https://news.detik.com/kolom/d-4753894/menanti-aksi-jokowi-jilid-ii?tag_from=wp_cb_kolom_list&_ga=2.261534286.257820337.1571672059-573924017.1571672059
Senin 21 Oktober 2019, 14:00 WIB
Kolom
Menanti Aksi Jokowi Jilid II
Cucuk Espe - detikNews
<https://connect.detik.com/dashboard/public/cucukespe74>
Cucuk Espe <https://connect.detik.com/dashboard/public/cucukespe74>
Share *0*
<https://news.detik.com/kolom/d-4753894/menanti-aksi-jokowi-jilid-ii?tag_from=wp_cb_kolom_list&_ga=2.261534286.257820337.1571672059-573924017.1571672059#>
Tweet
<https://news.detik.com/kolom/d-4753894/menanti-aksi-jokowi-jilid-ii?tag_from=wp_cb_kolom_list&_ga=2.261534286.257820337.1571672059-573924017.1571672059#>
Share *0*
<https://news.detik.com/kolom/d-4753894/menanti-aksi-jokowi-jilid-ii?tag_from=wp_cb_kolom_list&_ga=2.261534286.257820337.1571672059-573924017.1571672059#>
0 komentar
<https://news.detik.com/kolom/d-4753894/menanti-aksi-jokowi-jilid-ii?tag_from=wp_cb_kolom_list&_ga=2.261534286.257820337.1571672059-573924017.1571672059#>
Menanti Aksi Jokowi Jilid II Foto: Rifkianto Nugroho
*FOKUS BERITA:* Menanti Kabinet Jokowi-Ma'ruf
<https://news.detik.com/indeksfokus/5113/menanti-kabinet-jokowi-ma039ruf/berita>
*Jakarta* -
Pelantikan Jokowi-Maruf telah usai. Kini sebuah pertanyaan menggelayut
di benak kita; apa gebrakan Jokowi pada periode kedua kepemimpinannya
ini? Tentu, sejumlah peristiwa yang mendera bangsa ini dalam kurun
setahun terakhir menjadi catatan. Akankah Jokowi mampu memenuhi harapan
atau bahkan melampaui harapan publik sehingga tingkat kepercayaan publik
tetap terjaga? Atau, malah sebaliknya?
Serangkaian peristiwa seperti kisruh Papua, terorisme, juga intrik
politis terkait perubahan UU KPK dan KUHP adalah isu krusial yang harus
dihadapi duet Jokowi-Maruf. Tidak mudah mengakomodasi dan
mengimplementasikan seluruh keinginan publik yang beragam. Apalagi
gelombang pro dan kontra terhadap sikap Jokowi di pengujung jabatan sesi
pertamanya cukup mengundang gejolak. Sikap bijak sangat dibutuhkan untuk
meredam gelombang aksi massa (mahasiswa dan sejumlah elemen masyarakat)
atas nama penegakan demokrasi.
*Badai*
Di pengujung dan awal masa jabatannya ini, Jokowi sedang terlilit
'badai' yang cukup berat. Sebagai pemimpin terpilih, Jokowi dituntut
tampil elegan dan '/cool/' (dalam memutuskan permasalahan) di hadapan
masyarakat yang pro dan kontra terhadap dirinya. Oleh karena itu,
pemilihan kabinet menjadi penting. Mengingat komposisi kabinet sebuah
pemerintahan merupakan 'wajah' kinerja pemerintahan itu sendiri.
Mampukah Jokowi meyakinkan publik dan memilih orang yang tepat menjadi
pembantunya? Sekaligus bagaimana gebrakan para menteri barunya nanti?
Fokus membangun infrastruktur memang hal yang bagus. Dan di periode
pertama, Jokowi dianggap telah berhasil menggencarkan pembangunan sarana
fisik yang dampaknya mulai bisa dirasakan publik. Meski riak-riak kecil
dari mereka yang terdampak sekian proyek pembangunan tetap muncul. Namun
prosentasenya tidaklah signifikan dibanding mereka yang menerima manfaat
pembangunan infrastruktur tersebut.
Di periode kedua ini, selain tetap menggencarkan pembangunan saran fisik
yang memberi efek kemajuan ekonomi, saatnya Jokowi memikirkan aspek
pembangunan kultural. Artinya, membangun mentalitas bangsa menjadi isu
penting yang harus dicari formulasi pembangunannya. Mengubah mentalitas
bangsa menjadi lebih maju dan bervisi global menjadi kenyataan yang
harus secepat mungkin dilakukan.
Ya! Mentalitas bangsa yang mampu menerima segala perubahan, terlibat
aktif di kancah perilaku global-digital menjadi tugas Jokowi-Maruf yang
tidak ringan. Sebab, segala akar badai yang membelit Jokowi baik di
ranah politik maupun hukum adalah ketidaksiapan mental publik menerima
perubahan. Bukan sekadar perubahan biasa, namun perubahan yang visioner
menuju Indonesia berdaya saing di masa depan.
Membangun kultur publik adalah tugas 'abstrak' yang menanti. Polemik UU
KPK tidak sekedar perkara perubahan klausul pasal terkait kinerja
lembaga antirasuah tersebut. Namun lebih pada bagaimana kita menerima
perubahan.
Di satu sisi memang, terkesan pengebirian keleluasaan KPK dalam bekerja,
namun di sisi lain sejatinya Jokowi ingin memberdayagunakan secara
optimal agar kerja KPK lebih fokus. Begitu juga terkait perubahan
beberapa pasal dalam KUHP, dimana persesuaian substantif dengan
perkembangan kekinian memang perlu dilakukan. Tapi sekali lagi, pro dan
kontra akan selalu ada. Begitulah ciri atau karakter dalam masyarakat
majemuk. Dimana perbedaan harus dihadapi sebagai bagian dialektika
menuju kebaikan.
Pada jilid II ini, Jokowi tak sepatutnya terlena dengan euforia
pembangunan sarana fisik semata. Mungkin posisi Kiai Maruf Amin sebagai
wakil presiden mampu mengambil peran dalam pembangunan penguatan
mentalitas bangsa. Sebuah formulasi pembangunan berwawasan penyadaran
publik perlu dilakukan. Misalnya, menciptakan kurikulum pendidikan yang
benar-benar aplikatif sehingga mampu menyentuh generasi muda. Tujuannya
penyadaran sejak usia dini tentang pentingnya memiliki visi hidup yang
global.
Badai yang membelit Jokowi perlahan akan reda manakala tercipta
kesadaran masif pentingnya menjadi bangsa yang berwawasan global.
Menggunakan kekuatan digital untuk 'menang' di era meriahnya teknologi
informasi ini. Oleh karena itu, ketepatan memilih para pembantu
(menteri) menjadi aksi yang dinanti. Aksi terkait keseriusan Jokowi
menegakkan Bhineka Tunggal Ika. Tepatnya, mampu bersikap elegan dan
solutif di tengah gejolak masyarakat majemuk.
*Lebih Humanis*
Sedikit kritik, untuk pemerintahan Jokowi di periode pertama adalah
kurangnya sikap tegas dalam konteks pembangunan sarana non fisik (baca:
kultural). Oleh karena itu gejolak masif terjadi, baik di kalangan
mahasiswa maupun organisasi massa lainnya meruak di mana-mana.
Pendekatan yang digunakan Jokowi di periode kedua ini haruslah lebih
humanis, namun tegas dan mampu hadir di tengah masyarakat secara tegas.
Bagaimanapun juga presiden adalah sosok yang menjadi pelindung dan
pengayom seluruh bangsa.
Jangan sia-siakan kepercayaan publik karena tidak menyentuh 'batin'
masyarakat (baca: kultural). Ketegasan menegakkan pembangunan cara fisik
haruslah diimbangi dengan ketegasan dalam menciptakan ruang-ruang
dialektika yang konstruktif. Semoga apa yang menjadi harapan publik
terpenuhi sehingga Jokowi-Maruf mampu menjadi pasangan pemimpin yang
ideal dan elegan dalam menyelesaikan problem bangsa.
Aksi secara kultural Jokowi dinanti banyak pihak. Bukan aksi berbalut
citraan namun lebih pada kerja nyata. Semoga badai yang melilit Jokowi
(dan Maruf Amin) mampu terlewati dengan baik. Sehingga Indonesia
memiliki masyarakat yang bervisi global. Semoga!
*(mmu/mmu)*
*
*
*
*
*
*
*
*