Berita agak lama, mungkin ada gunanya untuk melihat perkembangan.

http://www.satuharapan.com/read-detail/read/gubernur-papua-diplomasi-ulmwp-bukan-urusan-pemda



Penulis: Melki Pangaribuan18:03 WIB | Kamis, 20 Oktober 2016
Gubernur Papua: Diplomasi ULMWP Bukan Urusan Pemda Lukas menilai, Gerakan
Persatuan Pembebasan Papua Barat (United Liberation Movement for West
Papua/ULMWP) itu telah masuk dalam kewenangan diplomasi internasional.


Gubernur Papua, Lukas Enembe usai Rapat Koordinasi Presiden RI dengan Para
Gubernur Seluruh Indonesia di Istana Negara, Jakarta, hari Kamis (20/10).
(Foto: Melki Pangaribuan)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Gubernur Papua, Lukas Enembe, menegaskan bahwa
persoalan terkait gerakan diplomasi internasional ULMWP bukan menjadi
urusan Pemerintah Daerah (Pemda) Provinsi Papua.

Lukas mengatakan, tugasnya sebagai gubernur hanyalah untuk mengupayakan
kesejahteraan rakyat Papua.

"Itu (ULMWP) bukan urusan kita (Pemda). Itu soal urusannya diplomasi
internasional dan ini kan perkaranya ke luar negeri. Jadi kita tidak punya
kapasitas atau kewenangan untuk mengurus itu," kata Lukas Enembe
kepada *satuharapan.com
<http://satuharapan.com>* usai Rapat Koordinasi Presiden RI dengan Para
Gubernur Seluruh Indonesia di Istana Negara, Jakarta, hari Kamis (20/10).

Lukas menilai, Gerakan Persatuan Pembebasan Papua Barat (United Liberation
Movement for West Papua/ULMWP) itu telah masuk dalam kewenangan diplomasi
internasional.

"Kami punya kapasitas mengurus bagaimana menyejahterakan rakyat Papua.
Karena ULMWP kan urusannya sudah kewenangan diplomasi internasional," dia
menambahkan.

Sementara itu, terhadap rakyat Papua yang terlibat gerakan ULMWP, Lukas
mengatakan, hal itu juga bukan menjadi urusannya maupun Pemda Provinsi
Papua. Dia menilai, rakyat Papua yang tergabung dalam perjuangan Papua
Merdeka di luar negeri itu merupakan gerakan yang berada di luar kendalinya
sebagai Gubernur Papua.

"Itu kan orang-orang yang berjuang di luar. Itu tidak ada urusan dengan
kita," lanjutnya.

*KTT MSG Ditunda*

Sebelumnya, Radionz.co.nz, hari Jumat (30/9) lalu melaporkan bahwa
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Melanesian Spearhead Group (MSG) yang
direncanakan awal bulan Oktober 2016 di Vanuatu telah ditunda sampai bulan
Desember 2016.

Penundaan KTT tersebut disampaikan oleh Sekretariat MSG kepada kantor
berita radio 96 Buzz FM tanpa memberikan alasan lengkap.

KTT MSG bulan Oktober ini seharusnya akan membahas tawaran keanggotaan
penuh bagi ULMWP yang ditentang oleh Indonesia. Status ULMWP saat ini masih
sebagai observer (pengamat) MSG, sementara Indonesia merupakan anggota
asosiasi.

Di Port Vila, Asosiasi Papua Barat di Vanuatu menjadi tuan rumah KTT Wantok
pada minggu ini, yang menyatukan kelompok-kelompok Organisasi Masyarakat
Sipil pendukung Papua Barat Merdeka masuk dalam Melanesia.

*Status ULMWP Ditunda*

Kelompok ULMWP sebelumnya mengatakan, pihaknya menerima keputusan
organisasi sub-regional MSG, yang menunda pemberian status anggota penuh
kepada mereka pada KTT MSG pada bulan Juli lalu.

Juru Bicara ULMWP, Benny Wenda, mengatakan, kendati ada pihak yang
menganggap ini merupakan taktik mengulur-ulur waktu, pihaknya mengakui para
pemimpin dan pejabat MSG lebih menyoroti isu-isu teknis.

Pada KTT MSG bulan Juli, para pemimpin MSG telah sepakat untuk menunda
 menyetujui aplikasi ULMWP untuk mendapatkan keanggotaan penuh, sampai
kriteria dan pedoman keanggotaan MSG dikembangkan lebih lanjut.

"Kami ingin berterima kasih kepada para pemimpin Melanesia dan kepada ketua
serta Perdana Menteri Kepulauan Solomon yang telah membahas dan
memfasilitasi aplikasi bagi keanggotaan penuh. Walaupun kecewa, kami tetap
optimistis aplikasi kami akan dibahas lagi pada bulan September di Port
Vila, Vanuatu," kata dia, sebagaimana diberitakan oleh *solomonstarsnews.com
<http://solomonstarsnews.com>*.

Ia mengatakan masalah yang disorot oleh para pemimpin MSG bersifat teknis,
dan ULMWP berharap aplikasi itu dibahas pada bulan September.

"Kami menyerukan kepada rakyat kami di Papua, keluarga Melanesia dan
Pasifik kami, dan pendukung global untuk melihat keputusan ini bukan
kekalahan tetapi sebagai kemajuan untuk peningkatan proses di dalam MSG,"
kata dia.

Wenda mengucapkan terima kasih kepada rakyat Papua dan Pasifik atas
dukungan yang besar, dan menekankan perlunya dukungan lainnya menuju KTT
khusus pemimpin MSG September mendatang.

"Kami, ULMWP, tidak akan melangkah sampai sejauh ini jika bukan untuk
rakyat akar rumput dan dukungan pemimpin Pasifik dan kami menyerukan
dukungan lebih karena kami bekerja menuju pembentukan suara politik bagi
rakyat kami dari Papua," kata dia.

Sementara itu Ketua MSG, Manasseh Sogavare, mengatakan proses untuk
pemberian status anggota penuh kepada ULMWP belum usai.

Menurut dia, tertundanya pemberian status keanggotaan itu terkait dengan
isu legal.

Oleh karena itu, Sub Komite Hukum dan Institusi MSG bekerja keras untuk
meninjau dan mengubah persyaratan keanggotaan MSG.

Menurut dia, KTT khusus MSG di Vanuatu pada bulan Desember akan kembali
membahas permohonan ULMWP.

“Ini belum selesai," kata dia, sebagaimana disiarkan oleh Solomon Islands
Broadcastiong Corporation. Ia berharap Sub Komite MSG sudah menyelesaikan
kriteria itu pada bulan September mendatang.

*Tidak Ada Tempat Bagi ULMWP*

Beberapa hal yang akan ditinjau dan dirumuskan lagi oleh Sub Komite itu
adalah mengenai prinsip-prinsip dasar, aspirasi politik dan prinsip-prinsip
hukum internasional.

Namun, Indonesia yang selama ini menolak keberadaan ULMWP sebagai
perwakilan rakyat Papua, dengan tegas mengatakan tidak ada tempat bagi
ULMWP di MSG.

“Tidak ada tempat bagi ULMWP di masa mendatang di MSG," kata ketua delegasi
RI ke KTT Honiara, Desra Percaya.

Namun dia mengakui bahwa KTT  bersepakat untuk membahas lebih lanjut
pedoman keanggotaan yang akan diselesaikan pada September 2016 di Port
Vila, Vanuatu. Namun sekarang KTT itu ditunda lagi.

Editor : Diah Anggraeni Retnaningrum

Kirim email ke