Menurut KBBI: aulia/au·lia/ n orang suci; wali http://kbbi.web.id/aulia 
http://kbbi.web.id/aulia
 

 ---
 Menurut Muchlis, kata awliya di dalam Al-Quran disebutkan sebanyak 42 kali dan 
diterjemahkan beragam sesuai konteksnya. Merujuk pada Terjemahan Al-Quran 
Kementerian Agama edisi revisi 1998 - 2002, pada QS. Ali Imran/3: 28, QS. 
Al-Nisa/4: 139 dan 144 serta QS. Al-Maidah/5: 57, misalnya, kata awliya 
diterjemahkan dengan pemimpin. Sedangkan pada QS. Al-Maidah/5: 51 dan QS. 
Al-Mumtahanah/60: 1 diartikan dengan teman setia.
 
 "Pada QS. Al-Taubah/9: 23 dimaknai dengan 'pelindung', dan pada QS. Al-Nisa/4: 
89 diterjemahkan dengan 'teman-teman'," tambahnya.
 ...
 Pada terjemahan Kementerian Agama edisi perdana (tahun 1965), kata awliya pada 
QS. Ali Imran/3: 28 dan QS. Al-Nisa/4: 144 tidak diterjemahkan. Terjemahan QS. 
Al-Nisa/4: 144, misalnya, berbunyi: "Hai orang-orang yang beriman, janganlah 
kamu mengambil orang-orang kafir sebagai wali dengan meninggalkan orang-orang 
mukmin".
 
 "Pada kata wali diberi catatan kaki: wali jamaknya awliya, berarti teman yang 
akrab, juga berarti pelindung atau penolong. Catatan kaki untuk kata wali pada 
QS. Ali Imran/3: 28 berbunyi: wali jamaknya awliya, berarti teman yang akrab, 
juga berarti pemimpin, pelindung atau penolong," jelas Muchlis.
 ...
 Minggu, 23 Oktober 2016, 10:52
 
 Soal Terjemahan Awliyâ Sebagai ‘Teman Setia’, Ini Penjelasan Kemenag 
https://www.kemenag.go.id/berita/417806/soal-terjemahan-awliy-sebagai-teman-setia-ini-penjelasan-kemenag
 

 

 Pgs. Kepala Lajnah Pentashihan Mushaf Al Quran (LPMQ) Muchlis M Hanafi. (foto: 
LPMQ)

 

 Jakarta (Pinmas) --- Pada beberapa edisi terbitan Terjemahan Al-Quran yang 
beredar saat ini, kata awliya pada QS Al Maidah: 51 diterjemahkan sebagai teman 
setia. Pgs. Kepala Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Quran (LPMQ) Kemenag, Muchlis M 
Hanafi, menjelaskan bahwa terjemahan Al-Quran tersebut merujuk pada edisi 
revisi 2002 Terjemahan Al Quran Kementerian Agama yang telah mendapat tanda 
tashih dari LPMQ.
 

 Hal ini ditegaskan Muchlis menanggapi beredarnya postingan di media sosial 
tentang terjemahan kata awliya pada QS Al-Maidah: 51 yang disebutkan telah 
berganti dari 'pemimpin' menjadi 'teman setia'. Postingan itu menyertakan foto 
halaman terjemah QS Al-Maidah: 51 dengan keterangan yang menyebutnya sebagai 
'Al-Quran palsu'.
 

 "Tidak benar kabar yang menyatakan bahwa telah terjadi pengeditan terjemahan 
Al-Quran belakangan ini. Tuduhan bahwa pengeditan dilakukan atas instruksi 
Kementerian Agama juga tidak berdasar," tegas Muchlis di Jakarta, Minggu 
(23/10).
 

 Menurut Muchlis, kata awliya di dalam Al-Quran disebutkan sebanyak 42 kali dan 
diterjemahkan beragam sesuai konteksnya. Merujuk pada Terjemahan Al-Quran 
Kementerian Agama edisi revisi 1998 - 2002, pada QS. Ali Imran/3: 28, QS. 
Al-Nisa/4: 139 dan 144 serta QS. Al-Maidah/5: 57, misalnya, kata awliya 
diterjemahkan dengan pemimpin. Sedangkan pada QS. Al-Maidah/5: 51 dan QS. 
Al-Mumtahanah/60: 1 diartikan dengan teman setia.
 

 "Pada QS. Al-Taubah/9: 23 dimaknai dengan 'pelindung', dan pada QS. Al-Nisa/4: 
89 diterjemahkan dengan 'teman-teman'," tambahnya.
 

 Terjemahan Al-Quran Kemenag, lanjut Muchlis, pertama kali terbit pada tahun 
1965. Pada perkembangannya, terjemahan ini telah mengalami dua kali proses 
perbaikan dan penyempurnaan, yaitu pada tahun 1989-1990 dan 1998-2002. Proses 
perbaikan dan penyempurnaan itu dilakukan oleh para ulama dan ahli di 
bidangnya, sementara Kementerian Agama bertindak sebagai fasilitator.
 

 "Penyempurnaan dan perbaikan tersebut meliputi aspek bahasa, konsistensi 
pilihan kata atau kalimat untuk lafal atau ayat tertentu, substansi yang 
berkenaan dengan makna dan kandungan ayat, dan aspek transliterasi," terangnya.
 

 Pada terjemahan Kementerian Agama edisi perdana (tahun 1965), kata awliya pada 
QS. Ali Imran/3: 28 dan QS. Al-Nisa/4: 144 tidak diterjemahkan. Terjemahan QS. 
Al-Nisa/4: 144, misalnya, berbunyi: "Hai orang-orang yang beriman, janganlah 
kamu mengambil orang-orang kafir sebagai wali dengan meninggalkan orang-orang 
mukmin".
 

 "Pada kata wali diberi catatan kaki: wali jamaknya awliya, berarti teman yang 
akrab, juga berarti pelindung atau penolong. Catatan kaki untuk kata wali pada 
QS. Ali Imran/3: 28 berbunyi: wali jamaknya awliya, berarti teman yang akrab, 
juga berarti pemimpin, pelindung atau penolong," jelas Muchlis.

Terkait penyebutan 'Al-Quran palsu' pada informasi yang beredar di media 
sosial, Doktor Tafsir Al-Quran lulusan Universitas Al Azhar Mesir ini 
mengatakan, terjemahan Al-Quran bukanlah Al-Quran. Terjemahan adalah hasil 
pemahaman seorang penerjemah terhadap Al-Quran. Oleh karenanya, sebagian ulama 
berkeberatan dengan istilah "terjemahan Al-Quran". Mereka lebih senang 
menyebutnya dengan "terjemahan makna Al-Quran".
 

 "Tentu tidak seluruh makna Al-Quran terangkut dalam karya terjemahan, sebab 
Al-Quran dikenal kaya kosa kata dan makna. Seringkali, ungkapan katanya singkat 
tapi maknanya padat. Oleh sebab itu, wajar terjadi perbedaan antara sebuah 
karya terjemahan dengan terjemahan lainnya," paparnya.
 

 Terkait kata atau kalimat dalam Al-Quran yang menyedot perhatian masyarakat 
dan berpotensi menimbulkan perdebatan, Kemenag menyerahkan kepada para ulama 
Al-Quran untuk kembali membahas dan mendiskusikannya. Saat ini, sebuah tim yang 
terdiri dari para ulama Al-Quran dan ilmu-ilmu keislaman serta pakar bahasa 
Indonesia dari Badan Bahasa Kemendikbud, sedang bekerja menelaah terjemahan 
Al-Quran dari berbagai aspeknya.
 

 Mereka itu, antara lain: Prof. Dr. M. Quraish Shihab, Prof. Dr. Huzaimah T 
Yanggo, Prof. Dr. M. Yunan Yusuf, Dr. KH. A. Malik Madani, Dr. KH. Ahsin Sakho 
Muhammad, Dr. Muchlis M Hanafi, Prof. Dr. Rosehan Anwar, Dr. Abdul Ghofur 
Maemun, Dr. Amir Faesal Fath, Dr. Abbas Mansur Tamam, Dr. Umi Husnul Khotimah, 
Dr. Abdul Ghaffar Ruskhan, Dr. Dora Amalia, Dr. Sriyanto, dan lainnya.
 "Teks Al-Quran, seperti kata Sayyiduna Ali, hammalun dzu wujuh, mengandung 
aneka ragam penafsiran. Oleh karena itu, Kementerian Agama berharap umat Islam 
menghormati keragaman pemahaman keagamaan," urainya.
 

 
 Menurut Muchlis, terbitan terjemah Al-Quran dapat menjadi sarana bagi 
masyarakat untuk memahami isi kandungan ayat suci. Namun, ia mengingatkan, 
dalam memahami ayat-ayat Al-Quran, hendaknya tidak hanya mengandalkan 
terjemahan, tetapi juga melalui penjelasan ulama dalam kitab-kitab tafsir dan 
lainnya. (rilis/mkd/mkd)
 

Kirim email ke