[Forum-Pembaca-KOMPAS] RE: Ahli ITB: Pemerintah Lemas Atasi Kemacetan
Rekan FPK, Seperti anda ketahui di Singapor kita (semua orang) nggak boleh buang sampah sembarangan – Dan bisa berjalan dengan tertib, karena ‘System” sudah solid dan berjalan dengan baik. Tetapi, saya lihat sendiri ada Singaporean, berada di Batam seenaknya buang sampah sembarangan.– Dan di Batam (juga di tempat lain di Inonesia) karena kelihatannya “ Maturaty System ” masih sangat rendah. Lihat kita membikin Aturan Dilarang Merokok, Harus pakai Safety Belt,….wah masyarakat kita masih harus sekolah lagi………Kelihatannya system kita yang kurang konsisten…. Jadi statement kalimat dibawah ini saya meragukan. Kesimpulan “System” harus dibangun oleh para pengambil kebijakan. Manusia akan tunduk kalau “system”nya kuat. Emangnya orang Indonesia nggak “civilized”. Saya 20 hidup di di Komplex yang environmentnya mirip sama di USA saya lihat lebih dari 5000 orang Indonesia sangat tertib. So , kesimpulannya : System harus kuat ….dan manusia akan ikut. Salam Ridwan Fakih From: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com [mailto:forum-pembaca-kom...@yahoogroups.com] On Behalf Of bodo_kerlchen Sent: Saturday, July 31, 2010 7:40 AM To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com Subject: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Re: [Koran-Digital] Ahli ITB: Pemerintah Lemas Atasi Kemacetan Rekan2 FPK, andaikata kita diizinkan untuk merenungkan perumpamaan analogi berikut ini: Misalnya separuh dari penduduk Singapore diganti serentak dengan penduduk indonesia, apakah kondisi lalulintas nya akan berubah kearah kondisi seperti amburadul nya lalulintas kita? Saya kok yakin, jawabannya adalah tidak. Kalau tokh kondisinya terganggu, maka dalam hitungan bulan, keadaan nya akan pulih kembali, karena pendatang baru itu akan dipaksa serta terpaksa menertibkan dirinya. Tetapi, apabila berbarengan dengan itu, separuh dari pemegang wewenang di Singapore juga secara serentak diganti dengan pemegang wewenang kita (ie. polri, kumham, dishub ect.), maka saya tidak yakin lagi dengan jawaban saya yang pertama tadi. Jadi apabila pemegang wewenang negeri ini bisa dipaksa oleh rakyatnya untuk mulai melakukan sesuatu dalam mengatasi masalah yang jelas2 telah menjadi super komplex ini, maka dengan analogie diatas, mudah2an penguasa kita dapat mulai meletakkan prioritas tindakannya secara lebih effective, misalnya tidak lagi bolak-balik omongin panjang jalan dibandingkan dengan jumlah kendaraan, atau mengejar quantitas tertinggi didunia untuk jalur bus wae, yang semua itu ujungnya, proyek sebagai sumber kebocoran. A long long way .. ? Salam, bodo
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Re: Ahli ITB: Pemerintah Lemas Atasi Kemacetan
Rekan2 FPK, Suatu system, yang menjamin serta menjaga berjalannya aturan-2 serta kebijakan-2, hasil dari kajian pihak yang benar-2 kompeten (menguasai bidang kajiannya) yang notabene juga aplikable pada lingkungannya, sudah barang tentu harus kuat dan konsisten. Andaikata negeri ini telah mempunyai system seperti itu, lalu kita ambil contoh mengenai keharusan menggunakan safety belt. Bagaimana definisinya? Apakah untuk semua kendaraan yang rodanya lebih dari dua? Atau untuk semua kendaraan yang ber kabin dimana manusia duduk didalamnya, terutama yang duduk langsung dibelakang kaca depan? Bagaimana dengan Bajaj, Bemo, Angkot, atau mobil tua, atau mobil baru yang tidak dilengkapi safety belt? Contoh yang lebih nyata lagi, beberapa tahun lalu, mereka mengharuskan seluruh angkutan umum untuk menutup pintu, namun setelah aturan tersebut resmi diturunkan, barulah mereka "ngeh" bahwa sangat banyak angkutan umum yang tidak punya pintu. Inilah menurut saya hal yang sangat mendasar, yang menunjukkan bahwa pemegang wewenang itu belum pernah merasakan "dipaksa" oleh masa untuk berfikir pake otak. Bahwa hasilnya tidak aplikable, yah system kuat pun belum diperlukan, bukan begitu? Kalau singaporean disini buang sampah sembarangan, bagi saya itu sangat manusiawi, yang pada dasarnya kembali ke perhitungan untung rugi diri sendiri. Siapa sih yang mau repot nyari tempat sampah yang sangat langka disini? Atau bila tempat sampah ketemu, lubernya minta ampun dan lebih kotor dari jamban, or atleast, tidak lebih bersih dari lingkungan tempatnya berada? Karena ini masalah kebiasaan seorang, saya yakin, bila kondisi ketersediaan tempat sampahnya memadai, dan lingkungannya pun relative bersih seperti jalan raya didepan istana negara, mereka pasti tidak akan membuang sampahnya diluar tempat sampah. Salam, bodo --- In Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com, "Fakih, Ridwan" wrote: > > Rekan FPK, > > Seperti anda ketahui di Singapor kita (semua orang) nggak boleh buang sampah > sembarangan â" Dan bisa berjalan dengan tertib, karena âSystemâ sudah > solid dan berjalan dengan baik. > > Tetapi, saya lihat sendiri ada Singaporean, berada di Batam seenaknya buang > sampah sembarangan.â" Dan di Batam (juga di tempat lain di Inonesia) karena > kelihatannya â Maturaty System â masih sangat rendah. Lihat kita membikin > Aturan Dilarang Merokok, Harus pakai Safety Belt,â¦.wah masyarakat kita > masih harus sekolah lagiâ¦â¦â¦Kelihatannya system kita yang kurang > konsistenâ¦. > > Jadi statement kalimat dibawah ini saya meragukan. > > Kesimpulan âSystemâ harus dibangun oleh para pengambil kebijakan. Manusia > akan tunduk kalau âsystemânya kuat. > > Emangnya orang Indonesia nggak âcivilizedâ. Saya 20 hidup di di Komplex > yang environmentnya mirip sama di USA saya lihat lebih dari 5000 orang > Indonesia sangat tertib. So , kesimpulannya : System harus kuat â¦.dan > manusia akan ikut. > > > > > > Salam > > Ridwan Fakih > > > > From: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com > [mailto:forum-pembaca-kom...@yahoogroups.com] On Behalf Of bodo_kerlchen > Sent: Saturday, July 31, 2010 7:40 AM > To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com > Subject: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Re: [Koran-Digital] Ahli ITB: Pemerintah > Lemas Atasi Kemacetan > > > > > > Rekan2 FPK, > andaikata kita diizinkan untuk merenungkan perumpamaan analogi berikut ini: > Misalnya separuh dari penduduk Singapore diganti serentak dengan penduduk > indonesia, apakah kondisi lalulintas nya akan berubah kearah kondisi seperti > amburadul nya lalulintas kita? Saya kok yakin, jawabannya adalah tidak. Kalau > tokh kondisinya terganggu, maka dalam hitungan bulan, keadaan nya akan pulih > kembali, karena pendatang baru itu akan dipaksa serta terpaksa menertibkan > dirinya. Tetapi, apabila berbarengan dengan itu, separuh dari pemegang > wewenang di Singapore juga secara serentak diganti dengan pemegang wewenang > kita (ie. polri, kumham, dishub ect.), maka saya tidak yakin lagi dengan > jawaban saya yang pertama tadi. Jadi apabila pemegang wewenang negeri ini > bisa dipaksa oleh rakyatnya untuk mulai melakukan sesuatu dalam mengatasi > masalah yang jelas2 telah menjadi super komplex ini, maka dengan analogie > diatas, mudah2an penguasa kita dapat mulai meletakkan prioritas tindakannya > secara lebih effective, misalnya tidak lagi bolak-balik omongin panjang jalan > dibandingkan dengan jumlah kendaraan, atau mengejar quantitas tertinggi > didunia untuk jalur bus wae, yang semua itu ujungnya, proyek sebagai sumber > kebocoran. A long long way .. ? > Salam, > bodo >
Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] RE: Ahli ITB: Pemerintah Lemas Atasi Kemacetan
Itu karena Singaporean mengikuti paham: "When you are in Rome, do as the Romans do". Artinya berbuat sama dengan apa yang ada disekitar anda. Kan di Batam belum ada "punishment" untuk membayar S$500, setiap melanggar aturan pemerintah? Di Singapore meludah dijalanan dan membuang sampah sembarangan akan dikenakan sanksi hukum denda sebesar S$500. Jadi masyarakt sangat "ketakutan", karena di Singapore, hukum dijalankan dengan disiplin. Dan uang denda TIDAK MASUK KANTONG perorangan ataupun penegak hukum. Jelas bukan? Dinegara kita, uang dendanya "NYASAR" dan menghilang. Sluman slumun slamet. Yuli Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT -Original Message- From: "Fakih, Ridwan" Sender: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com Date: Tue, 3 Aug 2010 08:41:15 To: Reply-To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com Subject: [Forum-Pembaca-KOMPAS] RE: Ahli ITB: Pemerintah Lemas Atasi Kemacetan Rekan FPK, Seperti anda ketahui di Singapor kita (semua orang) nggak boleh buang sampah sembarangan – Dan bisa berjalan dengan tertib, karena ‘System” sudah solid dan berjalan dengan baik. Tetapi, saya lihat sendiri ada Singaporean, berada di Batam seenaknya buang sampah sembarangan.– Dan di Batam (juga di tempat lain di Inonesia) karena kelihatannya “ Maturaty System ” masih sangat rendah. Lihat kita membikin Aturan Dilarang Merokok, Harus pakai Safety Belt,….wah masyarakat kita masih harus sekolah lagi………Kelihatannya system kita yang kurang konsisten…. Jadi statement kalimat dibawah ini saya meragukan. Kesimpulan “System” harus dibangun oleh para pengambil kebijakan. Manusia akan tunduk kalau “system”nya kuat. Emangnya orang Indonesia nggak “civilized”. Saya 20 hidup di di Komplex yang environmentnya mirip sama di USA saya lihat lebih dari 5000 orang Indonesia sangat tertib. So , kesimpulannya : System harus kuat ….dan manusia akan ikut. Salam Ridwan Fakih From: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com [mailto:forum-pembaca-kom...@yahoogroups.com] On Behalf Of bodo_kerlchen Sent: Saturday, July 31, 2010 7:40 AM To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com Subject: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Re: [Koran-Digital] Ahli ITB: Pemerintah Lemas Atasi Kemacetan Rekan2 FPK, andaikata kita diizinkan untuk merenungkan perumpamaan analogi berikut ini: Misalnya separuh dari penduduk Singapore diganti serentak dengan penduduk indonesia, apakah kondisi lalulintas nya akan berubah kearah kondisi seperti amburadul nya lalulintas kita? Saya kok yakin, jawabannya adalah tidak. Kalau tokh kondisinya terganggu, maka dalam hitungan bulan, keadaan nya akan pulih kembali, karena pendatang baru itu akan dipaksa serta terpaksa menertibkan dirinya. Tetapi, apabila berbarengan dengan itu, separuh dari pemegang wewenang di Singapore juga secara serentak diganti dengan pemegang wewenang kita (ie. polri, kumham, dishub ect.), maka saya tidak yakin lagi dengan jawaban saya yang pertama tadi. Jadi apabila pemegang wewenang negeri ini bisa dipaksa oleh rakyatnya untuk mulai melakukan sesuatu dalam mengatasi masalah yang jelas2 telah menjadi super komplex ini, maka dengan analogie diatas, mudah2an penguasa kita dapat mulai meletakkan prioritas tindakannya secara lebih effective, misalnya tidak lagi bolak-balik omongin panjang jalan dibandingkan dengan jumlah kendaraan, atau mengejar quantitas tertinggi didunia untuk jalur bus wae, yang semua itu ujungnya, proyek sebagai sumber kebocoran. A long long way .. ? Salam, bodo [Non-text portions of this message have been removed]
RE: [Forum-Pembaca-KOMPAS] RE: Ahli ITB: Pemerintah Lemas Atasi Kemacetan
Setuju…… Untung aku tinggal diluar… DKI macet..Wait and See……”apa yang terjadi..terjadilah”…seperti potonga lagunya Mbak Titik Puspa… Salam From: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com [mailto:forum-pembaca-kom...@yahoogroups.com] On Behalf Of yuliati_s...@yahoo.com Sent: Wednesday, August 04, 2010 6:35 AM To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com Subject: Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] RE: Ahli ITB: Pemerintah Lemas Atasi Kemacetan Itu karena Singaporean mengikuti paham: "When you are in Rome, do as the Romans do". Artinya berbuat sama dengan apa yang ada disekitar anda. Kan di Batam belum ada "punishment" untuk membayar S$500, setiap melanggar aturan pemerintah? Di Singapore meludah dijalanan dan membuang sampah sembarangan akan dikenakan sanksi hukum denda sebesar S$500. Jadi masyarakt sangat "ketakutan", karena di Singapore, hukum dijalankan dengan disiplin. Dan uang denda TIDAK MASUK KANTONG perorangan ataupun penegak hukum. Jelas bukan? Dinegara kita, uang dendanya "NYASAR" dan menghilang. Sluman slumun slamet. Yuli Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT -Original Message- From: "Fakih, Ridwan" mailto:rfakih%40kockw.com> > Sender: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com <mailto:Forum-Pembaca-Kompas%40yahoogroups.com> Date: Tue, 3 Aug 2010 08:41:15 To: mailto:Forum-Pembaca-Kompas%40yahoogroups.com> > Reply-To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com <mailto:Forum-Pembaca-Kompas%40yahoogroups.com> Subject: [Forum-Pembaca-KOMPAS] RE: Ahli ITB: Pemerintah Lemas Atasi Kemacetan Rekan FPK, Seperti anda ketahui di Singapor kita (semua orang) nggak boleh buang sampah sembarangan – Dan bisa berjalan dengan tertib, karena ‘System” sudah solid dan berjalan dengan baik. Tetapi, saya lihat sendiri ada Singaporean, berada di Batam seenaknya buang sampah sembarangan.– Dan di Batam (juga di tempat lain di Inonesia) karena kelihatannya “ Maturaty System ” masih sangat rendah. Lihat kita membikin Aturan Dilarang Merokok, Harus pakai Safety Belt,….wah masyarakat kita masih harus sekolah lagi………Kelihatannya system kita yang kurang konsisten…. Jadi statement kalimat dibawah ini saya meragukan. Kesimpulan “System” harus dibangun oleh para pengambil kebijakan. Manusia akan tunduk kalau “system”nya kuat. Emangnya orang Indonesia nggak “civilized”. Saya 20 hidup di di Komplex yang environmentnya mirip sama di USA saya lihat lebih dari 5000 orang Indonesia sangat tertib. So , kesimpulannya : System harus kuat ….dan manusia akan ikut. Salam Ridwan Fakih From: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com <mailto:Forum-Pembaca-Kompas%40yahoogroups.com> [mailto:Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com <mailto:Forum-Pembaca-Kompas%40yahoogroups.com> ] On Behalf Of bodo_kerlchen Sent: Saturday, July 31, 2010 7:40 AM To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com <mailto:Forum-Pembaca-Kompas%40yahoogroups.com> Subject: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Re: [Koran-Digital] Ahli ITB: Pemerintah Lemas Atasi Kemacetan Rekan2 FPK, andaikata kita diizinkan untuk merenungkan perumpamaan analogi berikut ini: Misalnya separuh dari penduduk Singapore diganti serentak dengan penduduk indonesia, apakah kondisi lalulintas nya akan berubah kearah kondisi seperti amburadul nya lalulintas kita? Saya kok yakin, jawabannya adalah tidak. Kalau tokh kondisinya terganggu, maka dalam hitungan bulan, keadaan nya akan pulih kembali, karena pendatang baru itu akan dipaksa serta terpaksa menertibkan dirinya. Tetapi, apabila berbarengan dengan itu, separuh dari pemegang wewenang di Singapore juga secara serentak diganti dengan pemegang wewenang kita (ie. polri, kumham, dishub ect.), maka saya tidak yakin lagi dengan jawaban saya yang pertama tadi. Jadi apabila pemegang wewenang negeri ini bisa dipaksa oleh rakyatnya untuk mulai melakukan sesuatu dalam mengatasi masalah yang jelas2 telah menjadi super komplex ini, maka dengan analogie diatas, mudah2an penguasa kita dapat mulai meletakkan prioritas tindakannya secara lebih effective, misalnya tidak lagi bolak-balik omongin panjang jalan dibandingkan dengan jumlah kendaraan, atau mengejar quantitas tertinggi didunia untuk jalur bus wae, yang semua itu ujungnya, proyek sebagai sumber kebocoran. A long long way .. ? Salam, bodo [Non-text portions of this message have been removed] [Non-text portions of this message have been removed]
Bls: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Re: Ahli ITB: Pemerintah Lemas Atasi Kemacetan
Salam, Para pemimpin Indonesia sengaja pura2 dan MALU mau tahu bahwa bangsa Indonesia masih terbelakang, bahkan dari beberapa bangsa di Asia.Banyak peraturan internasional lalu lintas yang tidak bisa diberlakukan. Penggunaan gas setelah puluhan tahun, tidak bemasalah di Malaysia,Thailand ,Filipina apalagi Singapura.Karena rakyatnya sudah maju dan bermoral, tidak mau mengoplos dan memalsu tabung gas. Wasalam, Wal Suparmo --- Pada Rab, 4/8/10, bodo_kerlchen menulis: Dari: bodo_kerlchen Judul: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Re: Ahli ITB: Pemerintah Lemas Atasi Kemacetan Kepada: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com Tanggal: Rabu, 4 Agustus, 2010, 8:29 PM Rekan2 FPK, Suatu system, yang menjamin serta menjaga berjalannya aturan-2 serta kebijakan-2, hasil dari kajian pihak yang benar-2 kompeten (menguasai bidang kajiannya) yang notabene juga aplikable pada lingkungannya, sudah barang tentu harus kuat dan konsisten. Andaikata negeri ini telah mempunyai system seperti itu, lalu kita ambil contoh mengenai keharusan menggunakan safety belt. Bagaimana definisinya? Apakah untuk semua kendaraan yang rodanya lebih dari dua? Atau untuk semua kendaraan yang ber kabin dimana manusia duduk didalamnya, terutama yang duduk langsung dibelakang kaca depan? Bagaimana dengan Bajaj, Bemo, Angkot, atau mobil tua, atau mobil baru yang tidak dilengkapi safety belt? Contoh yang lebih nyata lagi, beberapa tahun lalu, mereka mengharuskan seluruh angkutan umum untuk menutup pintu, namun setelah aturan tersebut resmi diturunkan, barulah mereka "ngeh" bahwa sangat banyak angkutan umum yang tidak punya pintu. Inilah menurut saya hal yang sangat mendasar, yang menunjukkan bahwa pemegang wewenang itu belum pernah merasakan "dipaksa" oleh masa untuk berfikir pake otak. Bahwa hasilnya tidak aplikable, yah system kuat pun belum diperlukan, bukan begitu? Kalau singaporean disini buang sampah sembarangan, bagi saya itu sangat manusiawi, yang pada dasarnya kembali ke perhitungan untung rugi diri sendiri. Siapa sih yang mau repot nyari tempat sampah yang sangat langka disini? Atau bila tempat sampah ketemu, lubernya minta ampun dan lebih kotor dari jamban, or atleast, tidak lebih bersih dari lingkungan tempatnya berada? Karena ini masalah kebiasaan seorang, saya yakin, bila kondisi ketersediaan tempat sampahnya memadai, dan lingkungannya pun relative bersih seperti jalan raya didepan istana negara, mereka pasti tidak akan membuang sampahnya diluar tempat sampah. Salam, bodo