Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Redenominasi Cuma Wacana
Lho, kok baru pada tahu ya, kalau kita memang tinggal di negeri Wacana --- Pada Rab, 4/8/10, Kus Endarto menulis: Dari: Kus Endarto Judul: Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Redenominasi Cuma Wacana Kepada: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com Tanggal: Rabu, 4 Agustus, 2010, 12:55 PM sebagai wacana, wacana ini patut diacungi jempol karena sanggup membuat bingung. Entah apa yang ada di pikiran pemimpin bangsa ini yang selalu berusaha untuk tidak fokus menyelesaikan suatu permasalahan, namun berusaha untuk menyelesaikan permasalahan yang ada dengan permasalahan yang baru... kebingungan yang satu ditutupi dengan kebingungan yang lain...sebagai contoh:beberapa waktu terakhir ada program konversi minyak ke LPG, yang oleh beberapa pengamat disampaikan bahwa program tersebut secara "ekonomi" tidak masalah. Namun yang terjadi ketika program berjalan, bukannya masalah "ekonomi" yang selesai namun malah menimbulkan masalah "ekonomi" yang lain, seperti ledakan bom melon (nama lain LPG kemasan 3 kg), saling menyalahkan antar instansi, padahal pada saat kampanye program ini sempat diklaim sebagai keberhasilan salah satu calon... selain itu, belum lagi masalah utama perekonomian Indonesia berupa tingkat inflasi real yang ternyata tidak sama dengan tingkat inflasi nominal yang selalu diumumkan pemerintah melalui BPS setiap bulannya... klo misalnya saja mengatasi permasalahan di atas, yang melibatkan rupiah dengan nominal yang ada sekarang saja tidak beres, mengapa harus menambah persamalahan dengan melakukan denominasi??? semoga kebijakan ini bukan untuk menunjukkan ke-eksis-an seorang Gubernur BI yang baru, dengan meluncurkan wacana yang tidak menyelesaikan masalah yang ada... - Kus Endarto - --- On Wed, 8/4/10, forum-pembaca-kompas-ow...@yahoogroups.com wrote: From: forum-pembaca-kompas-ow...@yahoogroups.com Subject: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Redenominasi Cuma Wacana To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com Date: Wednesday, August 4, 2010, 10:50 AM JAKARTA, KOMPAS.com — Bank Indonesia belum akan menerapkan redenominasi, atau penyederhanaan dan penyetaraan nilai rupiah, dalam waktu dekat. Redenominasi membutuhkan komitmen nasional serta waktu dan persiapan yang cukup panjang. Hingga kini redenominasi baru pada tahap kajian. Wakil Presiden Boediono di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, Selasa (3/8/2010), menegaskan, kalaupun kajian tersebut sudah diselesaikan, masih panjang jalan untuk menggunakan hasil kajian itu menjadi kebijakan. "Studi itu berlanjut, belum selesai, belum tahu berapa lama. Kalau sudah ada hasil definitif, nanti dilaporkan ke pemerintah, kemudian dibahas, ada wacana publik. Prosesnya panjang untuk membuat studi itu menjadi policy," ujar Wapres. Oleh karena itu, Wapres mengimbau semua pihak untuk menjaga ketenangan dan kestabilan situasi ekonomi dan moneter. Menurut Wapres, redenominasi bukan berarti menandakan perekonomian memburuk. Redenominasi justru dilakukan pada saat perekonomian dalam kondisi yang baik. Potensi inflasi saat ini, menurut Wapres, justru lebih menjadi perhatian pemerintah. Berkaitan dengan upaya menjaga tingkat inflasi tersebut, pemerintah kini mendorong kelancaran arus suplai bahan-bahan kebutuhan pokok masyarakat. Kenaikan harga menjelang bulan puasa dan Lebaran akan bersifat sementara dan terkendali. Pernyataan senada disampaikan oleh Pjs Gubernur BI Darmin Nasution. Dijelaskan, saat ini BI masih melakukan riset mengenai redenominasi dan secara aktif akan berdiskusi dengan sejumlah pihak untuk mencari masukan. Hasil kajian yang dilakukan BI akan diserahkan kepada pihak-pihak terkait agar dapat menjadi komitmen nasional. Darmin menambahkan, BI menilai, keberhasilan redenominasi sangat ditentukan oleh berbagai hal yang saat ini tengah dikaji, sebagaimana yang telah dilakukan oleh beberapa negara yang berhasil melakukannya. Redenominasi biasanya dilakukan pada saat ekspektasi inflasi berada di kisaran rendah dan pergerakannya stabil, kondisi ekonomi yang stabil dan menuju ke arah yang lebih sehat, ada jaminan stabilitas harga, serta adanya kebutuhan dan kesiapan masyarakat. Menanggapi keresahan dan pro-kontra mengenai redenominasi yang berkembang selama beberapa hari terakhir, Darmin menegaskan, redenominasi sama sekali tidak merugikan masyarakat. "Redenominasi berbeda dengan sanering atau pemotongan uang. Dalam redenominasi, nilai uang terhadap barang (daya beli) tidak akan berubah. Yang terjadi hanyalah penyederhanaan dalam nilai nominal berupa penghilangan beberapa digit angka nol," ujar Darmin. Redenominasi, lanjut Darmin, akan menyederhanakan penulisan nilai barang dan jasa, yang diikuti penyederhanaan penulisan alat pembayaran atau uang. Selanjutnya, hal ini akan menyederhanakan sistem akuntansi dalam sistem pembayaran tanpa menimbulkan dampak negatif terhadap perekonomian. Ad
Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Redenominasi Cuma Wacana
sebagai wacana, wacana ini patut diacungi jempol karena sanggup membuat bingung. Entah apa yang ada di pikiran pemimpin bangsa ini yang selalu berusaha untuk tidak fokus menyelesaikan suatu permasalahan, namun berusaha untuk menyelesaikan permasalahan yang ada dengan permasalahan yang baru... kebingungan yang satu ditutupi dengan kebingungan yang lain...sebagai contoh:beberapa waktu terakhir ada program konversi minyak ke LPG, yang oleh beberapa pengamat disampaikan bahwa program tersebut secara "ekonomi" tidak masalah. Namun yang terjadi ketika program berjalan, bukannya masalah "ekonomi" yang selesai namun malah menimbulkan masalah "ekonomi" yang lain, seperti ledakan bom melon (nama lain LPG kemasan 3 kg), saling menyalahkan antar instansi, padahal pada saat kampanye program ini sempat diklaim sebagai keberhasilan salah satu calon... selain itu, belum lagi masalah utama perekonomian Indonesia berupa tingkat inflasi real yang ternyata tidak sama dengan tingkat inflasi nominal yang selalu diumumkan pemerintah melalui BPS setiap bulannya... klo misalnya saja mengatasi permasalahan di atas, yang melibatkan rupiah dengan nominal yang ada sekarang saja tidak beres, mengapa harus menambah persamalahan dengan melakukan denominasi??? semoga kebijakan ini bukan untuk menunjukkan ke-eksis-an seorang Gubernur BI yang baru, dengan meluncurkan wacana yang tidak menyelesaikan masalah yang ada... - Kus Endarto - --- On Wed, 8/4/10, forum-pembaca-kompas-ow...@yahoogroups.com wrote: From: forum-pembaca-kompas-ow...@yahoogroups.com Subject: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Redenominasi Cuma Wacana To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com Date: Wednesday, August 4, 2010, 10:50 AM JAKARTA, KOMPAS.com — Bank Indonesia belum akan menerapkan redenominasi, atau penyederhanaan dan penyetaraan nilai rupiah, dalam waktu dekat. Redenominasi membutuhkan komitmen nasional serta waktu dan persiapan yang cukup panjang. Hingga kini redenominasi baru pada tahap kajian. Wakil Presiden Boediono di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, Selasa (3/8/2010), menegaskan, kalaupun kajian tersebut sudah diselesaikan, masih panjang jalan untuk menggunakan hasil kajian itu menjadi kebijakan. "Studi itu berlanjut, belum selesai, belum tahu berapa lama. Kalau sudah ada hasil definitif, nanti dilaporkan ke pemerintah, kemudian dibahas, ada wacana publik. Prosesnya panjang untuk membuat studi itu menjadi policy," ujar Wapres. Oleh karena itu, Wapres mengimbau semua pihak untuk menjaga ketenangan dan kestabilan situasi ekonomi dan moneter. Menurut Wapres, redenominasi bukan berarti menandakan perekonomian memburuk. Redenominasi justru dilakukan pada saat perekonomian dalam kondisi yang baik. Potensi inflasi saat ini, menurut Wapres, justru lebih menjadi perhatian pemerintah. Berkaitan dengan upaya menjaga tingkat inflasi tersebut, pemerintah kini mendorong kelancaran arus suplai bahan-bahan kebutuhan pokok masyarakat. Kenaikan harga menjelang bulan puasa dan Lebaran akan bersifat sementara dan terkendali. Pernyataan senada disampaikan oleh Pjs Gubernur BI Darmin Nasution. Dijelaskan, saat ini BI masih melakukan riset mengenai redenominasi dan secara aktif akan berdiskusi dengan sejumlah pihak untuk mencari masukan. Hasil kajian yang dilakukan BI akan diserahkan kepada pihak-pihak terkait agar dapat menjadi komitmen nasional. Darmin menambahkan, BI menilai, keberhasilan redenominasi sangat ditentukan oleh berbagai hal yang saat ini tengah dikaji, sebagaimana yang telah dilakukan oleh beberapa negara yang berhasil melakukannya. Redenominasi biasanya dilakukan pada saat ekspektasi inflasi berada di kisaran rendah dan pergerakannya stabil, kondisi ekonomi yang stabil dan menuju ke arah yang lebih sehat, ada jaminan stabilitas harga, serta adanya kebutuhan dan kesiapan masyarakat. Menanggapi keresahan dan pro-kontra mengenai redenominasi yang berkembang selama beberapa hari terakhir, Darmin menegaskan, redenominasi sama sekali tidak merugikan masyarakat. "Redenominasi berbeda dengan sanering atau pemotongan uang. Dalam redenominasi, nilai uang terhadap barang (daya beli) tidak akan berubah. Yang terjadi hanyalah penyederhanaan dalam nilai nominal berupa penghilangan beberapa digit angka nol," ujar Darmin. Redenominasi, lanjut Darmin, akan menyederhanakan penulisan nilai barang dan jasa, yang diikuti penyederhanaan penulisan alat pembayaran atau uang. Selanjutnya, hal ini akan menyederhanakan sistem akuntansi dalam sistem pembayaran tanpa menimbulkan dampak negatif terhadap perekonomian. Adapun sanering adalah pemotongan uang dalam kondisi perekonomian yang tidak sehat, yang dipotong nilai uangnya. Sebagai contoh, harga 1 liter premium saat ini Rp 4.500. Jika terjadi redenominasi 3 digit, dengan uang Rp 4,5 tetap dapat membeli 1 liter premium karena harga 1 liter premium juga dinyatakan dalam satuan pecahan yang baru. Adapun jika y