*Apakah sistem ekonomi jilid-jilatan yang dikemukan oleh Jokowi cs
mengalami stagnasi dan oleh sebab itu harus direformasi?*


http://www.mediaindonesia.com/read/detail/161171-pekerjaan-rumah-reformasi-ekonomi-indonesia


*Pekerjaan Rumah Reformasi Ekonomi Indonesia*

Penulis: *Raden Pardede, Pendiri CReco Research Institute* Pada: Rabu, 16
Mei 2018, 09:47 WIB Opini <http://www.mediaindonesia.com/opini>


<http://www.facebook.com/share.php?u=http://www.mediaindonesia.com/read/detail/161171-pekerjaan-rumah-reformasi-ekonomi-indonesia>

<http://twitter.com/home/?status=Pekerjaan%20Rumah%20Reformasi%20Ekonomi%20Indonesia%20http://www.mediaindonesia.com/read/detail/161171-pekerjaan-rumah-reformasi-ekonomi-indonesia%20via%20@mediaindonesia>

[image: Pekerjaan Rumah Reformasi Ekonomi Indonesia]*Dok.MI*

KRISIS 1998 ialah ‘ibu’ dari krisis ekonomi, sosial, dan politik
­Indonesia. Krisis itu dimulai dari Thailand dan menular cepat ke Indonesia
karena memang ada kerentanan dalam sistem keuangan, tata kelola perusahaan,
utang luar negeri, dan neraca pembayaran Indonesia.

Ekonomi mengalami kebangkrutan, utang meningkat, banyak bank tutup,
pertumbuhan ekonomi negatif, inflasi dan suku bunga meloncat tinggi, rupiah
terdepresiasi tajam, pengangguran tinggi, permasalahan sosial meningkat,
demo mahasiswa terjadi di berbagai kota, dan bahkan terjadi *chaos* politik
yang berakibat pada pergantian rezim pemerintahan.

Sesudah krisis 1998, inisiatif reformasi ekonomi dilakukan bersamaan dengan
reformasi kelembagaan dan politik, termasuk desentralisasi. Dasar-dasar
kebijakan makro ditetapkan lewat undang-undang untuk menjaga kestabilan
makro melalui batasan defisit bujet pemerintah dan tingkat utang.


Reformasi sistem keuangan dilakukan melalui Undang-Undang Perbankan dan
Undang-Undang BI sehingga otoritas keuangan dapat mengatur dan mengawasi
bank dan sektor keuangan lebih tegas dan *prudent*.

Restrukturisasi sektor riil pun dilakukan, termasuk aturan tata kelola
perusahaan yang baik. Sebagai hasilnya, Indonesia dapat memulihkan sektor
keuangan ­sehingga berfungsi kembali, diperoleh pertumbuhan ekonomi,
menjaga bujet defisit, neraca berjalan, inflasi serta utang pada tingkat
yang lebih rendah.

Belakangan reformasi ekonomi kembali dilakukan dengan penekan-an pada
mengurangi belanja yang tidak efisien, *tax amnesty*, memperbaiki daya
saing pemerintah dan kemudahan berusaha, membangun infrastruktur secara
luas di seluruh Indonesia, serta memberbaiki sistem logistik dan
distribusi. Semua inisiatif tersebut sedang dalam berproses. Ada yang sudah
menghasilkan, tetapi ada juga yang belum menghasilkan.

Namun begitu, masih banyak pekerjaan rumah (PR) dan diperlukan reformasi
lanjutan. Harapan kita dari penyelesaian PR ini, pertumbuhan ekonomi
menjadi lebih tinggi, lapangan kerja berkualitas tercipta, kegiatan ekonomi
lebih luas dan in­klusif, dengan sumber daya manusia yang berkualitas dan
inovatif serta lingkungan hidup yang berkesinambung­an.

PR tersebut antara lain reformasi lanjutan pada perbaik­an tata kelola dan
koordinasi birokrasi di pusat dan daerah. Hubungan pemerintah pusat dan
daerah perlu dilengkapi dengan hak dan tanggung jawab dan koordinasi yang
jelas disertai dengan ganjar­annya. Reformasi perbaikan kapasitas,
akun­tabilitas, dan perampingan birokrasi pusat dan daerah. Reformasi itu
diharapkan akan membuat implementasi kebijakan menjadi efektif.

Legitimasi negara harus diperkuat dalam pengelola­an ekonomi. Penguatan itu
dengan kepastian penerapan aturan perundang­an dan aturan main yang
transparan dan akuntabel dalam kegiatan pasar dan ekonomi.

Menuntaskan reformasi fiskal, termasuk perluasan basis pajak,
penyederhanaan administrasi, kepatuhan pembayar pajak, akuntabilitas dan
pelayanan petugas pajak, perbaikan alokasi, efektivitas, dan efisiensi
belanja pemerintah.

Reformasi kesehatan, pendidikan, dan pelatihan yang dilakukan secara serius
dan persiapan sumber daya manusia berdaya saing global dan siap mengadopsi
industri 4.0. Memperbaiki efektivitas belanja pemerintah sehingga tercipta
sumber daya berkualitas.

Melanjutkan reformasi di sektor keuangan sehingga dapat memobilisasi sumber
dana dalam negeri yang berkesinambungan dan memperkuat daya tahan dan
*resilience* terhadap potensi guncangan eksternal.

Melanjutkan reformasi dan kebijakan pembangunan infrastruktur serta sistem
logistik yang lebih efisien, dengan mengikutsertakan partisipasi luas dari
sektor pemerintah, BUMN dan swasta, dalam maupun luar negeri.

Melakukan reformasi di sektor riil dengan prioritas di sektor manufaktur
berorientasi ekspor serta terintegrasi dalam *value chain*. Semua kebijakan
ekonomi, fiskal, moneter, perdagangan, infrastruktur, keuangan, dan
kebijakan lainnya diprioritaskan kepada sektor ini.

Kirim email ke