Spot Light - Riwayat Warna - Burung-burung Manyar



saya gembira,
lepas, nyaman, hiruk pikuk................



menikmati pameran karya-karya Made Wianta bertajuk SPOT LIGHT, hasil
kerja bareng Galeri Nasional Indonesia dan O House Gallery.



Berlarian, bolak-balik..........



menjadi kanak-kanak kembali

merayakan imajinasi 

merayakan warna

merayakan kebebasan



saya jadi ingin meneguk keceriaan kanak-kanak seperti puisi lawas Mengapa tawa
dan tangis, bisa lahirkan air mata.... berikut ini



Terbang melayang ke negeri impian

dalam kepak sayap burung garuda



Menyisir pelangi

menyapu awan

meniup api matahari

mencicipi titik hujan pertama................



Mengetuk pintu surga,

tok tok tok lalu sembunyi



Sambil memecahkan teka-teki

dari mana datangnya tawa.........



Lalu mengapa tawa dan tangis,

bisa lahirkan air mata....



Lucu ya kak



Ayo cicipi keduanya





oleh karenanya kali ini saya tidak hendak ingin menjelas-jelaskan kebesaran
Made Wianta, menjelas-jelaskan aspek-aspek kualitas dan perjalanan kesenimanan
Made Wianta yang menakjubkan (ia juga seorang penyair juga)



sepenuhnya ingin lepas bebas sebagai penikmat yang seawam-awamnya dan kurang
ajar juga barangkali



.......................................



lepas dari inginku menjadi kanak-kanak kembali, tetap saja ada gedoran palu
’apa pentingnya’, ’apa relevansinya’



apakah imajinasi, warna-warni, kebebasan, jiwa kanak-kanak ini punya relasi
dengan atmosfir yang berlawan-lawan untuk mendorong perubahan sosial radikal
dan revolusioner.............. 



tuntutan kuat yang diteriakan di jalanan, dengan bacaan lugas



‘negara’ yang menembaki petani ogan ilir 

hukum yang kejam pada minah dan orang-orang kecil

kelaparan di yahukimo

warga sidoarjo yang dipaksa makan lumpur

penghilangan paksa, pembunuhan yang tak kunjung menemukan keadilan

korupsi dan penggadaian kedaulatan negeri sampe tandas



saya katakan ya, ya, ya mari kita bertemu Romo Mangun yang lembut humanis (tapi
rela membela sampai mati warga kali code yang dikasihinya) atau Subcomandante
Marcos yang ....................... bersenjata pena dan bedil....



kurasa Marcos termasuk pemecah batu kebekuan gerakan sosial yang kehabisan
gagasan dan kekeringan imajinasi. Juga baginya kata telah menjadi senjata yang
ampuh dan mengetarkan dunia.... termasuk kata-kata imajinatif hingga dongeng
dan anekdot....
Maka pada karya Spot Light saya temukan gaung Riwayat Warna Subcomandante 
Marcos....
Sejenak kemudian para dewa itu lelah dan
ingin kembali tidur. Dewa-dewa ini, yang bukan dewa-dewa pertama yang
melahirkan dunia, cuma ingin tidur. Maka, agar tidak lupa dan
kehilangan warna-warna itu, mereka mencari cara menyimpannya. Dan saat
mereka renungkan dalam hati bagaimana melakukannya, seketika itulah
mereka lihat seekor kakaktua. Mereka renggut ia dan menaruh semua warna
disana. Mereka buat bulu-bulunya lebih panjang agar semua warna bisa
masuk. Begitulah mulanya kakatua mendapat warna dan seperti itulah ia
jadinya... 

......... agar orang-orang lelaki dan perempuan
tidak lupa bahwa ada banyak warna dan banyak pikiran di dunia ini, agar
dunia gembira saat semua warna dan semua pikiran punya tempatnya
sendiri-sendiri.



Sedang pada Romo Mangun kita bisa menemukan narasi makna kebermainan sebagai
proses pembebasan dimana



'Bermain mengandung aspek kegembiraan, kelegaan, penikmatan yang intensif, bebas
dari kekangan atau kedukaan, berproses emansipatorik; dan itu hanya tercapai
dalam alam dan suasana kemerdekaan. Manusia yang tidak merdeka tidak dapat 
bermain spontan, lepas, gembira,
puas”.



selengkapnya (plus link-link terkait
dan puluhan karya spot light wianta)









http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/12/spot-light-riwayat-warna-burung-burung.html
 

 




      

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke