Salah Giring Bola
Sebetulnya dengan keterbukaan dan kesediaan Jokowi untuk dikoreksi, itu umpan 
bola yang bagus sekali bagi Prabowo untuk menggirin bola masuk gawang. Contoh 
ketika ada OTT kepala Daerah, ini bisa dimanfaatkan oleh Prabowo dengan 
menawarkan program rasionalisasi APBD dan otonomi Daerah. Mengapa? karena 
sumber masalah di daerah itu adalah terlalu besarnya bergantung kepada APBD. 
Orang kerja karena ada uang, bukan bagaimana menghasilkan uang. Disamping itu, 
karena UU Otonomi daerah, Kepala daerah tingkat dua sudah seperti raja kecil di 
daerah. Solusinya adalah harus ada kepanjangan tangan pusat di Daerah. Gubernur 
seharusnya tidak lagi dipilih lewat Pilkada tetapi melalui Kepres. Gubernur 
bukan jabatan politik tetapi sama dengan menteri, Jabatan profesional. Tugas 
Gubernur melaksanakan sistem pengawasan dan pengedalian Tingkat dua. 
Bagaimana dengan rasionalisasi APBD? Kenyataan sekarang APBD itu hanya 
menyisakan 20% untuk pembangunan. 80% habis untuk belanja rutin. Padahal dana 
transfer pusat ke daerah setiap tahun terus meningkat. Solusinya adalah 
membentuk BUMD dibidang Investment holding Company disetiap daerah tingkat 1. 
Gunanya untuk menggalang dana lewat penerbitan Obligasi daerah. Sehingga tidak 
lagi tergantung dengan APBN. Dengan adanya BUMD investment holding maka memaksa 
terjadi perubahan paradigma management daerah yang tadinya birokrat menjadi 
meritokrat. Mengapa ? karena memaksa mereka harus profesional agar dipercaya 
oleh publik sebagai investor.
Hal tersebut akan mendorong orang orang terbaik berkarir di pemda untuk 
mengelola BUMD. BUMD tersebut akan jadi agent of development dari Pemda dalam 
rangka ekspansi pembangunan rumah murah, pengadaan pasar tradisional, PDAM, 
jalan toll khusus, kawasan industri dan pusat stokis agro. Ini akan mendorong 
arus investasi downstream ke daerah. Karena infrastruktur tersedia dan dikelola 
secara profesional. Nah di era Jokowi yang berkaitan dengan rasionalisasi APBD 
dan Otonomi daerah belum terlaksana. Mungkin diperiode kedua nanti akan 
dilaksanakan oleh Jokowi. Tetapi alangkah baiknya itu menjadi program yang 
ditawarkan oleh Prabowo- Sandi.
�Tetapi mengapa Prabowo-Sandi tidak menawarkan program yang rasional dalam 
kampanye politiknya ? karena ini berhubungan dengan kepentingan politik 
kekuasaan. Orang sekitar Prabowo tidak tertarik dengan program yang terstruktur 
dan rasional. Mereka punya ambisi membangun kekuasaan yang cetralistik seperti 
era Soeharto. Atau sesuai dengan syariah islam. Rakyat tidak perlu tahu banyak 
soal APBN dan APBD, Yang penting kebutuhan dasar rakyat terpenuhi. Masalahnya, 
paradigma centralistik itu tidak mungkin lagi bisa diterapkan di era sekarang. 
Bahkan China sekalipun sudah menerapkan desentralisasi secara luas. Negara 
hanya mengurus soal pertahanan dan politik, moneter saja. Selebihnya daerah 
yang mengurus.
Mengapa ? Pertumbuhan penduduk dan perubahan zaman berlangsung lebih cepat 
daripada ketersediaan sumber daya. Orang hidup tidak hanya sekedar butuh makan, 
tetapi juga leisure time dan mencari kepuasan lain. Dan itu tidak akan bisa 
disediakan oleh negara bila centralistik. Sistem centralistik hanya memuaskan 
para elite kekuasaan, Mereka hidup senang diatas kekuasaan dan rakyat cukuplah 
sekedar makan. Orang waras tahu itu. Bukan sekedar tahu tetapi sudah melihat 
fakta bagaimana 32 tahun kekuasaan Soeharto, yang punya TV hanya segelintir 
saja. Cara kampanye politik prabowo salah giring bola. Apalagi yang diandalkan 
untuk ngegolkan adalah pasukan celana cingkrang.

Dikirim dari Yahoo Mail untuk iPhone

Kirim email ke