-- 
j.gedearka <j.gedea...@upcmail.nl>


https://mediaindonesia.com/podiums/detail_podiums/1838-4-sehat-5-sempurna


Selasa 26 Mei 2020, 11:10 WIB

4 Sehat, 5 Sempurna

Suryopratomo Dewan Redaksi Media Group | Editorial
 
4 Sehat, 5 Sempurna

MI/Ebet
Suryopratomo Dewan Redaksi Media Group.

PENGALAMAN 2,5 bulan percepatan penanganan virus korona atau covid-19 
memberikan pelajaran berharga tentang praktik-praktik yang harus dilakukan 
semua komponen bangsa dalam menghadapi wabah covid-19. Kolaborasi pentahelix 
berbasis komunitas menjadi kunci kekuatan karena tidak mungkin wabah covid-19 
hanya ditangani oleh pemerintah sendirian.

Setiap lapisan masyarakat mulai akademisi, dunia usaha, tokoh agama dan tokoh 
masyarakat, serta media massa harus dilibatkan dalam upaya bersama menghadapi 
wabah covid-19. Pengalaman DKI Jakarta, Bodetabek, dan Jawa Barat menunjukkan 
ketika kebersamaan bisa dibangun dan ada sikap seia-sekata dari semua komponen 
bangsa, kita bisa melakukan pengendalian penyebaran virus. Memang proses ini 
tidak sekali jadi, tetapi dari perjalanan waktu akhirnya bisa dicapai sebuah 
pemahaman bersama.

Provinsi Bali bisa menjadi contoh lain dalam pengendalian wabah covid-19. Tanpa 
harus menerapkan pembatasan sosial berskala besar, Bali bisa melakukan 
pengendalian lebih baik. Kuncinya adalah satu pandangan antarpimpinan daerah 
dalam mengambil langkah tindakan serta peran serta masyarakat yang diawasi 
langsung oleh lembaga adat.

Dua minggu ke depan sebelum diambil langkah pengurangan pembatasan sosial 
berskala besar (PSBB) perlu dilakukan penguatan. Terutama pada daerah-daerah 
yang menjadi episentrum baru dan grafik penularan sedang meningkat.

Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 perlu hadir langsung untuk 
menguatkan pimpinan daerah sekaligus membagikan pengalaman dua setengah bulan 
menangani covid-19. Terutama cara membangun kebersamaan di antara komponen di 
daerah serta edukasi dan sosialisasi yang tidak boleh bosan untuk dilakukan.

Jawa Timur merupakan salah satu provinsi yang perlu diberikan penguatan. 
Ketidakmampuan untuk mengendalikan penyebaran covid-19 akan membuat anggota 
masyarakat bisa jatuh sakit dan kalau terlalu banyak korban yang jatuh akan 
menurunkan moral seluruh bangsa.

Dua setengah bulan yang sudah kita lewati jangan dibiarkan berlalu begitu saja. 
Prinsip untuk 'menjaga yang sehat tetap sehat, yang kurang sehat dibuat menjadi 
sehat, dan yang sakit kita obati sampai sembuh' harus menjadi prinsip yang 
dipegang oleh semua pimpinan Gugus Tugas Daerah. Kolaborasi pentahelix berbasis 
komunitas harus juga dilakukan Gugus Tugas Daerah agar pemerintah daerah tidak 
merasa bekerja sendirian.

Langkah penguatan daerah perlu lebih gencar dilakukan karena kita harus mampu 
mengendalikan penyebaran covid-19. Kondisi itu merupakan prasyarat sebelum kita 
menjalankan new normal atau kehidupan normal yang baru.

New normal yang berbasis protokol kesehatan hanya akan bisa dilaksanakan 
apabila ada peran serta dari semua komponen masyarakat. Disiplin diri dan 
disiplin kolektif harus selalu saling diingatkan agar kita semua selamat dari 
ancaman covid-19.

Ke depan masyarakat harus menjadi pengawas dari anggota masyarakat lainnya. 
Mereka yang tidak menjalankan protokol kesehatan harus “dihukum” oleh 
masyarakat sendiri.

Gerakan '4 Sehat, 5 Sempurna' yakni pakai masker, jaga jarak, cuci tangan pakai 
sabun dan air mengalir, olahraga teratur, istirahat yang cukup, dan tidak 
panik, serta makan makanan bergizi, harus digulirkan. Kita bisa belajar dari 
masyarakat Tiongkok yang mengubah kultur meludah di sembarang tempat, menjadi 
tidak meludah. Mereka menggunakan anak-anak sekolah untuk menjadi pengingat 
orang tua yang meludah sembarangan.

Pesan '4 Sehat, 5 Sempurna' di era covid-19 akan lebih mudah menancap di benak 
seluruh anggota masyarakat apabila yang mengingatkan “anak-anak” kita. Orang 
pasti akan malu kalau anaknya mengingatkan dia untuk peduli kepada protokol 
kesehatan.

Kita sedih melihat perilaku banyak masyarakat yang menganggap enteng masalah 
covid-19. Mereka sama sekali tidak memedulikan keselamatan dirinya. Padahal 
keharusan menggunakan masker ketika keluar rumah pertama-tama adalah untuk 
keselamatan dirinya. Demikian pula dengan menjaga jarak maupun selalu mencuci 
dengan sabun dan air mengalir.

Wali Kota New York Michael Cuomo mengatakan, penggunaan masker ketika di luar 
rumah juga merupakan penghormatan kepada orang lain. Dengan menggunakan masker, 
kita mengurangi kemungkinan orang lain tertular oleh kita. Sebaliknya ketika 
orang lain juga menggunakan masker artinya dia mengurangi kemungkinan menular 
kepada kita.

Rasa tanggung jawab terhadap keselamatan orang lain harus melekat pada diri 
semua kita. Tidak bisa lagi kita bersikap masa bodoh, karena satu saja orang 
bersikap sembarangan, maka jutaan orang yang akan ikut menderita.

 

 

Kirim email ke