**************************
Laporkan Situasi lingkungan
<[EMAIL PROTECTED]>
Atau Hub Eskol Hot Line
Telp: 031-5479083/84
**************************

---------------------
Artikel Eskol-Net:
---------------------

"Sistem dan Moralitas Pemimpin" (1)
(Oleh: Augustinus Simanjuntak)

Penyebab bobroknya suatu sistem pemerintahan dapat diibaratkan dengan
sebuah bola salju.  Yakni bola yang pada awalnya kecil, namun ketika
menggelinding ia kian lama semakin besar.  Sesusai dengan kiasan ini,
seorang atau sekelompok warga yang sedang berkuasa yang tidak bermoral baik
di kemudian hari akan membentuk aparatur pemerintah dan anggota masyarakat
yang lebih tidak bermoral, apalagi jika masyarakatnya masih cenderung
paternalistik. Dan selanjutnya anggota-anggota masyarakat yang kian jahat
itu mau tidak mau akan melahirkan masyarakat yang bertambah-tambah lagi
jahatnya. Bahkan, warga yang semula baik bisa terdorong untuk melakukan
kejahatan sebagai akibat korban sistem. Sistem yang sudah tertera dalam
konstitusi negara justru banyak diselewengkan serta ditafsirkan semena-mena
oleh penguasa untuk mempertahankan kekuasaannya.  Demikian seterusnya
sistem itu semakin bobrok, hingga membentuk semacam lingkaran setan.

Apabila hal seperti di atas yang terjadi, maka sudah tidak relevan lagi
mempertanyakan mana yang menjadi penyebab dan yang mana yang menjadi
akibat. Ibarat mempertanyakan mana yang lebih dahulu: ayamnya atau
telurnya.  Sebab dalam hal ini yang menjadi penyebab telah menjadi akibat,
dan yang akibat telah menjadi penyebab. Oleh karena itu, lebih relevan bila
mempersoalkan: bagaimana memutuskan lingkaran setan yang menyelimuti sistem
itu. Ada dua hal penting yang perlu mendapat perhatian dalam memperbaiki
suatu sistem pemerintahan yang bobrok. Pertama, masalah moralitas pemimpin.
Kedua, ialah menyangkut perbaikan sistem itu sendiri, dengan
mengembalikannya pada posisi ideal sesuai dengan cita-cita para “The
Fouding Fathers”.

Moralitas Pemimpin
=================

Upaya pertama yang harus dilakukan adalah dengan “menghentikan bola salju
itu agar jangan terus bergulir semakin membesar. Bola salju itu harus
dibiarkan mencair”.  Artinya:  ketika tampuk kepemimpinan digantikan oleh
seseorang atau sekelompok warga masyarakat yang berbudipekerti yang baik,
maka walaupun pada awalnya sebagian anggota masyarakatnya sudah terlanjur
tidak baik, maka paling tidak dengan kekuasaan yang baru tersebut
pihak-pihak yang berjiwa jahat tidak akan dibiarkan untuk mempraktekkan
kejahatan mereka dengan leluasa. Demikian juga warga yang baik tidak akan
terdorong untuk melakukan kejahatan dalam penerapan sistem, seperti
korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN).

Yang dimaksud para pemimpin di sini bukan lagi sekedar birokrat  yang
pekerjaannya menjalankan suatu pemerintahan. Tetapi mencakup juga seluruh
pejabat-pejabat negara yang menjalankan suatu sistem, baik sistem
ketatanegaraan maupun sistem pemerintahan. Mereka itu adalah anggota
DPR/MPR, anggota DPA, BPK, MA, Presiden dan wakil Presiden,
Menteri-menteri, pejabat BUMN, para pejabat di daerah, serta pejabat TNI.
Sedangkan moralitas informal leader , misalnya tokoh-tokoh agama dan
tua-tua adat,  biasanya tidak perlu diragukan lagi.  Justru peranan
tokoh-tokoh informal ini  sangat diharapkan dalam mempelopori berbagai
gerakan moral guna menghadapi segala penyimpangan pola kehidupan atau
kejahatan.

Di dalam menjalankan tugas dan wewenangnya sehari-hari sebagai pemimpin ,
para pejabat negara tidak hanya berurusan dengan hal-hal yang bersifat
politis, teknis-struktural maupun teknis-yuridis, melainkan juga mempunyai
implikasi moral. Mereka harus menghindari proses dehumanisasi dalam praktek
birokrasi.
Dengan demikian, diperlukan upaya yang konsisten dari para pemimpin baru,
yang telah mengambil alih kepemimpinan yang korup.  Mereka harus mempunyai
komitmen moral yang tinggi untuk terus-menerus mengusahakan perbaikan dan
pembaharuan sistem, menanamkan kesadaran moral yang tinggi secara
individual maupun kelompok kepada sebanyak mungkin orang.  Sehingga pola
“bola salju” akan terjadi ke arah kebaikan, sehingga kebaikan itu semakin
meluas di masyarakat.

Sebagai pemimpin yang menentukan berfungsinya suatu sistem secara optimal
dan benar maka ada empat rambu yang perlu  diperhatikan dan ditaati oleh
para pejabat negara.  Pertama,  dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya
manusia senantiasa diberlakukan sebagaimana halnya hakekat manusia yang
memiliki harkat dan keluhuran (dignity).  Keluhuran manusia pada setiap
orang, baik yang kaya maupun yang miskin, harus dihormati. Kedua,
memperlakukan setiap warganya secara adil, tanpa diskriminasi dan
memberikan kepada masing-masing bagiannya. Ketiga, dalam mengeluarkan
kebijakan para pejabat perlu memperhatikan kepatutan (equity) untuk
mencegah kesewenang-wenangan dan penyalahgunaan kekuasaan. Keempat, sikap
jujur para pemimpin dalam membangun bangsa dan menjauhi perbuatan-perbuatan
curang dalam  menjalankan roda pemerintahan.
Ambruknya perekonomian yang dibangun oleh rezim Orde Baru banyak
disebabkan oleh karena merosotnya kesadaran moral para pemimpin
pemerintahan, yang ditandai dengan munculnya banyak praktek KKN dalam
segala bidang, terutama dalam bidang pemerintahan baik di pusat maupun di
daerah.  Di era Orde Baru telah terjadi kesenjangan antara pemerintahan dan
moralitas, dengan kata lain masalah moralitas terabaikan.

Untuk memberantas inilah harus dimulai dari atas.  Seperti diibaratkan oleh
Prof. Dr. J.E. Sahetapy, S.H, (Guru Besar Emeritus FH Unair) bahwa ikan
membusuk  dimulai dari kepalanya, bukan dari ekornya.  Oleh karena itu,
agar tidak membusuk ikan itu harus digarami mulai dari kepalanya terlebih
dahulu, baru bagian badan dan ekornya.

Bersambung ..........)

"Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia:
Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!" (Roma 11:36)
***********************************************************************
Moderator EskolNet berhak menyeleksi tulisan/artikel yang masuk.
Untuk informasi lebih lanjut, pertanyaan, saran, kritik dan sumbangan
tulisan harap menghubungi [EMAIL PROTECTED]
Bank Danamon Cab. Ambengan Plaza Surabaya,
a.n. Martin Setiabudi Acc.No. 761.000.000.772
***********************************************************************
Kirimkan E-mail ke [EMAIL PROTECTED] dengan pesan:
subscribe eskolnet-l    ATAU    unsubscribe eskolnet-l

Kirim email ke