Erick dan Adian Napitupulu
by. Erizeli Jely Bandaro
Secara pribadi saya sangat menghargai  sikap Bang Adian Napitupulu. Dia sangat 
konsisten dengan ajaran Marhaen. Baginya apapun kebijakan negara harus bisa 
diterjemahkan dengan mudah dan tujuannya jelas berdasarkan Pancasila. Sikap 
berbeda bang Adian dengan pemerintah soal dana talangan BUMN khususnya Garuda, 
lebih didasarkan kepada pertimbangan idiologi yang dia perjuangkan. Bahwa 
negara harus ada hadir secara significant dalam BUMN. Bila perlu saham 
pemerintah harus dominan. Bila perlu Pemerintah harus keluarkan tambahan modal 
kepada BUMN agar perannya lebih besar bagi pembangunan, untuk rakyat tentunya.  
Yang jadi masalah adalah sejak Soeharto jatuh dan rezim reformasi berkuasa, UU 
dan PP yang ada di negeri ini telah berubah sesuai dengan Amandemen UUD45. BUMN 
tidak lagi dengan prinsip agent of development tetapi business oriented. Tampa 
disadari kita sudah memasuki era state of capitalism. Privatisasi terjadi 
secara terus menerus sejak era Gus Dur sampai era SBY. Memang era Jokowi 
privatisasi dihentikan. Namun yang sudah terlanjur diprivatisasi terus saja DPR 
izinkan untuk righ issue sehingga mengurangi porsi saham Pemerintah. Lantas 
gimana solusinya ?
Menurut saya, kita bisa saja menuju state of capitalism tetapi tetap mengacu 
kepada UUD 45 pasal 33 yaitu sosialis. Gimana caranya? pemerintah harus lakukan 
audit PSO (Public Service Obligation) secara menyeluruh terhadap semua BUMN 
yang ada. Nah kalau index PSO di bawah 50% ya lepas saja BUMN itu. Karena 
negara engga perlu ngurusi bisnis yang tidak berhubungan dengan kewajiban 
sosial kepada publik. Contoh Telkom, kalau memang tidak ada lagi unsur 
pelayanan sosial kepada publik, dan semua sudah bisnis ya jual saja. Uangnya 
pakai untuk memperkuat Angkasa Pura atau PT KAI atau PELNI. 
Di China standard gaji pegawai BUMN didasarkan kepada index PSO Semakin tinggi 
index nya semakin tinggi gaji pegawai tersebut. Contoh Kepala Stasiun Kereta 
Louho di Shenzhen gajinya lebih tinggi dibandingkan Walikota Shenzhen.. Mengapa 
? Karena tanggung jawab sosial yang berhubungan dengan publik lebih berat 
dibandingkan dengan walikota. Gaji pegawai Agriculture Bank OF China. lebih 
tinggi dibandingkan dengan Bank central China.Mengapa ? karena Agriculture Bank 
OF China lebih besar index PSO nya dibandingkan People Banks Of China, yang 
hanya melaksanakan UU dan kebijakan pemerintah. Agriculture of bank china harus 
mengelola ratusan juta petani dan nelayan, dan sebagian besar lemah namun 
menjadi tanggung jawab negara harus dibina. 
Apakah BUMN yang bekerja secara penuh 100% Indek PSO nya merugi? Tidak. Di 
Cina, PSO tinggi, maka tinggi juga kualitas pelayanan kepada publik. Karena 
hanya orang terbaik dan berkualitas saja yang bisa diterima bekerja di BUMN. 
Gaji mereka lebih besar dari perusahaan non PSO. Akibatnya pelayanan publik   
semakin baik dan semakin dicintai oleh semua lapisanan masyarakat. Dari kelas 
menengah BUMN dapat untung namun pada waktu bersamaan juga bisa memberikan 
subsidi tarif kepada rakyat yang tidak mampu dengan standar layanan yang sama. 
Di China, 30% sumbangan PDB berasal dari BUMN. Mengapa saya ambil China sebagai 
studi kasus? Karena China bisa menerapkan state of capitalisme tanpa 
meninggalkan sosialisme. Kenapa kita egga belajar dari China.
Apa yang dilakukan Erick sekarang dalam membenahi BUMN memang lebih kepada 
business oriented. Yang merugi jual, yang engga efisien dipangkas. Itupun tidak 
salah. Karena dia hanya melakasanakan UU dan PP yang ada. Tugas DPR mengubah UU 
 yang sehingga bisa menempatkan BUMN sebagai state of catapitalism namun tidak 
kehilangan ruh Pancasila dan UUD 45. Nah Itu tugas Bang Adian di DPR agar 
regulasi kita kembali ke khitah  Pancasila, sila ke lima. Tetap semagat!

Dikirim dari Yahoo Mail untuk iPhone

Kirim email ke