`````````````````````````
[EMAIL PROTECTED]
A r t i k e l   Lepas
^*^*^*^*^*^*^*^

"Pandangan Etika Kristen Tentang Kloning"
````````````````````````````````````````````````````
         Oleh: Pdt Antonius Setiawan

I. Pengertian tentang Pengklonaan

Kunci pengklonaan adalah transfer nuklir, di mana kromosom-kromosom dari
suatu sel donor dimasukkan ke dalam telur yang telah diambil material
genetiknya. Jika individu A disebut klonanya individu B, artinya informasi
genetik individu A sama persis dengan individu B dan informasi genetik
individu A itu berasal dari individu B. Atau dua individu yang sama
informasi genetiknya tetapi mungkin berbeda umurnya. Jadi Cloning adalah
menghasilkan suatu  organisme secara aseksual (pembiakan tanpa perkawinan/
pembuahan) dari suatu induk tunggal.

1997 Dr Ian Wilmut dan rekannya dari Institute Roslin di Edinburgh,
Skotlandia, mengklona domba dari sel epitel ambing (sel payudara) seekor
domba lainnya. Wilmut pertama mengambil sel epitel ambing seekor domba jenis
Finn Dorset berumur enam tahun yang sedang hamil. Kemudian sel ambing itu
dikultur dalam cawan petri dengan sumber makanan yang terbatas. Karena
kelaparan sel itu berhenti berkembang atau mematikan aktivitas gennya.
Sementara itu mereka juga mengambil sel telur yang belum dibuahi dari seekor
domba betina jenis Blackface. Inti sel telur yang bisa membelah menjadi
domba dewasa setelah dibuahi itu kemudian diambil, sekarang sel telur itu
kosong, hanya berisi organela dan plasma sel saja.

Selanjutnya dua sel itu didekatkan satu dengan lainya. Kejutan aliran
listrik membuat kedua sel itu bergabung seperti dua gelembung sabun. Kejutan
aliran listrik kedua meniru energi alami yang muncul ketika telur dibuahi
oleh sperma, sehingga sel telur dengan inti baru itu merasa telah dibuahi.
Kejutan aliran listrik itu telah mengubah sel telur dengan inti baru itu
seakan-akan menjadi sel embrio. Kurang lebih enam hari kemudian, sel embrio
bohongan itu disuntikkan ke dalam rahim seekor domba betina Blackface
lainnya yang kemudian mengandung. Setelah mengandung selama 148 hari induk
domba titipan ini melahirkan Dolly, seekor domba lucu seberat 6,6 kilogram
yang secara genetis persis dengan domba jenis Finn Dorset pemilik inti sel
ambing.

II. Etika kekristenan tentang pengklonaan
``````````````````````````````````````````````````
A. Pengklonaan binatang

Pertama-tama kita bertanya, mengapa para ilmuwan dan perusahaan farmasi
menggunakan begitu banyak waktu, tenaga dan biaya untuk mencoba pengklonaan
binatang? Dalam Scientific American terbitan Desember 1998, Ian Wilmut
menyatakan penggunaan yang potensial dari pengklonaan binatang. Salah satu
tujuan dia adalah untuk melepaskan penderitaan manusia dari penyakit
genetik. Pada prinsipnya, menurut dia, klona dapat menghasilkan sejumlah
besar binatang transgenic. Binatang transgenic adalah keinsinyuran genetik
(perubahan terarah bahan genetik), sehingga memiliki gen dari jenis lain,
salah satunya adalah organ transgenic yang dapat dicangkokkan pada tubuh
manusia. Misalnya organ babi mempunyai ukuran yang paling cocok bagi
manusia, tetapi mencangkokkan hati, ginjal, atau jantung babi ke dalam tubuh
manusia akan terjadi kontradiksi dengan system kekebalan manusia.
Sebaliknya, dengan mentransfer gen manusia ke dalam babi, maka organ yang
dihasilkan akan dikenal sebagai organ manusia dan bukan organ babi. Walaupun
pencangkokkan organ tersebut ke manusia akan mengalami banyak problem
penyesuaian, tapi jauh lebih mudah dari pencangkokan organ babi ke manusia.
Menurut dia, usaha ini dapat menolong kesekian banyak manusia yang mati hari
ini karena tidak mendapat organ untuk dicangkokkan ke tubuh mereka.

Terhadap tujuan di atas, Raymond G. Bohlin, executive director of Probe
Ministries berkata, bahwa Tuhan juga meminta manusia menguasai ciptaan-Nya
(Kej 1:26-28). Setelah jatuh dalam dosa Tuhan sendiri membuat pakaian dari
kulit binatang untuk manusia (Kej. 3:21) dan setelah air bah, Tuhan
memberikan binatang kepada manusia sebagai makanan mereka (Kej. 9:2-4).
Memang uraian Bohlin benar, namun kita harus ingat bahwa: pertama, kuasa
atas binatang yang diberikan Allah kepada manusia adalah kuasa yang
terbatas, dan ke dua, Allah tidak memberi kuasa kepada manusia untuk
menghasilkan bentuk kehidupan baru yang tidak sesuai dengan order
penciptaan-Nya.

Sebagai kesimpulan, Allah mengizinkan kita menggunakan ciptaan lain untuk
memelihara hidup manusia tanpa memperdulikan harga yang harus ditanggungnya,
tetapi kita tidak diperkenankan untuk mengubah order penciptaan Allah.
(.....bersambung)

"Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia:
Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!" (Roma 11:36)
***********************************************************************
Moderator EskolNet berhak menyeleksi tulisan/artikel yang masuk.
Untuk informasi lebih lanjut, pertanyaan, saran, kritik dan sumbangan
tulisan harap menghubungi [EMAIL PROTECTED]
Bank Danamon Cab. Ambengan Plaza Surabaya,
a.n. Martin Setiabudi Acc.No. 761.000.000.772
atau
BCA Cab. Darmo Surabaya,
a.n. Martin Setiabudi Acc. No. 088.442.8838
***********************************************************************
Kirimkan E-mail ke [EMAIL PROTECTED] dengan pesan:
subscribe eskolnet-l    ATAU    unsubscribe eskolnet-l

Kirim email ke