[Forum-Pembaca-KOMPAS] RE: Ahli ITB: Pemerintah Lemas Atasi Kemacetan

2010-08-03 Thread Fakih, Ridwan
Rekan FPK,

Seperti anda ketahui di Singapor kita (semua orang)  nggak boleh buang sampah 
sembarangan – Dan bisa berjalan dengan tertib, karena ‘System” sudah solid dan 
berjalan dengan baik.

Tetapi, saya lihat sendiri  ada Singaporean, berada di Batam seenaknya buang 
sampah sembarangan.– Dan di Batam (juga di tempat lain di Inonesia)  karena 
kelihatannya “ Maturaty System ” masih sangat rendah. Lihat kita membikin 
Aturan Dilarang Merokok, Harus pakai Safety Belt,….wah masyarakat kita masih 
harus sekolah lagi………Kelihatannya  system kita yang kurang konsisten….

Jadi  statement kalimat dibawah ini saya meragukan.

Kesimpulan “System” harus dibangun oleh para pengambil kebijakan. Manusia akan 
tunduk kalau “system”nya kuat.

Emangnya orang Indonesia nggak “civilized”.  Saya 20 hidup di di Komplex yang 
environmentnya mirip sama di USA saya lihat lebih dari 5000 orang Indonesia 
sangat tertib. So , kesimpulannya : System harus kuat ….dan manusia akan ikut.





Salam

Ridwan Fakih



From: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com 
[mailto:forum-pembaca-kom...@yahoogroups.com] On Behalf Of bodo_kerlchen
Sent: Saturday, July 31, 2010 7:40 AM
To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com
Subject: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Re: [Koran-Digital] Ahli ITB: Pemerintah Lemas 
Atasi Kemacetan





Rekan2 FPK,
andaikata kita diizinkan untuk merenungkan perumpamaan analogi berikut ini: 
Misalnya separuh dari penduduk Singapore diganti serentak dengan penduduk 
indonesia, apakah kondisi lalulintas nya akan berubah kearah kondisi seperti 
amburadul nya lalulintas kita? Saya kok yakin, jawabannya adalah tidak. Kalau 
tokh kondisinya terganggu, maka dalam hitungan bulan, keadaan nya akan pulih 
kembali, karena pendatang baru itu akan dipaksa serta terpaksa menertibkan 
dirinya. Tetapi, apabila berbarengan dengan itu, separuh dari pemegang wewenang 
di Singapore juga secara serentak diganti dengan pemegang wewenang kita (ie. 
polri, kumham, dishub ect.), maka saya tidak yakin lagi dengan jawaban saya 
yang pertama tadi. Jadi apabila pemegang wewenang negeri ini bisa dipaksa oleh 
rakyatnya untuk mulai melakukan sesuatu dalam mengatasi masalah yang jelas2 
telah menjadi super komplex ini, maka dengan analogie diatas, mudah2an penguasa 
kita dapat mulai meletakkan prioritas tindakannya secara lebih effective, 
misalnya tidak lagi bolak-balik omongin panjang jalan dibandingkan dengan 
jumlah kendaraan, atau mengejar quantitas tertinggi didunia untuk jalur bus 
wae, yang semua itu ujungnya, proyek sebagai sumber kebocoran. A long long way 
.. ?
Salam,
bodo


[Forum-Pembaca-KOMPAS] Re: Ahli ITB: Pemerintah Lemas Atasi Kemacetan

2010-08-05 Thread bodo_kerlchen
Rekan2 FPK,
Suatu system, yang menjamin serta menjaga berjalannya aturan-2 serta 
kebijakan-2, hasil dari kajian pihak yang benar-2 kompeten (menguasai bidang 
kajiannya) yang notabene juga aplikable pada lingkungannya, sudah barang tentu 
harus kuat dan konsisten. Andaikata negeri ini telah mempunyai system seperti 
itu, lalu kita ambil contoh mengenai keharusan menggunakan safety belt. 
Bagaimana definisinya? Apakah untuk semua kendaraan yang rodanya lebih dari 
dua? Atau untuk semua kendaraan yang ber kabin dimana manusia duduk didalamnya, 
terutama yang duduk langsung dibelakang kaca depan? Bagaimana dengan Bajaj, 
Bemo, Angkot, atau mobil tua, atau mobil baru yang tidak dilengkapi safety 
belt? Contoh yang lebih nyata lagi, beberapa tahun lalu, mereka mengharuskan 
seluruh angkutan umum untuk menutup pintu, namun setelah aturan tersebut resmi 
diturunkan, barulah mereka "ngeh" bahwa sangat banyak angkutan umum yang tidak 
punya pintu. Inilah menurut saya hal yang sangat mendasar, yang menunjukkan 
bahwa pemegang wewenang itu belum pernah merasakan "dipaksa" oleh masa untuk 
berfikir pake otak. Bahwa hasilnya tidak aplikable, yah system kuat pun belum 
diperlukan, bukan begitu? Kalau singaporean disini buang sampah sembarangan, 
bagi saya itu sangat manusiawi, yang pada dasarnya kembali ke perhitungan 
untung rugi diri sendiri. Siapa sih yang mau repot nyari tempat sampah yang 
sangat langka disini? Atau bila tempat sampah ketemu, lubernya minta ampun dan 
lebih kotor dari jamban, or atleast, tidak lebih bersih dari lingkungan 
tempatnya berada? Karena ini masalah kebiasaan seorang, saya yakin, bila 
kondisi ketersediaan tempat sampahnya memadai, dan lingkungannya pun relative 
bersih seperti jalan raya didepan istana negara, mereka pasti tidak akan 
membuang sampahnya diluar tempat sampah.
Salam,
bodo


--- In Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com, "Fakih, Ridwan"  wrote:
>
> Rekan FPK,
> 
> Seperti anda ketahui di Singapor kita (semua orang)  nggak boleh buang sampah 
> sembarangan â€" Dan bisa berjalan dengan tertib, karena ‘System” sudah 
> solid dan berjalan dengan baik.
> 
> Tetapi, saya lihat sendiri  ada Singaporean, berada di Batam seenaknya buang 
> sampah sembarangan.â€" Dan di Batam (juga di tempat lain di Inonesia)  karena 
> kelihatannya “ Maturaty System ” masih sangat rendah. Lihat kita membikin 
> Aturan Dilarang Merokok, Harus pakai Safety Belt,….wah masyarakat kita 
> masih harus sekolah lagi………Kelihatannya  system kita yang kurang 
> konsisten….
> 
> Jadi  statement kalimat dibawah ini saya meragukan.
> 
> Kesimpulan “System” harus dibangun oleh para pengambil kebijakan. Manusia 
> akan tunduk kalau “system”nya kuat.
> 
> Emangnya orang Indonesia nggak “civilized”.  Saya 20 hidup di di Komplex 
> yang environmentnya mirip sama di USA saya lihat lebih dari 5000 orang 
> Indonesia sangat tertib. So , kesimpulannya : System harus kuat ….dan 
> manusia akan ikut.
> 
> 
> 
> 
> 
> Salam
> 
> Ridwan Fakih
> 
> 
> 
> From: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com 
> [mailto:forum-pembaca-kom...@yahoogroups.com] On Behalf Of bodo_kerlchen
> Sent: Saturday, July 31, 2010 7:40 AM
> To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com
> Subject: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Re: [Koran-Digital] Ahli ITB: Pemerintah 
> Lemas Atasi Kemacetan
> 
> 
> 
> 
> 
> Rekan2 FPK,
> andaikata kita diizinkan untuk merenungkan perumpamaan analogi berikut ini: 
> Misalnya separuh dari penduduk Singapore diganti serentak dengan penduduk 
> indonesia, apakah kondisi lalulintas nya akan berubah kearah kondisi seperti 
> amburadul nya lalulintas kita? Saya kok yakin, jawabannya adalah tidak. Kalau 
> tokh kondisinya terganggu, maka dalam hitungan bulan, keadaan nya akan pulih 
> kembali, karena pendatang baru itu akan dipaksa serta terpaksa menertibkan 
> dirinya. Tetapi, apabila berbarengan dengan itu, separuh dari pemegang 
> wewenang di Singapore juga secara serentak diganti dengan pemegang wewenang 
> kita (ie. polri, kumham, dishub ect.), maka saya tidak yakin lagi dengan 
> jawaban saya yang pertama tadi. Jadi apabila pemegang wewenang negeri ini 
> bisa dipaksa oleh rakyatnya untuk mulai melakukan sesuatu dalam mengatasi 
> masalah yang jelas2 telah menjadi super komplex ini, maka dengan analogie 
> diatas, mudah2an penguasa kita dapat mulai meletakkan prioritas tindakannya 
> secara lebih effective, misalnya tidak lagi bolak-balik omongin panjang jalan 
> dibandingkan dengan jumlah kendaraan, atau mengejar quantitas tertinggi 
> didunia untuk jalur bus wae, yang semua itu ujungnya, proyek sebagai sumber 
> kebocoran. A long long way .. ?
> Salam,
> bodo
>




Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] RE: Ahli ITB: Pemerintah Lemas Atasi Kemacetan

2010-08-03 Thread yuliati_soeb
Itu karena Singaporean mengikuti paham: "When you are in Rome, do as the Romans 
do". Artinya berbuat sama dengan apa yang ada disekitar anda. Kan di Batam 
belum ada "punishment" untuk membayar S$500, setiap melanggar aturan 
pemerintah? Di Singapore meludah dijalanan dan membuang sampah sembarangan akan 
dikenakan sanksi hukum denda sebesar S$500. Jadi masyarakt sangat "ketakutan", 
karena di Singapore, hukum dijalankan dengan disiplin. Dan uang denda TIDAK 
MASUK KANTONG perorangan ataupun penegak hukum. Jelas bukan? Dinegara kita, 
uang dendanya "NYASAR" dan menghilang. Sluman slumun slamet.
Yuli
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

-Original Message-
From: "Fakih, Ridwan" 
Sender: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com
Date: Tue, 3 Aug 2010 08:41:15 
To: 
Reply-To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com
Subject: [Forum-Pembaca-KOMPAS] RE: Ahli ITB: Pemerintah Lemas Atasi Kemacetan

Rekan FPK,

Seperti anda ketahui di Singapor kita (semua orang)  nggak boleh buang sampah 
sembarangan – Dan bisa berjalan dengan tertib, karena ‘System” sudah solid dan 
berjalan dengan baik.

Tetapi, saya lihat sendiri  ada Singaporean, berada di Batam seenaknya buang 
sampah sembarangan.– Dan di Batam (juga di tempat lain di Inonesia)  karena 
kelihatannya “ Maturaty System ” masih sangat rendah. Lihat kita membikin 
Aturan Dilarang Merokok, Harus pakai Safety Belt,….wah masyarakat kita masih 
harus sekolah lagi………Kelihatannya  system kita yang kurang konsisten….

Jadi  statement kalimat dibawah ini saya meragukan.

Kesimpulan “System” harus dibangun oleh para pengambil kebijakan. Manusia akan 
tunduk kalau “system”nya kuat.

Emangnya orang Indonesia nggak “civilized”.  Saya 20 hidup di di Komplex yang 
environmentnya mirip sama di USA saya lihat lebih dari 5000 orang Indonesia 
sangat tertib. So , kesimpulannya : System harus kuat ….dan manusia akan ikut.





Salam

Ridwan Fakih



From: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com 
[mailto:forum-pembaca-kom...@yahoogroups.com] On Behalf Of bodo_kerlchen
Sent: Saturday, July 31, 2010 7:40 AM
To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com
Subject: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Re: [Koran-Digital] Ahli ITB: Pemerintah Lemas 
Atasi Kemacetan





Rekan2 FPK,
andaikata kita diizinkan untuk merenungkan perumpamaan analogi berikut ini: 
Misalnya separuh dari penduduk Singapore diganti serentak dengan penduduk 
indonesia, apakah kondisi lalulintas nya akan berubah kearah kondisi seperti 
amburadul nya lalulintas kita? Saya kok yakin, jawabannya adalah tidak. Kalau 
tokh kondisinya terganggu, maka dalam hitungan bulan, keadaan nya akan pulih 
kembali, karena pendatang baru itu akan dipaksa serta terpaksa menertibkan 
dirinya. Tetapi, apabila berbarengan dengan itu, separuh dari pemegang wewenang 
di Singapore juga secara serentak diganti dengan pemegang wewenang kita (ie. 
polri, kumham, dishub ect.), maka saya tidak yakin lagi dengan jawaban saya 
yang pertama tadi. Jadi apabila pemegang wewenang negeri ini bisa dipaksa oleh 
rakyatnya untuk mulai melakukan sesuatu dalam mengatasi masalah yang jelas2 
telah menjadi super komplex ini, maka dengan analogie diatas, mudah2an penguasa 
kita dapat mulai meletakkan prioritas tindakannya secara lebih effective, 
misalnya tidak lagi bolak-balik omongin panjang jalan dibandingkan dengan 
jumlah kendaraan, atau mengejar quantitas tertinggi didunia untuk jalur bus 
wae, yang semua itu ujungnya, proyek sebagai sumber kebocoran. A long long way 
.. ?
Salam,
bodo



[Non-text portions of this message have been removed]



RE: [Forum-Pembaca-KOMPAS] RE: Ahli ITB: Pemerintah Lemas Atasi Kemacetan

2010-08-05 Thread Fakih, Ridwan
Setuju…… Untung aku tinggal diluar…

DKI macet..Wait and See……”apa yang terjadi..terjadilah”…seperti potonga lagunya 
Mbak Titik Puspa…

Salam 

 

From: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com 
[mailto:forum-pembaca-kom...@yahoogroups.com] On Behalf Of 
yuliati_s...@yahoo.com
Sent: Wednesday, August 04, 2010 6:35 AM
To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com
Subject: Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] RE: Ahli ITB: Pemerintah Lemas Atasi 
Kemacetan

 

  

Itu karena Singaporean mengikuti paham: "When you are in Rome, do as the Romans 
do". Artinya berbuat sama dengan apa yang ada disekitar anda. Kan di Batam 
belum ada "punishment" untuk membayar S$500, setiap melanggar aturan 
pemerintah? Di Singapore meludah dijalanan dan membuang sampah sembarangan akan 
dikenakan sanksi hukum denda sebesar S$500. Jadi masyarakt sangat "ketakutan", 
karena di Singapore, hukum dijalankan dengan disiplin. Dan uang denda TIDAK 
MASUK KANTONG perorangan ataupun penegak hukum. Jelas bukan? Dinegara kita, 
uang dendanya "NYASAR" dan menghilang. Sluman slumun slamet. 
Yuli 
Sent from my BlackBerry® 
powered by Sinyal Kuat INDOSAT 

-Original Message- 
From: "Fakih, Ridwan" mailto:rfakih%40kockw.com> > 
Sender: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com 
<mailto:Forum-Pembaca-Kompas%40yahoogroups.com>  
Date: Tue, 3 Aug 2010 08:41:15 
To: mailto:Forum-Pembaca-Kompas%40yahoogroups.com> > 
Reply-To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com 
<mailto:Forum-Pembaca-Kompas%40yahoogroups.com>  
Subject: [Forum-Pembaca-KOMPAS] RE: Ahli ITB: Pemerintah Lemas Atasi Kemacetan 

Rekan FPK, 

Seperti anda ketahui di Singapor kita (semua orang) nggak boleh buang sampah 
sembarangan – Dan bisa berjalan dengan tertib, karena ‘System” sudah solid dan 
berjalan dengan baik. 

Tetapi, saya lihat sendiri ada Singaporean, berada di Batam seenaknya buang 
sampah sembarangan.– Dan di Batam (juga di tempat lain di Inonesia) karena 
kelihatannya “ Maturaty System ” masih sangat rendah. Lihat kita membikin 
Aturan Dilarang Merokok, Harus pakai Safety Belt,….wah masyarakat kita masih 
harus sekolah lagi………Kelihatannya system kita yang kurang konsisten…. 

Jadi statement kalimat dibawah ini saya meragukan. 

Kesimpulan “System” harus dibangun oleh para pengambil kebijakan. Manusia akan 
tunduk kalau “system”nya kuat. 

Emangnya orang Indonesia nggak “civilized”. Saya 20 hidup di di Komplex yang 
environmentnya mirip sama di USA saya lihat lebih dari 5000 orang Indonesia 
sangat tertib. So , kesimpulannya : System harus kuat ….dan manusia akan ikut. 





Salam 

Ridwan Fakih 



From: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com 
<mailto:Forum-Pembaca-Kompas%40yahoogroups.com>  
[mailto:Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com 
<mailto:Forum-Pembaca-Kompas%40yahoogroups.com> ] On Behalf Of bodo_kerlchen 
Sent: Saturday, July 31, 2010 7:40 AM 
To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com 
<mailto:Forum-Pembaca-Kompas%40yahoogroups.com>  
Subject: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Re: [Koran-Digital] Ahli ITB: Pemerintah Lemas 
Atasi Kemacetan 





Rekan2 FPK, 
andaikata kita diizinkan untuk merenungkan perumpamaan analogi berikut ini: 
Misalnya separuh dari penduduk Singapore diganti serentak dengan penduduk 
indonesia, apakah kondisi lalulintas nya akan berubah kearah kondisi seperti 
amburadul nya lalulintas kita? Saya kok yakin, jawabannya adalah tidak. Kalau 
tokh kondisinya terganggu, maka dalam hitungan bulan, keadaan nya akan pulih 
kembali, karena pendatang baru itu akan dipaksa serta terpaksa menertibkan 
dirinya. Tetapi, apabila berbarengan dengan itu, separuh dari pemegang wewenang 
di Singapore juga secara serentak diganti dengan pemegang wewenang kita (ie. 
polri, kumham, dishub ect.), maka saya tidak yakin lagi dengan jawaban saya 
yang pertama tadi. Jadi apabila pemegang wewenang negeri ini bisa dipaksa oleh 
rakyatnya untuk mulai melakukan sesuatu dalam mengatasi masalah yang jelas2 
telah menjadi super komplex ini, maka dengan analogie diatas, mudah2an penguasa 
kita dapat mulai meletakkan prioritas tindakannya secara lebih effective, 
misalnya tidak lagi bolak-balik omongin panjang jalan dibandingkan dengan 
jumlah kendaraan, atau mengejar quantitas tertinggi didunia untuk jalur bus 
wae, yang semua itu ujungnya, proyek sebagai sumber kebocoran. A long long way 
.. ? 
Salam, 
bodo 


[Non-text portions of this message have been removed]





[Non-text portions of this message have been removed]



Bls: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Re: Ahli ITB: Pemerintah Lemas Atasi Kemacetan

2010-08-09 Thread Wal Suparmo
Salam,
Para pemimpin Indonesia sengaja pura2  dan MALU  mau tahu bahwa bangsa 
Indonesia masih terbelakang, bahkan dari beberapa bangsa di Asia.Banyak 
peraturan internasional lalu lintas yang tidak bisa diberlakukan.
Penggunaan gas setelah puluhan tahun, tidak bemasalah di Malaysia,Thailand 
,Filipina apalagi Singapura.Karena rakyatnya sudah maju dan bermoral, tidak mau 
mengoplos dan memalsu tabung gas.

Wasalam,
Wal Suparmo

--- Pada Rab, 4/8/10, bodo_kerlchen  menulis:


Dari: bodo_kerlchen 
Judul: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Re: Ahli ITB: Pemerintah Lemas Atasi Kemacetan
Kepada: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com
Tanggal: Rabu, 4 Agustus, 2010, 8:29 PM


 



Rekan2 FPK,
Suatu system, yang menjamin serta menjaga berjalannya aturan-2 serta 
kebijakan-2, hasil dari kajian pihak yang benar-2 kompeten (menguasai bidang 
kajiannya) yang notabene juga aplikable pada lingkungannya, sudah barang tentu 
harus kuat dan konsisten. Andaikata negeri ini telah mempunyai system seperti 
itu, lalu kita ambil contoh mengenai keharusan menggunakan safety belt. 
Bagaimana definisinya? Apakah untuk semua kendaraan yang rodanya lebih dari 
dua? Atau untuk semua kendaraan yang ber kabin dimana manusia duduk didalamnya, 
terutama yang duduk langsung dibelakang kaca depan? Bagaimana dengan Bajaj, 
Bemo, Angkot, atau mobil tua, atau mobil baru yang tidak dilengkapi safety 
belt? Contoh yang lebih nyata lagi, beberapa tahun lalu, mereka mengharuskan 
seluruh angkutan umum untuk menutup pintu, namun setelah aturan tersebut resmi 
diturunkan, barulah mereka "ngeh" bahwa sangat banyak angkutan umum yang tidak 
punya pintu. Inilah menurut saya hal yang sangat
 mendasar, yang menunjukkan bahwa pemegang wewenang itu belum pernah merasakan 
"dipaksa" oleh masa untuk berfikir pake otak. Bahwa hasilnya tidak aplikable, 
yah system kuat pun belum diperlukan, bukan begitu? Kalau singaporean disini 
buang sampah sembarangan, bagi saya itu sangat manusiawi, yang pada dasarnya 
kembali ke perhitungan untung rugi diri sendiri. Siapa sih yang mau repot nyari 
tempat sampah yang sangat langka disini? Atau bila tempat sampah ketemu, 
lubernya minta ampun dan lebih kotor dari jamban, or atleast, tidak lebih 
bersih dari lingkungan tempatnya berada? Karena ini masalah kebiasaan seorang, 
saya yakin, bila kondisi ketersediaan tempat sampahnya memadai, dan 
lingkungannya pun relative bersih seperti jalan raya didepan istana negara, 
mereka pasti tidak akan membuang sampahnya diluar tempat sampah.
Salam,
bodo