Kutipan Falsafah bugis diakhir pidato presiden JKW : “Pura babbara sompeku, pura tangkisi gulikku, ulebbireng tellengnge natowalia” Falsafah ini menegaskan bahwa seseorang yang telah memilih merantau sebagai jalan hidup, harus kukuh, kokoh dan kekeh dengan pilihannya. Tidak boleh ada kata mundur apalagi batal tak jadi merantau, apapun resikonya. Ibarat seorang pelaut yang telah memasang kemudinya (Pura tagkisi gulikku), sudah kukembangkan layarku (pura babbara sompeku’), lebih baik saya tenggelam dan tercungkup perahuku daripada harus surut (ulebbirengngi tellengnge natowalia). Mundur, mengabaikan, mengingkari sebuah ikrar, janji, sumpah apalagi telah diumumkan atau diketahui oleh orang banyak adalah aib (siri’) bagi orang Bugis. Harga diri menjadi jatuh tak berharga, seumur hidup akan dicemooh, dihina dinakan dan dihujat dengan kata paccocoreng manu’ mate(nyalimu ternyata hanya serupa kedutan pada dubur ayam yang telah disembelih)