* REPUBLIKA.ID <http://republika.id/>
 * REPUBLIKA TV <http://republika.co.id/kanal/video>
 * GERAI <https://republika.id/product/index/type/epaper>
 * IHRAM <http://ihram.co.id/>

 *


 *



 *




 *





 *






Monday, 5 Muharram 1442 / 24 August 2020

 * HOME <https://republika.co.id/>
 * NEWS <https://republika.co.id/kanal/news>
     o

     o


     o



     o




     o





     o






     o







     o








     o









     o










 * NUSANTARA <https://republika.co.id/kanal/daerah>
     o

     o


     o



     o




     o





     o






     o







     o








     o









 * KHAZANAH <https://republika.co.id/kanal/dunia-islam>
     o

     o


     o



     o




     o





     o






     o







     o








 * ISLAM DIGEST <https://republika.co.id/kanal/islam-digest>
     o

     o


     o



     o




     o





     o






     o







     o








 *









     o










     o











     o












     o













     o















 * Home <https://www.republika.co.id/>>
 * News <https://republika.co.id/kanal/news>>
 * Nasional <https://republika.co.id/kanal/news/nasional>


 Kesaksian Menteri Sukarno: G30S Memundurkan Revolusi 20 Tahun (1)

Rabu 30 Sep 2015 14:56 WIB

Red: Dwi Murdaningsih

https://republika.co.id/berita/nasional/hukum/15/10/02/nvhcqq368-kesaksian-menteri-sukarno-g30s-memundurkan-revolusi-20-tahun-1

Menteri Transmigrasi dan Koperasi Kabinet Dwikora M. Achadi sedang menunjukkan foto rapat kabinet bersama Presiden Sukarno di Istana Bogor setelah peristiwa G30S..

Menteri Transmigrasi dan Koperasi Kabinet Dwikora M. Achadi sedang menunjukkan foto rapat kabinet bersama Presiden Sukarno di Istana Bogor setelah peristiwa G30S..

Foto: Republika/M. Akbar Wijaya

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ingatan lelaki itu merentang jauh ke belakang. Matanya menerawang ke masa-masa 50 tahun silam. Sejurus waktu, dari atas kursi roda yang didudukinya lelaki itu mulai bercerita.

“Untuk menafsirkanG30S<https://republika.co.id/tag/g30s>kita harus berpegang kepada dalil yang disebut history is continuity (sejarah adalah keberlanjutan),” katanya dengan wajah serius saat menerima kunjungan Republika di Sabtu (26/9) petang lalu, seperti dituturkan kepada wartawan/*Republika.co.id*/,*M. Akbar Wijaya.*

Lelaki itu bernama Mohammad Achadi. Dia salah satu saksi kunci dari narasi panjang Gerakan 30 September (G30S) 1965 yang berujung tragedi. Pada medio 1964, atau setahun sebelum peristiwa G30S terjadi, Presiden Sukarno mengangkat pria kelahiran Kutoarjo 83 tahun silam itu menjadi Menteri Transmigrasi dan Koperasi Kabinet Dwikora I dan II. Sejak itu Achadi masuk dalam lingkaran orang kepercayaan Bung Karno.

“Saya Sukarnois (loyalis Bung Karno),” katanya.

Bagi Achadi pertistiwa G30S bukan hanya tentang penculikan dan pembunuhan tujuh orang jenderal dan tiga perwira menengah Angkatan Darat. Peristiwa G30S merupakan narasi panjang tentang arus balik pembentukan sejarah Indonesia.

Dari peristiwa G30S Indonesia berubah dari bangsa Trisakti yang berdaulat dalam politik, mandiri dalam ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan menjadi bangsa yang gampang didikte asing. Persatuan nasional yang saat itu menjadi teladan negara-negara dunia ketiga di Asia-Afrika, dipecah belah dalam perang saudara.

“Kata Bung Karno G30S membuat revolusi Indonesia mundur 20 tahun ke belakang. Seperti tahun 1945,” ujar Achadi.

Lama merenung tentang apa yang terjadi dalam peristiwa 50 tahun silam, Achadi berkesimpulan aksi G30S yang dipimpin Letnan Kolonel Untung Samsuri hanyalah permulaan dari skenario panjang menghancurkan revolusi Indonesia. Sasaran utamanya adalah Bung Karno selaku pemimpinan tertinggi revolusi.

“Saya berkesimpulan bahwa G30S adalah penghianatan berbentuk jebakan-jebakan terhadap Bung Karno dan seluruh kekuatan yang loyal terhadap Bung Karno,” katanya.

Analisa berangkat dari kenyataan yang terjadi setelah peristiwa G30S. Saat itu perlahan namun pasti wibawa dan kekuasaan politik Bung Karno digerogoti. Sejumlah orang kepercayaan Bung Karno ditangkapi. Bung Karno juga dilarang mengikuti beragam aktivitas politik yang sudah menjadi “vitamin” batinnya sejak muda.

Bahkan, manusia yang sejak muda gigih melawan penjajahan ini mesti mati dalam status sebagai tahanan rumah di negeri yang kemerdekaannya dia proklamasikan sendiri. Dan yang paling penting, revolusi Indonesia menentang neokolonialisme dan neoimperialisme berhenti total. Lantas bagaimana jebakan-jebakan terhadap pendukung Bung Karno dilakukan melalui G30S? <http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/hukum/15/10/01/nvirv5368-kesaksian-menteri-sukarno-bag-2-g30s-jebakan-terhadap-bung-karno-dan-pendukungnya>


 Kesaksian Menteri Sukarno: G30S Jebakan terhadap Bung Karno dan
 Pendukungnya (2)

Kamis 01 Oct 2015 09:21 WIB

Red: Dwi Murdaningsih

Mantan Menteri Transmigrasi dan Koperasi Kabinet Dwikora M Achadi menjelaskan pengalamannya mengenai peristiwa G30S di kediamannya, di Sawangan, Depok, Sabtu (26/9).

Mantan Menteri Transmigrasi dan Koperasi Kabinet Dwikora M Achadi menjelaskan pengalamannya mengenai peristiwa G30S di kediamannya, di Sawangan, Depok, Sabtu (26/9).

Foto: Republika/M Akbar Wijaya

REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Mohammad Achadi (83 tahun) belum melupakan peristiwa yang terjadi pada Jumat 1 Oktober 1965. Persis 50 tahun silam, sekitar pukul 05.30 WIB, Menteri Transmigrasi dan Koperasi Kabinet Dwikora ini sedang bersiap dinas ke kantornya di Jalan Gatot Subroto Jakarta Selatan. Tiba-tiba, sang istri yang baru selesai sembahyang datang melarang Achadi berdinas.

“Hari ini papah jangan ke kantor, ada maut! Saya mimpi papah jadi pengantin. Tapi saya marah-marah karena undangannya tidak jadi disebar,” kata Achadi menirukan ucapan istrinya, saat menerima kehahadiran wartawan*/Republika.co.id/*,*M Akbar Wijaya*, di Depok, akhir pekan lalu.

Bagi pria kelahiran Kutoarjo, Jawa Tengah ini mimpi menjadi pengantin merupakan pertanda buruk. Dia bisa berari kematian. Apalagi mimpi itu datang dari seorang wanita. “Itu (mimpi jadi pengantin) artinya mati toh?!” kata Achadi.

Firasat sang istri menemui titik terang saat pagi memasuki pukul 07.00 WIB. Saat itu, Achadi mendengar pengumuman yang disiarkan Radio Republik Indonesia (RRI). Pengumuman itu dimulai dengan kalimat seruan: “perhatian, perhatian!” ujar Achadi menirukan suara penyiar Radio.

Belakangan diketahui penyiar RRI pagi itu bernama Yasir Den Has.Dia dipaksa pasukan Gerakan 30 September (G30S) membacakan pengumuman yang menyebutkan bahwa kelompok <http://www.republika.co.id/berita/nasional/hukum/15/09/30/nvhcqq368-kesaksian-menteri-sukarno-g30s-memundurkan-revolusi-20-tahun-i>G30S<https://republika.co.id/tag/g30s>telah berhasil menyelamatkan Bung Karno dari rencana kudeta Dewan Jenderal.

“Dewan Jenderal adalah gerakan subversive yang disponsori oleh CIA dan waktu belakangan ini sangat aktif dan terutama dimulai ketika Presiden Soekarno menderita sakit yang serius pada minggu pertama bulan Agustus lalu. Harapan mereka bahwa Presiden Soekarno akan meninggal dunia sebagai akibat dari penyakitnya tidak terkabul....

Dewan Jenderal bahkan  telah merencanakan untuk  mengadakan coup (kudeta-red) kontra-revolusioner. Letnan Kolonel Untung mengadakan Gerakan 30 September yang ternyata telah berhasil dengan baik. …,” demikian penggalan isi siaran tersebut.

Achadi bilang siaran RRI di atas membuat banyak pihak terkejut. Tak terkecuali dirinya. Tak sedikit pihak yang secara gegabah mendukung aksi G30S Untung. Pihak itu salah satunya ialah Menteri/Panglima Angkatan Udara Republik Indonesia Laksamana Madya Udara Omar Dhani.

Tepat pukul 09.30 WIB atau 2 jam lebih 30 menit dari pidato di RRI, Omar Dhani melalui Departemen Penerangan Angkatan Udara menyatakan dukungan terhadap aksi G30S. Bahkan Dhani menyebut G30S sebagai gerakan progresif revolusioner yang patut disokong dan didukung.

Kirim email ke