RILIS 
EVALUASI 3 TAHUN PRESIDEN JKW-JK
#DaruratDemokrasiSATU BUNGKAM, SERIBU MELAWAN!'Dua orang kawan kami masih 
ditahan, diperlakukan bagaikan seorang teroris!'"Saya kangen sebetulnya didemo, 
karena apa? Pemerintah itu perlu dikontrol, jadi sekarang saya ngomong 
dimana-mana, 'tolong saya didemo' Pasti saya suruh masuk." Ujar 
JokowiKekecewaan yang mendalam kami rasakan atas ketidakpedulian penguasa pada 
suara mahasiswa. Bukan pertemuan guna berdiskusi tentang permasalahan rakyat 
yang kami dapatkan, melainkan pengepungan, pengeroyokan, hingga provokasi yang 
mengkambinghitamkan mahasiswa.20 Oktober, Aksi 3 Tahun Jokowi-JK yang digelar 
ribuan mahasiswa berjalan dengan efektif hingga malam hari. Konsisten dengan 
aksi damai, kami percaya kami mampu bertahan sampai Presiden bisa ditemui. 
Namun yang kami dapatkan hanya sikap tidak peduli Jokowi. Tengah malam, 
pembubaran dari aparat kami turuti. Belum jauh dari tempat aksi, kami dilempari 
batu dan dipukuli. Tidak tanggung, hingga darah tertumpah. Empat belas teman 
kami ditangkap dan dibawa ke Polda Metro Jaya tanpa surat perintah 
penangkapan.1. IHSAN MUNAWAR (STEI SEBI)
2. M. YOGI ALI KHAEDAR (IPB)
3. ARDI SUTRISBI (IPB)
4. ADITYA PUTRA GUMESA (UR)
5. GUSTRIANA (UNTIRTA)
6. TAUFIK (UB)
7. MUHAMMAD WAFIQ (UB)
8. SUSILO (IPB)
9. MUHAMMAD YAHYA SIFAHUDIN (IPB)
10. RIFKI ABDUL JABAR (AKA Bogor)
11. RAMDANI (UNPAK)
12. M. GOLBI DARWIS (IPB)
13. FAUZAN ARINDRA (STEI Tazkia)
14. HANDRIAN (IPB)Penangkapan paksa yang dilakukan aparat jelas melanggar HAM. 
Tim Advokasi dari Pusat Advokasi Hukum dan Hak Asasi Manusia (PAHAM) Indonesia 
berusaha menemani proses hukum, namun hingga pukul 03.00 dini hari, polisi 
tidak mengizinkan mahasiswa yang ditangkap bertemu dengan kuasa hukum. Teman 
kami ditahan tanpa diberikan kesempatan mencari pembelaan. (1/2)Massa melakukan 
demo tiga tahun pemerintahan Jokowi-JK karena tidak puas dengan pemerintahan 
yang dinilai tidak pro rakyat.tirto.id/cyHX




Ribuan Perangkat Desa Mulai Bergerak Tagih Janji Jokowi

VIVA – Ratusan perangkat desa se-Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, berangkat 
menuju Istana Negara, Jakarta, untuk bergabung dalam aksi unjuk rasa 
mempertanyakan keseriusan Presiden Jokowi saat kampanye yang akan mengangkat 
perangkat desa menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS).Sejak pagi, Senin, 23 Oktober 
2017, sekitar 300 perangkat desa dari Mojokerto yang tergabung dalam Persatuan 
Perangkat Desa Indonesia (PPDI) ini telah berkumpul di pendopo pusat perkulakan 
sepatu Trowulan. Mereka akan berangkat menuju Istana untuk berkumpul dengan 
perangkat desa dari daerah lain.Menurut Ketua 1 PPDI Kabupaten Mojokerto, Joko 
Priyono, aksi unjuk rasa rencananya akan digelar pada Selasa, 24 Oktober 2017. 
Ribuan perangkat desa dari seluruh Indonesia akan menagih janji Presiden Jokowi 
yang dalam kampanyenya akan mengangkat mereka menjadi PNS. Meski berencana 
secara bertahap, tapi janji ini sama sekali belum terlaksana."Hingga kini 
status para perangkat desa belum berubah. Padahal Presiden Jokowi sudah 
menjabat selama 3 tahun," kata Joko.Setelah mempersiapkan seluruh keperluan, 
perangkat desa dari Mojokerto ini berangkat menggunakan enam bus. Mereka 
berjanji akan tetap berada di Jakarta sampai bertemu dengan Presiden Jokowi.

Sebelumnya telah disampaikan Ketua PPDI Purworejo, Abdul Aziz yang juga 
ditunjuk sebagai koordinator nasional aksi, unjuk rasa yang akan diikuti ribuan 
perangkat desa ini akan digelar dengan nama Silahturahim Nasional (Silatnas) 
2017.Menurutnya, setidaknya sudah ada 12.000 ribu perangkat desa yang 
memastikan untuk hadir dan berkumpul di Istana Negara dari berbagai daerah di 
Tanah Air. (ase)

Kirim email ke