Tidak hanya menjadi presiden bangsa Indonesia, namun ke depan kita harapkan bahwa kabinet tersebut adalah kabinet bangsa Indonesia. Kabinet 2004-2009 sangat sarat sebagai kabinet partai politik.
Mau bukti? Lihat bagaimana para menteri kabinet lama yang sarat dengan missi partai politik masing-masing. Sehingga mereka selalu harus memolitisir program-program mereka. Bahkan Dirjen-dirjen pun harus mempunyai aroma partai politik. Setelah hasil pilpres diketahui sudah berlangsung manuver bagi parpol tertentu untuk menempatkan orang-orang mereka di kabinet. Sejumlah pentolan Partai Golkar misalnya tengah menaikkan citra tokoh-tokoh mereka yang 'tidak mendukung ketua JK" antara lain akan segera mengganti JK. Bahkan mungkin tidak sekadar mengganti, tetapi kalau perlu menyalibkan JK. Jika cara ini dilakukan, saya pikir tindakan ini tidak elok bagi perubahan. Sebaiknya JK tetap dihargai dan diterima sebagai pemimpin Golkar. Golkarlah yang perlu merubah strategi, dan betul-betul siap di luar kabinet, (bukan pemerintahan karena di daerah Golkar masih menguasai pemda-pemda) sebagaimana diharapkan oleh tokoh-tokoh mereka antara lain Siswono. Jika tidak demikian, maka ahli sejarah politik akan mulai menyiapkan catatan dengan judul "The rise and fall of Golkar in Indonesian history". Ke depan kita harapkan kabinet dapat mencerminkan kabinet bangsa dan sekaligus merupakan kabinet profesional. Maksud saya, untuk menentukan kabinet bangsa, maka dapat dilihat dari taraf kontribusi profesionalnya yang tentu sudah harus ditandai dengan track record yang nyata dan akuntabel. Saat ini tidak ada beban lagi untuk Presiden memberi ruang bagi wakilnya untuk menentukan susunan kabinet. Why? Karena sejak dilansir nama Boediono sebagai wakil, yang notabene bukan orang partai politik, maka media menyampaikan begitu banyak yang khawatir SBY-Boediono akan kalah. Nyatanya rakyat mengatakan lain, dan sesuai dengan iklan Boediono, di mana dikatakan kepada rakyatlah, petani, guru, buruh dan sebagainya SBY-Boediono berterima kasih. Maka sebagai ungkapan terima kasih itu akan terlihat dalam susunan kabinet. Susunan kabinet itu nanti akan dapat bukan lagi dipenuhi oleh kalangan tokoh yang musti berdarah biru. Yang saya maksud berdarah biru itu loh, tokoh-tokoh parpol tertentu yang dari dari era zaman lama, zaman pencerahan masih saja tetap sah-sah jadi elite. --- On Fri, 7/10/09, key...@yahoo.com <key...@yahoo.com> wrote: > From: key...@yahoo.com <key...@yahoo.com> > Subject: Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Presiden Bangsa Indonesia > To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com > Date: Friday, July 10, 2009, 10:55 PM > Sebagian besar rakyat Indonesia > senang bahwa pilpres berlangsung aman dan damai, sehingga > bisa segera kembali ke kegiatan mereka se hari2. > > Bukanlah watak/perilaku dasar sebagian besar orang > Indonesia untuk berteriak2, sorak2 untuk sesuatu kemenangan > yg diperoleh. > > Kesan yg saya dapatkan dari orang2 biasa tukang cukur, > tukang sayur, tukang bangunan hampir semuanya mengatakan > senang bahwa hasil pilpres sesuai dgn harapan mereka. (Satu > putaran) karena bagi mereka kalau sampai 2 putaran mereka > tidak bisa menabung untuk lebaran, sementara untuk saat ini > ada yg menyiapkan dana untuk anak2nya sekolah. > Oleh karena itu saya pilih untuk menghormati pilihan > sebagian besar rakyat Indonesia dan itu sdh selesai mari > kita bergerak maju, jangan lihat kaca spion terus. > > > Powered by Telkomsel BlackBerry®