menjawab pertanyaan wartawan, Nakamura mengatakan, penelitian itu dilakukan
sebagai persiapan bagi Jepang menghadapi pergaulan dunia yang semakin
meningkat. Hasil-hasil penelitian itu, lanjunya akan disajikan dan
dipresentasikan di depan pemerintah Jepang.

Alasan lain pihaknya melakukan penelitian di Indonesia karena banyak tenaga
kerja Indonesia (TKI) yang bekerja di Jepang. Seperti, jadi pelatih pada
beberapa pabrik. Namun akibat kurangnya pemahaman orang Jepang terhadap
agama yang dianut TKI Indonesia, menimbulkan beberapa kendala bagi mereka
dalam menjalankan ibadah sesuai agamanya masing-masing.

Karena itu, mereka berharap, hasil penelitian itu nantinya akan memberi
pemahaman bagi orang Jepang sendiri terntang kerukunan hidup beragama.

Mediator Perdamaian

Sementara itu, Gubernur Sulsel Zainal Basrie Palaguna mengatakan, Sulsel
memang menjadi barometer Kawasan Timur Indonesia. Tetapi, bukan berarti
kekacauan yang terjadi di beberapa daerah di KTI, juga terjadi di Sulsel.

Bahkan, kata Palaguna, Sulsel telah terbukti menjadi tempat diupayakan
perdamaian di antara pihak-pihak yang bertikai seperti Poso, Sulteng dan
Ambon, Maluku.

Palaguna menambahkan, dalam penyelesaian konflik, setidaknya ada tiga hal
yang dijadikan pegangan bagi Sulsel, yakni budaya, agama dan hukum.

"Dalam penyelesaian setiap konflik, Sulsel menggunakan tiga pendekatan itu.
Kalau terjadi konflik, selalu diimbangi dengan pendekatan budaya. Bila
pendekatan ini, kurang maksimal akan dilanjutkan dengan pendekatan agama.
Kalau ini gagal, barulah kemudian hukum yang berbicara," kata Palaguna.(gtp)


Kirim email ke