https://tirto.id/abri-merah-putih-vs-abri-hijau-sentimen-agama-di-tubuh-tentara-c1cl
Seri Rivalitas Tentara
ABRI Merah-Putih vs ABRI Hijau:
Sentimen Agama di Tubuh Tentara
Ilustrasi ABRI Merah-Putih vs ABRI Hijau pada awal 1990-an.
tirto.id/Lugas
<https://tirto.id/abri-merah-putih-vs-abri-hijau-sentimen-agama-di-tubuh-tentara-c1cl>
Ilustrasi ABRI Merah-Putih vs ABRI Hijau pada awal 1990-an.
tirto.id/Lugas
Oleh: Petrik Matanasi - 28 September 2018
Dibaca Normal 3 menit
/Pada awal 1990-an, ada isu konflik antara ABRI Merah-Putih versus ABRI
Hijau. Kala Benny Moerdani jadi panglima, karier orang-orang ABRI Hijau
meredup./
tirto.id <https://tirto.id/> - Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
(ABRI) era 1990-an diwarnai isu adanya kelompok yang disebut ABRI
Merah-Putih dan ABRI Hijau. Pelabelan macam itu memang problematis.
Menurut Salim Said dalam /Menyaksikan 30 Tahun Pemerintahan Otoriter
Soeharto/ (2016), “[...] label serta isu ABRI Hijau versus ABRI
Merah-Putih adalah sesuatu yang mengada-ada, menyesatkan dan kemudian
dengan cepat berlalu" (hlm. 154-155).
Meski demikian, isu tersebut santer terdengar dalam percakapan politik
zaman Orde Baru dan menjadi wacana yang diperdebatkan secara akademis.
Aktor-aktor yang terlibat di dalamnya pun banyak yang turut buka suara
setelah Soeharto tumbang.
ABRI Merah-Putih identik dengan sosok Jenderal Leonardus Benjamin
Moerdani alias Benny Moerdani. Panglima ABRI dari 1983 hingga 1988 itu
terkenal angker bagi orang-orang Islam di Indonesia.
Namanya kerap dikaitkan dengan Peristiwa Tanjung Priok (1984) dan bahkan
dituduh punya rencana tersembunyi menghabisi gerakan Islam. Karena itu,
Benny kerap dicap anti-Islam. Ia tentu tak sendirian. Ada Mayor Jenderal
Sintong Panjaitan yang dianggap sebagai “orangnya Benny”.
“Saya bukan orangnya Pak Benny. Tetapi karena Pak Benny menjabat
Panglima ABRI, saya orangnya Panglima ABRI,” aku Sintong dalam buku
biografinya yang disusun Hendro Subroto, /Sintong Panjaitan: Perjalanan
Seorang Prajurit Para Komando/ (2009: 464).
Sintong juga mengaku dirinya lebih dekat dengan Try Sutrisno, kawan lama
Benny. Ia dekat pula dengan sesama alumni Akademi Militer Nasional (AMN)
yang lebih senior, seperti Edy Sudradjat (yang juga dicap sebagai
orangnya Benny) dan Feisal Tanjung (yang dianggap bukan orangnya Benny).
Tentang Sintong, Salim Said menyebut, “[...] menurut cerita teman-teman
dekatnya, sebenarnya hanya seorang serdadu profesional yang bersahaja
dan apolitis.”
Baca juga: Tragedi Benny Moerdani: Dipercaya Soeharto, Lalu Ditinggalkan
<https://tirto.id/tragedi-benny-moerdani-dipercaya-soeharto-lalu-ditinggalkan-cTXy>
Bermain Sentimen Agama
Orang-orang yang disiapkan Benny sebagai penerusnya di ABRI tak hanya
Sintong. Dalam /Konflik dan Integrasi TNI-AD/ (2004), Kivlan Zen
menyebut ada Letnan Jenderal Sahala Rajagukguk, Brigadir Jenderal Theo
Syafei, Kolonel Luhut Panjaitan, dan Letnan Kolonel Romulo Robert
Simbolon (hlm. 73).
Masih menurut Kivlan, apa yang disebut ABRI Merah-Putih adalah "tentara
yang dianggap nasionalis dan tidak membawa bendera agama." Sementara
yang disebut ABRI Hijau adalah “tentara yang berasal dari subkultur
Islam dan dekat dengan tokoh-tokoh Islam seperti ulama, kyai dan
pemimpin ormas Islam” (hlm. 77).
Pendapat Kivlan diperkuat Fadli Zon dalam /Politik Huru-Hara Mei 1998/
(2004). Menurutnya, “Istilah ABRI Hijau ini dipakai untuk menyudutkan
mereka yang dekat dengan kalangan Islam, berarti tidak Merah Putih”
(hlm. 21).
Di zaman Benny Moerdani begitu berkuasa, kelompok yang disebut ABRI
Hijau ini dianggap terzalimi. Mereka yang dianggap terzalimi itu di
antaranya Mayor Jenderal Feisal Tanjung (yang lebih dari tiga tahun jadi
Komandan Seskoad di Bandung) dan Mayor Jenderal Raden Hartono (yang jadi
Panglima Brawijaya di Jawa Timur).
Feisal Tanjung berasal dari keluarga Muhammadiyah di pesisir barat
Sumatra Utara. Sementara itu, menurut Salim Said, ibunda Raden Hartono
adalah aktivis Aisyiyah (sayap perempuan Muhammadiyah) di Madura, Jawa
Timur.
Suatu waktu, Hartono pernah diproyeksikan menjadi Gubernur Jawa Timur,
tapi batal. “Try Sutrisno memindahkan saya ke Bandung menjadi Kepala
Sesko Gabungan,” kata Hartono seperti dicatat Salim Said (hlm. 155).
Try juga pernah memerintahkan Hartono tak mendukung Ikatan Cendekiawan
Muslim Indonesia (ICMI). Tapi ia lebih menuruti kehendak Soeharto yang
mulai mendukung ICMI. Soal ini Hartono mengaku, “Saya lebih takut kepada
Pak Harto.”
Sepenuturan Kivlan Zen, sejak 1991 Hartono dihubungi oleh Prabowo, yang
memintanya untuk mendukung Soeharto dalam menghadapi Benny kelak. Namun,
waktu Edy Sudradjat jadi Panglima ABRI pada 1993, Hartono diberi jabatan
Komandan Sesko ABRI yang dianggap sebagai jabatan buangan (hlm. 79-81).
Setelah Feisal Tanjung menjadi panglima, Hartono diberi jabatan Gubernur
Lemhanas lalu Kepala Staf Sosial Politik (Kassospol) ABRI dan akhirnya
Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD).
Sebagai sesama ABRI Hijau, nasib Feisal Tanjung hampir sama dengan
Hartono. Ia juga sempat jadi "orang buangan" sebelum ditunjuk sebagai
Panglima ABRI.
Z.A. Maulani, yang juga digolongkan ABRI Hijau, membuat kesaksian
positif tentang Feisal Tanjung. “[...] dulu di tahun 1960an yang namanya
Kompi Tanjung itu kompi legendaris,” tulisnya dalam /Melaksanakan
Kewajiban Kepada Tuhan dan Tanah Air: Memoar Seorang Prajurit TNI/
(2005: 257).
Kompi pimpinan Feisal memang legenda dalam operasi pemberangusan
orang-orang komunis setelah peristiwa G30S. Berdasarkan prestasinya di
masa muda, Maulani yakin akan kualitas seorang Feisal Tanjung, yang
merupakan kawan satu angkatannya. Namun, pada akhir 1980-an, karier
militer Feisal terhambat.
Baca juga: Feisal Tanjung: Panglima ABRI di Masa Soeharto Menunggangi
Islam
<https://tirto.id/feisal-tanjung-panglima-abri-di-masa-soeharto-menunggangi-islam-c1ci>
Infografik Seri Rivalitas ABRI Merah Putih vs ABRI Hijau
Dua Santri di Pucuk ABRI
Hartono dan Feisal Tanjung adalah dua jenderal yang didekati Prabowo
Subianto ketika jadi perwira menengah dan berkonflik dengan Benny
Moerdani. Setelah Peristiwa Santa Cruz Dili 1991, orang-orang dari
golongan yang disebut ABRI Merah-Putih mulai suram kariernya.
“Atas perintah Presiden Soeharto dilaksanakan sidang Dewan Kehormatan
Perwira (DKP) yang dipimpin Mayjen Feisal Tanjung. Sidang DKP memutuskan
pemberhentian dari dinas militer Mayor Jenderal Sintong Panjaitan
(selaku) Panglima KODAM IX Udayana yang membawahi Koopskam Timor Timur,”
tulis Kivlan Zen (hlm. 76-77).
Setelah persidangan itu, Feisal makin dikenal Soeharto. Feisal pun
dijadikan Panglima ABRI pada pertengahan 1993. Sebelumnya, ia menjabat
Kepala Staf Umum ABRI pada pertengahan 1992.
Moerdani betul-betul hilang dari jabatan di dunia pertahanan dan militer
setelah 1993. Di masa ini, banyak perwira yang dianggap dekat dengan
Benny tidak memperoleh posisi strategis di tubuh ABRI.
Baca juga: Benarkah Soeharto Memusuhi Islam dan Mengapa Ia Berubah?
<https://tirto.id/benarkah-soeharto-memusuhi-islam-dan-mengapa-ia-berubah-ckrR>
Luhut Binsar Panjaitan juga seperti orang buangan. Dia dijadikan
Komandan Korem di Madiun lalu Komandan Pusat Persenjataan Infanteri
(Pussenif). Setelah 1993, dia tak pernah mengisi jabatan strategis di
ABRI, meski belakangan jadi Jenderal Kehormatan.
Menurut Salim Said, “[...] mereka yang disingkirkan Soeharto [pada era
1990-an] menyebut diri mereka ABRI Merah Putih dan menggelari lawannya,
yakni mereka yang dipakai Soeharto, sebagai ABRI Hijau” (hlm. 154).
Ketika Hartono dilantik sebagai KSAD pada 8 Februari 1995, ada dua
jenderal ABRI Hijau yang menduduki jabatan tertinggi di ABRI. Dua
jenderal dari keluarga Muhammadiyah itu pun dijuluki jenderal santri.
“Untuk pertama kalinya [Soeharto] mendudukkan dua perwira tinggi yang
dekat dengan kalangan Islam pada puncak pimpinan ABRI,” tulis Kivlan Zen.
Seri Rivalitas Tentara:
* Kuasa Besar Ali Moertopo Picu Perlawanan Jenderal-Jenderal Intel
<https://tirto.id/kuasa-besar-ali-moertopo-picu-perlawanan-jenderal-jenderal-intel-cQhN>
* M. Jasin Menggebuk Bustanil Arifin Gara-Gara Putrinya Dilecehkan
<https://tirto.id/m-jasin-menggebuk-bustanil-arifin-gara-gara-putrinya-dilecehkan-cQhM>
* Perang Saudara Nasution vs Lubis Panaskan Angkatan Darat
<https://tirto.id/perang-saudara-nasution-vs-lubis-panaskan-angkatan-darat-cQhK>
* Prabowo vs Benny Moerdani: Perseteruan Menantu & Orang Kepercayaan
<https://tirto.id/prabowo-vs-benny-moerdani-perseteruan-menantu-orang-kepercayaan-c1ca>
* Ketika Benny Moerdani Memata-Matai M. Jusuf demi Soeharto
<https://tirto.id/ketika-benny-moerdani-memata-matai-m-jusuf-demi-soeharto-cQhL>
==========
/Menjelang HUT TNI ke-73,/Tirto/menayangkan dua serial khusus tentang
sejarah militer Indonesia: "Seri Para Panglima Soeharto" dan "Seri
Rivalitas Tentara". Serial pertama ditayangkan tiap Kamis, serial kedua
tiap Jumat. Edisi khusus ini hadir hingga puncak perayaan HUT TNI pada 5
Oktober 2018./
Baca juga artikel terkait SEJARAH POLITIK
<https://tirto.id/q/sejarah-politik-kK5?utm_source=internal&utm_medium=lowkeyword>
atau tulisan menarik lainnya Petrik Matanasi
<https://tirto.id/author/petrikmatanasi?utm_source=internal&utm_medium=topauthor>
(tirto.id - Politik)
Penulis: Petrik Matanasi
Editor: Ivan Aulia Ahsan
Hartono dan Feisal Tanjung adalah dua jenderal yang didekati Prabowo
ketika ia berkonflik dengan Benny Moerdani.