https://tirto.id/bukan-bendera-pki-yang-dikibarkan-di-bali-cKue
Bukan Bendera PKI yang Dikibarkan di
Bali
Fact Check bendera PKI di Bali. FOTO/Gelora.co
<https://tirto.id/bukan-bendera-pki-yang-dikibarkan-di-bali-cKue>
Fact Check bendera PKI di Bali. FOTO/Gelora.co
Oleh: Frendy Kurniawan - 16 Mei 2018
Dibaca Normal 2 menit
/Dua wisatawan asing diperiksa kepolisian karena mengibarkan bendera
bergambar palu arit dan bintang./
tirto.id <https://tirto.id/> - Sejumlah situs memberitakan dua wisatawan
mancanegara diperiksa kepolisian di Bali karena mengibarkan bendera PKI.
Peristiwa tersebut terjadi pada 9 Mei 2018 di pantai kawasan Karangasem,
Bali. Pelakunya diduga warga negara Rusia.
/Gelora.co, islaminews.com, pojoksatu.id, suara.co, eramuslim.com,
tribunislam.com, /hingga/beritacenter.com/ menurunkan artikel tentang
peristiwa tersebut dengan satu persamaan: menggunakan frase “bendera
PKI” di judul artikel. Semua artikel itu isinya hampir sama, jika bukan
saling menduplikasi.
Pernyataan Kepolisian dan Kedutaan Rusia
Kepala Urusan Kemitraan Subbidpenmas Bidang Humas Polda Bali Kompol Ismi
Rahayu membenarkan pemeriksaan dua wisatawan asing dalam kasus
pengibaran bendera di Bali.
"Iya. Pelaku Denis Nazarenko (37 tahun) dan Katerina Evelokimova (30
tahun)," jawab Ismi Rahayu kepada /Tirto/.
Ismi juga membenarkan bahwa kejadian berlangsung di Karangasem.
Persisnya: Pantai Pasir Putih, Banjar Dinas Perasi Kelod, Desa Pertima,
Kecamatan Karangasem, Kabupaten Karangasem. Kejadian berlangsung pada
pukul 15.00 WITA, Rabu, 9 Mei 2018.
Kronologinya: Babinkamtibmas Desa Perasi mengaku mendapatkan informasi
dari warga setempat dan melaporkannya ke Polres Karangasem. Kedua wisman
itu lantas diperiksa oleh aparat kepolisian.
Baca juga: Peta Interaktif Persebaran Partai Komunis Sedunia
<https://tirto.id/adakah-masa-depan-partai-komunis-cxq5>
Saat /Tirto/ bertanya bendera apa yang dikibarkan, Ismi menjawab
singkat: "Bendera dengan simbol komunis."
Ismi juga mengirimkan bukti dokumentasi foto bendera merah dengan
tulisan aksara Kirilik dengan simbol palu arit dan bintang kepada /Tirto/.
Denis Tetyushin, atase pers Kedutaan Besar Rusia di Indonesia, mengaku
sudah mendengar kabar tersebut.
"Kami [sudah] mendengar, [namun] dari kepolisian belum ada informasi,"
jawab Denis.
Soal nama dua wisatawan yang mirip dengan nama-nama dari Rusia, Denis
menjelaskan kemungkinan mereka bukan berkewarganegaraan Rusia masih
dapat terjadi. Nama-nama seperti Denis Nazarenko dan Katerina
Evelokimova sangat biasa bagi orang-orang dari banyak negara pecahan Uni
Soviet, namun kini bukan lagi menjadi bagian Rusia.
"Mereka juga bisa mempunyai kewarganegaraan yang lain. Jadi kami perlu
mendapatkan konfirmasi terlebih dahulu. Soalnya nama dan nama keluarga
mereka sangat biasa untuk orang dari negara-negara pasca Uni Soviet,"
dijelaskan Denis.
Baca juga: Kematian Memalukan Mussolini yang Tak Ingin Ditiru Hitler
<https://tirto.id/kematian-memalukan-mussolini-yang-tak-ingin-ditiru-hitler-cJiz>
Bukan Bendera PKI
Berdasarkan foto yang dikirimkan Kompol Ismi Rahayu, tampak bendera
tersebut memuat teks: "150 стр. ордена Кутузова II ст. идрицк. див.79
С.К. 3 У.А. 1 Б.Ф". Artinya kurang lebih seperti ini: “Divisi Rifle
ke-150, diberikan dengan Order of Kutuzov kelas II, gelar kehormatan
divisi Idritska, 79 Rifle Corps, Shock Army ke-3, Front Belorusia ke-1".
Denis Tetyushin menjelaskan: "Itu bukan bendera partai komunis, walaupun
ada simbol atau lambang komunis pada benderanya."
Bendera itu disebut "The Soviet Banner of Victory" (Znamya Pobedy
<http://litinstitut.ru/content/tri-lekcii-ko-dnyu-pobedy>). Bendera itu
punya konteks sejarah yang khusus yaitu Perang Dunia II. Dikisahkan
bahwa tiga tentara Soviet (Alexei Berest , Mikhail Yegorov, dan Meliton
Kantaria) membentangkan bendera itu di gedung Reichstag, Berlin, pada 1
Mei 1945, atau sehari setelah Adolf Hitler bunuh diri.
"Bendera dipasang di Reichstag, pada waktu pertempuran di Berlin, ketika
tentara Uni Soviet berhasil menguasai Berlin. Bendera tersebut digunakan
Tentara Uni Soviet sewaktu Perang Dunia II, dan terlepas [tidak ada
hubungannya] dengan Indonesia," tegas Denis.
Baca juga: Kegagalan-Kegagalan Memberangus Palu Arit
<https://tirto.id/kegagalan-kegagalan-memberangus-palu-arit-chJc>
Kesimpulan
Pertama, informasi tentang diperiksanya dua wisatawan asing karena
mengibarkan bendera di Karangasem, Bali, memang benar terjadi. Kedua,
menyebut bendera yang dikibarkan dua orang asing itu sebagai bendera
Partai Komunis Indonesia (PKI) adalah keliru.
Bendera tersebut adalah Znamya Pobedy
<https://www.amazon.com/Soviet-Znamya-Pobedy-outdoor-Flying/dp/B01GAZCPVK>,
simbol kemenangan bersejarah Uni Sovyet di Perang Dunia II, tepatnya
menandai keberhasilan Sovyet menduduki Jerman. Disebut “bendera Soviet”
pun sebenarnya kurang tepat, lebih tepat disebut “banner”, karena
bendera resmi Soviet hanya memuat gambar palu arit dan bintang saja
<https://www.mediastorehouse.com/sapporo-olympics-opening-ceremony/print/9059575.html>.
Sedangkan yang dikibarkan dua wisatawan itu disertai teks “150 стр.
ордена Кутузова II ст. идрицк. див.79 С.К. 3 У.А. 1 Б.Ф”.
Selain keliru menyebut bendera tersebut sebagai “bendera PKI”, judul
artikel-artikel yang diunggah di situs-situs tersebut juga mengimbuhinya
dengan frase-frase seperti "geger"; "Bali gempar"; "ngeri" hingga
"kurangajar". Frase-frase tersebut membuat artikel tersebut semakin
bombastis, selain keliru, sehingga masuk kategori berita yang
menyebarkan *disinformasi*.
======
/Tirto/mendapatkan akses pada aplikasi CrowdTangle yang memungkinkan
mengetahui sebaran sebuah unggahan (konten) di Facebook, termasuk
memprediksi potensi viral unggahan tersebut. Akses tersebut merupakan
bagian dari realisasi penunjukan /Tirto/sebagai pihak ketiga dalam
proyek periksa fakta.
News Partnership Lead Facebook Indonesia, Alice Budisatrijo, mengatakan,
alasan pihaknya menggandeng /Tirto/ dalam program/third party fact
checking/ karena /Tirto /merupakan satu-satunya media di Indonesia yang
telah terakreditasi oleh International Fact Cheking Network
<https://tirto.id/setelah-lolos-verifikasi-ifcn-tirtoid-raih-penghargaan-adinegoro-cDNx>
sebagai pemeriksa fakta.
Baca juga artikel terkait PERIKSA FAKTA
<https://tirto.id/q/periksa-fakta-gnQ?utm_source=internal&utm_medium=lowkeyword>
atau tulisan menarik lainnya Frendy Kurniawan
<https://tirto.id/author/frendykurniawan?utm_source=internal&utm_medium=topauthor>
(tirto.id - Politik)
Reporter: Frendy Kurniawan
Penulis: Frendy Kurniawan
Editor: Zen RS