https://veronikacloset.wordpress.com/2014/02/19/prabowo-di-mata-sintong-panjaitan/
Prabowo di Mata Sintong Panjaitan
Ditulis pada 19 Februari 2014
<https://veronikacloset.wordpress.com/2014/02/19/prabowo-di-mata-sintong-panjaitan/>
*/Pengantar/*
/Prabowo adalah sosok kontroversial. Ratingnya tinggi dalam jajak
pendapat tentang siapa presiden Indonesia periode mendatang. Bahkan
tertinggi jauh melewati pesaingnya, sebelum akhirnya Joko Widodo
menyalib dengan sangat telak. Sementara nama terakhir ini meski
digadang-gadang oleh masyarakat, sampai kini belum resmi dicalonkan oleh
partainya. Tarik ulur berbagai kepentingan dalam internal partainya bisa
saja membuat Jokowi tak dicapreskan. Lho, siapa tahu ? Maka tak dapat
ditolak pasti Prabowo yang akan menyodokkan kemenangan./
/Padahal Prabowo mempunyai masa lalu yang belum tuntas dia selesaikan,
yaitu penculikan para aktivis pada tahun 1998. Sebenarnya sebelum kasus
tersebut, Prabowo sudah mempunyai benih-benih keanehan serupa. Modus
“penculikan” dan “kudeta” nyaris dia terapkan kepada atasannya ketika
dia masih seorang kapten. Dia gagal sebagai seorang desainer tetapi
cukup suskes untuk menghambat karir orang lain karena ia masih menantu
Soehato Yang Mahakuasa waktu itu./
/Posting ini merupakan ringkasan buku /*Sintong Panjaitan Perjalanan
Seorang Prajurit PARA KOMANDO.*/ Ini bukan ringkasan seluruh buku itu.
Saya hanya menukil bagian tertentu yang menceritakan hubungan Sintong
Panjaitan dan Prabowo./
/Apakah lantas peristiwa dalam buku itu menjadi subjektif. Ya tentu, lha
memang ditulis dari sudut pandang Sintong, yang mengalami masa-masa
kelabu dalam relasi dengan Prabowo. Kalau ada yang tidak setuju ya buat
saja buku. Atau beri saya tautan dalam komentar Anda, sehingga orang
lain mendapat bacaan yang berimbang./
/Saya cuma ingin menjawab rasa penasaran para pembaca blog saya. Setiap
kali saya membuka dashboard, pencairan dengan keyword Prabowo nangkring
di angka tertinggi. Macam-macamlah. Ada mencari kaitan Prawobo dengan
Timor Leste, Prabowo dengan penculikan aktivis, dlsb., sampai juga
pencarian kenapa Prabowo tetap menjomblo. Yang terakhir ini – EGP –
emang gue pikirin. Emang peran ibu negara penting apa ?/
/Saya positif thinking. Semakin banyak orang mencari tahu sosok Prabowo
semakin orang tahu latar belakangnya sebelum akhirnya mengambil
keputusan. Keputusannya bisa apapun: memilih atau tidak memilih. Yang
penting tidak memilih kucing dalam karung. Setiap keputusan orang harus
tahu konsekuensinya. Dan saya ingin bangsa ini, terutama generasi
mudanya semakin cerdas dan bernalar./
/Karena tulisan saya akan agak panjang maka saya bagi dua. Bagian
pertama meringkaskan kisaran peristiwa pada Mei 1998 terutama relasi
Prabowo dengan Habibi dan Sintong serta modus penculikan dan kudeta yang
digunakan Prabowo di lingkungan ABRI. Bagian kedua nanti secara khusus
saya ringkaskan tentang penculikan aktivis pada Mei 1998. ***~~~/
IMG_20140203_091140
<https://veronikacloset.files.wordpress.com/2014/02/img_20140203_091140.jpg>
* Judul Buku : *Sintong Panjaitan, Perjalanan Seorang Prajurit Para
Komando*
* Penulis: Hendro Subroto dengan pengantar Prof.. Taufik Abdullah
* Penerbit : Kompas, Jakarta, April 2009
* Tebal : 552 hlm + xxx
*PRABOWO DALAM PUSARAN PENCULIKAN DAN KUDETA*
*1. Prabowo dan Badai Mei*
Mei 1998 adalah bulan yang seharusnya tak boleh hilang dari ingatan
Indonesia. Menjelang dan setelah Soeharto terjungkal dari kekuasaan
dikatator militeristiknya, kekacauan besar terus melanda Jakarta. Empat
mahasiswa Trisakti ditembak pada 12 Mei. Dan sesudahnya eskalasi
kekacauan terus membesar. Di berbagai tempat terjadi penjarahan,
pemerkosaan dan pembakaran. Sutiyoso, waktu itu Gubernur DKI,
mengumumkan bahwa sedikitnya 4.939 bangunan rusak dibakar dan 500
orang tewas. Kerugian material dan immaterial yang sugguh tak terperi.
Situasi Jakarta tak terkendali. Habibi sebagai wakil presiden tak
berani mengambil keputusan untuk mengambil alih kendali sementara
Priseden dan rombongannya sedang melawat ke Mesir. Pada saat genting itu
hampir semua jenderal yang seharusnya bertanggung jawab mengamankan
jakarta tak ada di tempat.. Sebagian besar mereka pergi ke Malang
menghadiri serah terima tanggung jawab Pasukan Pemukul Rekasi Cepat
(PRRC) dari Divisi 1 kepada Divisi II Kostrad. Aneh bahwa mereka semua
tidak mengetahui bakal ada keusuhan besar.
Pada 21 Mei Presiden Soeharto mundur dari kekuasaan dan menyerahkan
kepada B.J. Habibi. Sintong Panjaitan yang semula merupakan penasihat
wapres bidang hankam kemudian naik pangkat menjadi penasihat presiden
bidang hankam.
Keesokan harinya Kivlan Zein dan Muchhdi PR diminta oleh Parnglima
Kostrad Letjend Prabowo Subianto untuk menyampaikan surat yang
ditandatangani oleh Jenderal A.H. Nasution kepada presiden. Keduanya
diterima oelh Sintong. Surat itu berisi saran agar Subagyo HS diangkat
menjadi Panglima ABRI dan, Wiranto sebagai menteri Hankam dan Prabowo
sebagai KSAD.
Ternyata kemudian dalam bukunya Kivlan Zein mnegakui bahwa Jenderal A.H.
Nasution hanya menadatangani saja. Surat ditulis tangan oleh Kiivlan
Zein sendiri karena Jenderal Nasution sedang sakit. Jadi tanggal 22 Mei
pagi itu, Prabowo meminta Kivlan dan Muchdi PR untuk menemui Jenderal
Nasution dan membuat surat kepada presiden. Habibi diketahui sangat
menghormati Nasution.
Pagi itu pula. Wiranto melaporkan kepada presiden bahwa ada pergerakan
pasukan Kostrad dari luar Jakarta ke Jakarta di luar sepengatahuannya.
Konsentrasi pasukan juga ada di Patra Jasa, Kuningan, di sekitar
kediaman Habibi. Habibi menganggap Wiranto jujur. Maka ia memerintahkan
jabatan panglima Kostrad yang dipegang Prabowo harus diserahterimakan
pada hari itu juga. Padahal Prabowo baru memegang jabatannya itu selama
63 hari.
Mengetahui dirinya diganti, Prabowo mendatangi istana pada pukul 15.00
dengan membawa 12 pengawal. Setelah menanyakan keberadaan presiden,
Prabowo langsung menuju lantai dasar seterusnya naik lift ke lantai 4.
Ia masih bersenjata lengkap. Tak seorang pun petugas menahannya.
Mestinya semua orang yang akan bertemu presiden disterilkan dulu di
lantai dasar. Sintong kemudian meminta seorang pengawal presiden untuk
mendekati Prabowo dan memintanya menanggalkan senjatanya. Untungnya
Prabowo bersedia. Ia membuka kopel tempat menambatkan pistol, magasin
peluru, pisau rimba dan peralatan lain.
Prabowo diterima oleh Habibi. Saat ini ia minta kepada presiden untuk
dihubungkan dengan Panglima ABRI. Saat itu seorang ajudan segera akan
menghubungi Wiranto, tetapi Sintong beranggapan hal ini tidak etis. Maka
ia melarang ajudan melakukannya.
Kedatangan Prabowo ke istana pada kukul 15.00 itu aneh, sebab mestinya
ia harus melakukan serah terima jabatan. Kata Sintong kepada KSAD,
Jenderal Subagyo HS, “Kalau KSAD tidak melakukan penggantian Prabowo
sesuai perintah, maka kalian jadi satu paket.” Maksudnya KSAD juga akan
diganti. Maka, saat itu juga KSAD mencari Prabowo. Sore itu dengan sikap
hormat Prabowo menghadap KSAD dengan sikap hormat meski tetap dengan
senjata di pinggangnya.
Tidak lama kemudian, Prof. Soemitro Djojohadikusumo, ayah Prabowo, minta
mengahadap presiden. Atas saran Sintong, sebaiknya presiden menolak
bertemu langsung dan berbicara hanya lewat telepon saja. Presiden
menerima saran itu. Apa isi pembicaraan mereka berdua, pasti orang
banyak akan paham.
Sehubungan dengan penggantian Prabowo ini, Sintong Panjaitan menolak
tegas tuduhan bahwa ia adalah otak di belakangnya. Ia mengatakan bahwa
ia hanya mendukung segala sesuatu yang diputuskan oleh presiden sesuai
kapasitasnya sebagai penasihat bidang hankam.
*2. Prabowo dan kudeta L.B. Murdani*
Kalau Prabowo terlibat dalam kasus penculikan aktivis pada 1998,
sebenarnya benih karakter tersebut sudah tumbuh jauh sebelum masa itu.
Tahun 1983 Luhut Panjaitan, waktu itu berpangkat mayor dan Prabowo,
kapten waktu itu, merupakan dua orang yang menduduki jabatan komandan
dan wakil komandan Detasemen 81/ Antiteror. Satuan elit ini selalu
mendapat pasokan informasi intelijen oleh staf Intelijen Hankam. Karena
kedua badan ini saling erat terkait, maka Luhut hampir mengetahui semua
gerak-gerik L.B. Murdani sebagai Asintel Hankam.
Pada bulan Maret 1983, menjelang SU MPRR, Luhut dikejutkan oleh laporan
anak buahnya bahwa Den 81/Antiteror sedang dalam status siaga atas
perintah Kapten Prabowo Subianto. Mereka berencana untuk “mengambil”
jenderal L.B. Murdani dan beberapa nama lagi termasuk : Letjen
Sudharmono, Marsdya Ginanjar Kartasasmita, dan Letjen Mordiono. Kepala
Kasi2/Ops bahkan menerangkan bahwa mereka telah membuat rencana untuk
mengamankan Presiden Soeharto ke markas Den81/Antiteror di Cijantung.
Luhut merasa aneh, bahwa ada permasalahan besar seperti itu, tetapi ia
sebagai komandan tidak tahu apa-apa. Ia memerintahkan anak buahnya
kembali “siaga ke dalam”. Senjata dan radio para anggota dikumpulkan di
dalam kemar kerjanya. Ia tidur di kantor malam. Itu.
Prabowo ia panggil. Kepadanya Prabowo menjelaskan bahwa L.B. Murdani
akan melakukan kudeta. Seluruh ruangan Den 81/Antiteror telah disadap.
Bahkan L.B. Murdani telah memasukkan senjata ke Indonesia. Tentu saja
Luhut tidak percaya. Tapi ia ingat betul satu kalimat Prabowo saat itu,
“ Bang, nasib negara ini ditentukan oleh seorang kapten dan seorang mayor .”
Luhut melaporakan masalah “kudeta” kepada Sintong Panjaitan, Komandan
Grup 3/ Sandiyudha. Oleh Sintong, Luhut disarankan untuk melapor kepada
Brigjen Jasmin, Danjen Kopassandha. Berdua, Sintong dan Prabowo menhadap
Pak Jasmin. Pak Jasmin tidak percaya laporan Prabowo, sehingga Prabowo
marah-marah. Kemudian sekali lagi Pak Jasmin memanggil Luhut masuk ke
ruangannya, sendirian tidak bersama Prabowo. “Ada apa dengan Prabowo ?
Tampaknya ia stress berat. Tahan pasukanmu. Jangan ada yang bergerak !”
demikian Brigjen Jasmin.
Susudah kembali ke markas di Cijantung, Luhut menegur Prabowo dan
menekankan kedudukan dirinya sebagai komandan dan Prabowo sebagai wakil
komandan. Ia menghadap Prof. Sumitro, ayah Prabowo, untuk memberi tahu
bahwa Prabowo diberi cuti dua minggu. Alasannya Prabowo stress karena
terjadi situasi di Cijantung yang “kurang pas”. Prof. Sumitro bisa memahami.
Sintong mengetahui peristiwa ini lebih detil ketika beberapa waktu
sesudahnya bertemu Brigjen Jasmin di Kariango, Makasar. Brigjen Jasmin
bercerita bahwa Prabowo mengatakan kepadanya bahwa L.B. Murdani akan
melakukan kudeta. Karena itu Prabowo akan melakukan gerakan pasukan
untuk menangkap L.B. Murdani dan beberapa perwira lainnya.
Karena Brigjen Jasmin tidak percaya, Prabowo menuduh Brigjen Jasmin
tidak setia kepada negara dan bangsa. Itu dikatakan sambil
menuding-nudingkan telunjuknya ke wajah Brigjen Jasmin. “Bahkan Luhut
yang menurunkan tangan Prabowo, “ tambah Brigjen Jasmin. Lebih parah
lagi Prabowo mengintai rumah Brigjen Jasmin sampai melompati pagar
rumahnya..
Kebenaran cerita Brigjen Jasmin ini dibenarkan oleh Marsdya Teddy Rusdi,
pejabat Assiten Perencanaan Umum Panglima Tinggi ABRI. Teddy Rusdi telah
mendampingi L.B. Murdani selama 20 tahun sejak lulus dari Seskoal. Teddy
mengatakan rumahnya juga diintai oleh Prabowo sebab Prabowo menyangka di
rumah Teddy sedang dilakukan persiapan kudeta oleh L.B. Murdani.
Kata Sintong dalam bukunya, adalah benar bahwa L.B. Murdani memasukkan
senjata ke Indonesia tetapi sama sekali tidak ada hubungannya dengan
kudeta. Senjata itu antara lain buatan Israel dan Perancis yang dibeli
dari Taiwan untuk dijual kepada Pakistan dan nantinya akan disalurkan
untuk pejuang Mujahidin di Afganistan. Operasi intelijen oleh L.B.
Murdani digunakan untuk mencari dana dan peran Indonesia bagi perjuangan
di Asia.
Menurut Sintong Panjaitan, tuduhan kudeta ini sama sekali tidak
berdasar. Tuduhan dilontarkan oleh seorang kapten yang “sakit” dan tidak
punya perangkat untuk menyelidiki kebenaran. Mestinya terhadap Prabowo
diambil tindakan. Namun kenyataannya ABRI tidak berani mengambil
tindakan karena segan terhadap Soeharto yang mungkin saja akan membela
menantunya.
Tentu saja segala peristiwa yang menyangkut dirinya itu diketahui oleh
L.B. Murdani sendiri, meski peristiwa itu tidak diperpanjang. Tetapi
peristiwa itu merupakan titik awal di mana hubungan L.B. Murdani dan
Prabowo tidak pernah lagi menjadi baik. Bahkan beberapa saat kemudian
hubungan Luhut Panjaitan dan Prabowo juga ikut memburuk terutama karena
kasus pembangunan jaringan intelijen di Den 81 / Antiteror. Luhut juga
dilaporkan kepada Suharto: sekali lagi ….. akan melakukan kudeta kepada
Soeharto!
Perkembangan selanjutnya di lingkungan ABRI dikenal adanya
“debennysasi”, orang-orang yang dekat dengan L.B. Murdani dibersihkan
dari peran-peran strategis. Luhut yang mencapai pangkat jenderal bintang
tiga pun tidak pernah menduduki jabatan pangdam bahkan kasdam pun tidak
pernah.
Sintong Panjaitan juga merasakan hal yang serupa. Ia mencermati dan
menyimpulkan bahwa pada waktu itu setidaknya ada tiga kelompok dalam
ABRI. Pertama adalah kelompok yang dekat dengan Soeharto, kedua adalah
kelompok yang biasa saja dan ketiga adalah kelompok yang dekat dengan
L.B. Murdani. Yang terakhir ini adalah kelompok yang kurang dipercaya
oleh Soeharto. Apabila kelompok pertama membuat kesalahan mereka selalu
dilindungi, kalau kelompok kedua fifty-fifty, kalau kelompok ketiga
tiada maaf bagimu. Sintong sendiri menilai kedekatan dirinya dengan
semua atasannya termasuk L.B. Murdani sebagai sikap prajurit yang
profesional. Ia juga dekat dengan Try Sutrisno, Edy Sudrajat dll.
*3. *Prabowo dan Penculikan Aktivis 1998
Ditulis pada *18 Maret 2014*
<https://veronikacloset.wordpress.com/2014/03/18/prabowo-dan-penculikan-aktivis-1998/>
https://veronikacloset.wordpress.com/2014/03/18/prabowo-dan-penculikan-aktivis-1998/
Ditulis pada18 Maret 2014
<https://veronikacloset.wordpress.com/2014/03/18/prabowo-dan-penculikan-aktivis-1998/>
(Masih lanjutan dari buku Sintong Panjaitan : Perjalanan Seorang
Parjurit PARA KOMANDO)
<https://veronikacloset.wordpress.com/2014/02/19/prabowo-di-mata-sintong-panjaitan/>
Yah….masih berusaha meneruskan menulis ringkasan cerita Sintong
Panjaitan tentang hubungan Prabowo dan penculikan aktivis pada 1998.
Kalau sudah membaca posting tentangPrabowo di Mata Sintong Panjaitan,
<https://veronikacloset.wordpress.com/2014/02/19/prabowo-di-mata-sintong-panjaitan/>maka
kita tahu bahwa penculikan merupakan modus berulang yang dilakukan oleh
menantu Jenderal Besar Soeharto itu.
Titik Soeharto, mantan isteri Prabowo versi Time May 24,1999: Hates dog,
she slept in one room; her husband and his Alsatians in another
<https://veronikacloset.files.wordpress.com/2014/03/img_20140303_113751.jpg>
Titiek Soeharto, mantan isteri Prabowo; versi Time May 24,1999: Hates
dog, she slept in one room; her husband and his Alsatians in another
Kalau dalam peristiwa 1983, Prabowo gagal menculik Jenderal Benny
Murdani dkk dengan tuduhan makar, maka berlainan halnya pada tahun 1998.
Seperti sudah diketahui pada tahun itu Prabowo diadili oleh Dewan
Kehormatan Perwira (DKP) untuk mempertanggungjawabkan kasus penculikan
aktivis. Hasilnya anggota tim Mawar dinyatakan bersalah dan dihukum.
Panglima ABRI atas rekomendasi DKP memberhentikan Prabowo dari dinas
militer.
Peristiwa ini bermula dari perintah lisan Prawobo sebagai Komandan
Kopassus kepada mayor Bambang Kristiyono untuk mengumpulkan data tentang
kelompok / aktivis garis keras. Tahun 1997 akan diselenggarakan Pemilu
dan Sidang Umum MPR pada tahun berikutnya. Prabowo memandanh bahwa
keberadaan kelompok garis keras ini berpotensi menggagalkan dua agenda
penting tersebut.
Berdasar perintah Prabowo, Bambang Kristiyono segera membentuk Tim Mawar
yang beranggotakan 10 orang perwira dan bintara dari Detasemen 81
/Antiteror. Tugas mereka mencari dan mengungkap segala ancaman
stabilitas. Tim Mawar bergerak secara rahasia atau biasa disebut undercover.
Peristiwa ledakan di rusun tanah Tinggi mendorong Bambang Kristiyono
untuk meningkatkan kerja timnya. Salah satu caranya dengan melakukan
penangkapan terhadap mereka. Tugas dilaksanakan dalam suasana tertib
sipil. Yang perlu diperhatikan dalam ketentuan ini adalah bahwa mereka
yang ditangkap adalah laki-laki belum berkeluarga, belum dikenal
masyarakat tetapi punya intensitas kegiatan yang menonjol.
Setelah seorang bawahan melaksanakan tugas, baik atas perintah atasan
maupun inisiatif sendiri, ia harus minta izin atau melaporkannya kepada
pimpinan. Sehubungan dengan adanya operasi ini mestinya Prabowo segera
melaporkannya kepada panglima ABRI. Setelah tugas dilaporkan berarti
pimpinanlah yang mengambil alhih tanggung jawab.
Menurut Sintong, Prabowo secara organisasi tidak memiliki wewenang
operasional. Tetapi secara moral ia merasa harus melakukannya dengan
pertimbangan “keselamatan negara dan bangsa”. Dalam ABRI memang bisa
terjadi tindakan spontan jika ada ancaman nyata. Tetapi pelaksanaannya
harus sesuai dengan prosedur militer. Sedangkan Prabowo dalam kasus
penculikan ternyata tidak melaporkan sama sekali tindakannya tersebut
kepada KSAD Jenderal Wiranto maupun panglima ABRI Jenderal Faisal
Tanjung. Hal ini diakui sendiri oleh Prabowo dalam sidang DKP.
Sidang Mahkamah Militer sendiri akhirnya memutuskan menghukum sebelas
anggota Tim Mawar yang sepuluh orang di antaranya adalah anggota Den 81
/ Antiteror. Mereka adalah : Bambang Kristiyono, F.S. Multhazar,
Sulistyo Budi, Yulius Servanus, Untung Budiharto, Dadang Hendrayudha,
Djaka Budi Utama, Fauka Noor Farid; tiga orang bintara : Sunaryo, Sigit
Sugiyanto dan Sukardi.
Letjen Prabowo dipersalahkan karena tidak mengetahui kegiatan bawahan
dalam wewenang komandonya. Selanjutnya sidang DKP merekomendasikan
sanksi administratif untuk Prabowo. Berdasar rekomendasi ini Prabowo
diberhentikan dari dinas militer.
Selama sidang Mahkamah Militer yang mengadili anggota Tim Mawar dan
banyak opini berkembang di masyarakat bahwa persidangan tersebut
hanyalah sandiwara saja. Rekayasa untuk melindungi dalang yang
sebenarnya yaitu Danjen Kopassus Letjen Prabowo Subianto, terasa
kentara. Selama persidangan itu tak seorang pun anggota Tim Mawar yang
mengaku mendapat perintah dari Prabowo. Mereka hanya mengaku mendapat
perintah dari Mayor Bambang Kristiyono. Akibatnya secara hukum pidana
hanya yang disebut terakhir ini yang dapat dimintai pertanggungjawaban.
Dalam menanggapi kasus itu Sintong berpendapat bahwa pengakuan dan
penolakan saksi dalam persidangan belum dapat digunakan sebagai alat
bukti hukum. Walaupun seluruh anggota Tim Mawar mengaku mendapat
perintah dari Mayor Bamabang Kristiyono, seharusnya oditur militer
menelusuri asal perintah yang sebenarnya. Dalam hal tersebut, Prabowo
jelas bertanggungjawab terhadap segala sepak terjang Tim Mawar, tetapi
hukuman terhadapnya terasa melukai rasa keadilan masyarakat.
Sintong, yang lama berada di korps baret merah menangis mendengar
keputusan ini. Ia merasa telah banyak andil mendidik kesatuan pasukan
pilihan ini dari segi operasi dan latihan, termasuk kepada Prabowo
sendiri, luhut Panjaitan, Hendropriyono, Muchdi Pr, dll. Ia tahu pasukan
ini merupakan andalan di Kopassus dan anggotanya dipilih dari pasukan
infantri terbaik.
Ternyata dalam melakukan tugasnya mereka harus masuk penjara dan
dipecat. Padahal Secara taktis dan teknis mereka tidak salah menjalankan
tugasnya. mereka hanya menjalankan perintah dan melindungi atasan.
Inilah salah satu sejarah pahit dalam sejarah ABRI menurut Sintong
Panjaitan ****~“~****.
Artikel terkait :
Melacak Tim Mawar <http://indoprogress.com/2014/05/melacak-tim-mawar/>
Prabowo_dan_Kampung_Janda
<https://veronikacloset.files.wordpress.com/2014/03/prabowo_dan_kampung_janda-1.pdf>(PDF)
Syarat khusus wawancara dengan Prabowo
<http://www.gatra.com/pemilu-capres/48847-gerindra-bantah-ada-syarat-khusus-untuk-bertemu-prabowo.html>
Prabowo dan Pergerakan Pasukan Liar (link download buku-buku terkait
dalam PDF)
<http://indocropcircles.wordpress.com/2013/10/24/prabowo-dan-pergerakan-pasukan-liar-tragedi-1998/>
**
---
此電子郵件已由 AVG 檢查病毒。
http://www.avg.com