Sama kan spt yg kemaren saya bilang. Masalahnya PEMDA DKI setengah2
dalam menjalankan kebijakannya sendiri, mereka bangun busway untuk
mengurangi kemacetan dengan cara mengalihkan pengguna kendaraan pribadi
ke busway, tapi ternyata mereka setengah hati nanggung subsidinya
sehingga jumlah bus yg beroperasi dikurangi (padahal jumlah busnya untk
tiap koridor katanya sudah lengkap) jadi gimana pengguna kendaraan
pribadi tsb mau pindah ke busway??? Gimana busway mau jadi solusi untuk
mengurangi kemacetan???

Monorel jg sama masalahnya yaitu subsidi. Karena pemerintah dipaksa
untuk menanggung subsidi jika jumlah penumpangnya kurang dari yang
diperhitungkan, maka urusannya jadi berbelit2 dan monorelnya gak jadi2. 

Subsidi itu seharusnya bagian dari pelayanan PEMDA kepada warganya yg
telah TAAT membayar pajak. Pertanyaannya, kemana aja tuh uang hasil
pajak?? 

 

From: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com
[mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Agus
Hamonangan
Sent: 05 Juli 2007 11:06
To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com
Subject: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Penyerobotan Busway Masih Terjadi

 

http://www.kompas.co.id/kompas-cetak/0707/05/metro/3654984.htm
=========================

Jakarta, kompas - Meski sudah ada kesepakatan mengamankan jalur khusus
transjakarta dari penyerobotan kendaraan lain, tetapi Rabu (4/7) mobil
pribadi, angkutan umum, dan pengendara sepeda motor masih tampak
memadati busway.

Di beberapa ruas jalan, anggota polisi juga masih mengarahkan
kendaraan menggunakan jalur transjakarta demi mengurangi kemacetan.

Pantauan Kompas, Rabu, penyerobotan terjadi di sekitar Tugu Tani, baik
menuju Kwitang maupun Gambir. Di jalur Kwitang, tengah hari kemarin
amat padat. Kendaraan roda empat, bajaj, sepeda motor, dan taksi tanpa
segan melaju di jalur transjakarta meski di bundaran Tugu Tani polisi
lalu lintas lengkap dengan sepeda motor patrolinya sedang berjaga.

Keadaan serupa terjadi di jalur menuju Pulo Gadung. Pengemudi
kendaraan lain tidak bersedia menyisakan tempat bagi transjakarta saat
melaju di terowongan Senen.

Di Jalan Salemba Raya, Jakarta Pusat, jalur transjakarta juga masih
dilewati kendaraan pribadi. Kendaraan pribadi itu masuk dari pertigaan
di depan RS Sint Carolus dan keluar di dekat perempatan Pramuka.

Sementara Otista Raya, tepatnya di dekat Terminal Kampung Melayu,
sekitar pukul 14.30 seorang polisi juga mempersilakan kendaraan
pribadi masuk ke jalur bus khusus itu. Padahal saat itu Jalan Otista
Raya dalam keadaan kosong.

Jalur bus Transjakarta di Jalan Jenderal S Parman, Jakarta Barat
hingga Rabu (4/7) juga masih diserobot pengguna mobil dan motor
pribadi. Para pengendara motor semakin leluasa memasuki jalur bus
khusus itu. Separator hancur di sejumlah titik sehingga memudahkan
motor keluar masuk jalur khusus Bus Transjakarta itu.

Rima, pengguna Bus Transjakarta di Manggarai, Jakarta Selatan
mengatakan, penyerobotan jalur Transjakarta seharusnya dapat
diminimalisasi jika frekuensi kedatangan bus menjadi lebih sering.
Pengendara kendaraan pribadi akan takut memasuki jalur itu jika banyak
bus yang melintas, seperti di koridor Blok M-Kota.

Menurut Sekretaris Daerah DKI Jakarta Ritola Tasmaya, pemerintah
sebenarnya menginginkan penambahan frekuensi layanan bus Transjakarta
hingga tiga sampai lima menit sekali, untuk menekan penyerobotan jalur
oleh kendaraan pribadi. Namun, penambahan frekuensi itu memiliki
konsekuensi penambahan subsidi pemerintah atau peningkatan harga tiket.

"Pemerintah hanya perlu memperbaiki layanan transjakarta sebagai bus
angkutan umum massal cepat. Pertama, armada bus diperbanyak sehingga
kekerapan frekuensi pelayanan penjemputan penumpang di tiap halte
mencapai target, yaitu 3 - 5 menit sekali," kata Ketua Masyarakat
Transportasi Indonesia Bambang Susantono.

Menurut Bambang, saat ini didukung pengusaha transportasi
se-Jabodetabek, pemerintah hanya perlu lebih mengaktifkan interkoneksi
antara transjakarta dengan feeder busway dan kereta api.

Dengan demikian kebutuhan masyarakat akan alat transportasi massal
untuk saat ini dapat dipenuhi sehingga menjadi pilihan masyarakat
daripada menggunakan kendaraan pribadi dan terjebak kemacetan.
(nel/eca/arn/ong) 

 



[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke