http://katadata.co.id/berita/2017/01/31/pemerintah-terbelah-soal-pengembangan-blok-masela

EnergiKementerian Energi Terbelah soal 2 Poin Pengembangan Blok Masela 
Besaran kapasitas produksi masih dalam kajian tim. Targetnya seluruh kajian itu 
bisa selesai paling lambat tahun depan. 
 
Arief Kamaludin | Katadata 
Lokasi Sumur di Lepas Pantai, Harga Gas Masela Lebih Mahal Minim Eksplorasi, 
Indonesia Terancam Kekurangan Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral 
(ESDM) mulai terbelah mengenai rencana pengembangan Blok Masela. Perbedaan 
tersebut terkait dua hal, yaitu besaran kapasitas produksi dan lokasi 
pembangunan kilang gas dari proyek pengembangan ladang kaya gas di Laut Arafura 
tersebut.

Berdasarkan informasi yang diperoleh Katadata, ada perbedaan pandangan antara 
Menteri ESDM Ignasius Jonan dan Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar terkait 
kapasitas produksi. Seperti diketahui, ada dua skema mengenai produksi gas 
Masela. (Baca: Pertamina Siap Beli Gas Masela Asal Harga Cocok)

Skema pertama adalah memproduksi 9,5 juta ton per tahun (mtpa) dalam bentuk gas 
alam cair (LNG) dengan tambahan 150 MMSCFD untuk industri dalam negeri. Skema 
lainnya, 7,5 mtpa untuk LNG dan 474 MMSCFD untuk dalam negeri. 


Sumber Katadata di sektor migas menyatakan, Jonan lebih condong menginginkan 
skema pertama. Alasannya jika alokasi dalam negeri terlalu besar maka 
dikhawatirkan tidak bisa terserap seluruhnya. Apalagi, sampai saat ini belum 
ada kepastian pembeli gas. Di sisi lain, Arcandra menginginkan alokasi gas 
dalam negeri lebih besar supaya industri lokal berkembang.

Tidak hanya itu, Jonan dan Arcandra pun berbeda pandangan mengenai lokasi 
kilang. Jonan menginginkan kilang tersebut dibangun di Pulau Tanimbar. Hal ini 
juga didukung oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar 
Pandjaitan. Sedangkan Arcandra memilih Aru. (Baca: Kementerian Energi Godok 
Tiga Opsi Lokasi Kilang Proyek Masela)

Saat dikonfirmasi perihal masalah tersebut, Jonan mengaku belum tahu mengenai 
lokasi pembangunan kilang. Ia juga enggan menanggapi adanya perbedaan pandangan 
dengan Arcandra mengenai kapasitas produksi. “Kepentingan kamu apa,” kata dia 
di Gedung BKPM, Jakarta, Senin (30/1).

Luhut juga tidak mau berkomentar mengenai lokasi pembangunan kilang. Alasannya, 
jika lokasi itu diumumkan akan muncul para spekulan tanah. “Jangan sampai saya 
cerita dulu,” kata dia di Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Jakarta, 
Senin (30/1).

Terkait perbedaan kapasitas produksi, Luhut juga belum mau menjelaskan secara 
detail. Alasannya, masih dalam kajian tim. Targetnya seluruh kajian itu bisa 
selesai paling lambat tahun depan.

Di sisi lain, Arcandra juga tidak mau berbicara mengenai lokasi pembangunan 
kilang sebelum kajian selesai. “Kan tunggu pre- Front End Engineering Design 
(FEED) dulu,” kata dia saat ditemui di Gedung DPR, Jakarta, Senin (31/1). 
(Baca: Temui Luhut, Inpex: Kesepakatan Masela Masih Butuh Waktu)

Sedangkan mengacu kajian Inpex Corporation, jika kilang dibangun di Tanimbar 
maka membutuhkan pipa sepanjang 200 kilometer (km). Alhasil, dana investasi 
yang dibutuhkan US$ 19,3 miliar. Sedangkan kalau dibangun di Aru membutuhkan 
pipa 600 kilometer (km),  dan biaya melesat menjadi US$ 22,3 miliar.

Kirim email ke