*Negara Dituding Takluk kepada Korporasi*
Warga tak mengerti jenis bencana yang sedang mereka hadapi

JAKARTA - Negara dianggap takluk kepada kekuatan korporasi karena tidak
berani membongkar peristiwa semburan lumpur PT Lapindo Brantas, perusahaan
milik Grup Bakrie, di Porong, Sidoarjo, Jawa Timur, pada 29 Mei 2006.

"Negara menunjukkan takluk kepada korporasi," ujar Ketua Institut Hijau
Indonesia Chalid Muhammad dalam konferensi pers "4 Tahun Lumpur Lapindo:
Menyelamatkan Dalang Tragedi 29 Mei 2006" di Jakarta kemarin.

Menurut Sekretaris Jenderal KIARA Riza Damanik, pemerintah tak berdaya
menekan PT Lapindo Brantas untuk bertanggung jawab atas semburan lumpur di
ladang gasnya. "Negara gagal memainkan perannya," ujarnya dalam peringatan 4
tahun menyemburnya lumpur Lapindo di Jakarta kemarin. KIARA adalah
organisasi masyarakat yang tergabung dalam Gerakan Menuntut Keadilan Korban
Lapindo.

Pihaknya juga mengecam penggunaan dana Rp 4,3 triliun dari anggaran
pendapatan dan belanja negara untuk mengatasi semburan lumpur Lapindo.
Menurut dia, dana ini lebih besar dari yang dianggarkan untuk Kementerian
Kelautan dan Perikanan yang per tahun hanya Rp 3,1 triliun.

Riza menambahkan, dana itu ternyata tidak digunakan dengan cermat. "Karena
rakyat tetap menderita, lingkungan semakin rusak," kata dia.

Pemerintah juga dinilai tak serius menangani korban perempuan yang rentan
terhadap pelecehan seksual dan kriminalisasi. "Kementerian Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak tak punya program khusus. Mereka menangani
seadanya saja," ujar Puspa Dewy, staf Divisi Perempuan dan Konflik Sumber
Daya Alam Solidaritas Perempuan. Dewy mengatakan peristiwa lumpur Lapindo
telah menambah beban hidup perempuan.

Keprihatinan terhadap kondisi warga di sekitar semburan lumpur juga
diungkapkan pakar geologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Surabaya, Amien Widodo. Ia menilai warga tak mengerti jenis bencana yang
sedang mereka hadapi. "Mereka harus tahu menghadapi bencana ini dengan apa
dan bagaimana. Mereka tak pernah diberi tahu," kata Amien saat dihubungi
kemarin.

Kepala Pusat Studi Bencana ITS yang saat ini aktif sebagai anggota Tim
Kelayakan Permukiman itu memberi contoh peristiwa jebolnya tanggul tiga
tahun silam, yang terjadi pada pukul 02.00 WIB. Saat itu warga di luar
tanggul panik. "Mereka, misalnya, tidak diberi tahu harus lari ke mana,"
kata dia.

Warga juga tak tahu bahwa mereka menghadapi gas metana. Mereka hanya tahu
ada kebakaran tanpa sebab yang pasti atau seseorang yang meninggal karena
sesak napas.

Kepala Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) Sunarso membantah
anggapan bahwa kondisi lumpur Lapindo makin memburuk. "Semua bisa
dikendalikan," kata dia saat dihubungi kemarin.

Sunarso meminta keadaan penanganan lumpur tidak dipolitisasi. "Kondisi
semakin membaik. Peta terdampak tidak semakin meluas," ujarnya.

Deputi Operasional BPLS Sofyan Hadi enggan memberi keterangan. "Sudah
malam," kata dia sebelum mengakhiri hubungan telepon. NALIA RIFIKA | PINGIT
ARIA | EKO WIDIANTO | AMIRULLAH | WURAGIL

Sumber:
http://www.korantempo.com/korantempo/koran/2010/05/29/headline/krn.20100529.201829.id.html#

----------------------------
Keanekaragaman budaya Indonesia dari satu sisi adalah kekayaan, tetapi dari
sisi lain adalah kerawanan. Sebagai kekayaan, keanekaragaman budaya dapat
menjadi sumber pengembangan budaya hibrida yang kaya dan tangguh, melalui
penyuburan silang budaya. Sebagai kerawanan, keanekaragaman budaya
melemahkan kohesi antar suku dan pulau.

Berbagi informasi adalah hal terpenting dalam bermasyarakat. Terlebih bagi
nelayan tradisional dan masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil dan masyarakat luas yang tinggal di belahan bumi lainnya.

Kunjungi situs web KIARA di http://www.kiara.or.id. Pastikan Anda adalah
orang yang pertama kali mengetahui perkembangan informasi kelautan dan
perikanan nasional.
----------------------------------------------------

Mida Saragih
Divisi Manajemen Pengetahuan KIARA
m...@kiara.or.id

Sekretariat Nasional Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (KIARA)
Jl. Tegal Parang Utara No. 43
Mampang, Jakarta 12790
Indonesia
Telp. +62 21 797 0482
Faks. +62 21 797 0482


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke