https://bisnis.tempo.co/read/1170907/susi-kesal-dikibuli-pengusaha-mbok-ya-buaya-jangan-dikadalin/full&view=ok
Susi Kesal Dikibuli Pengusaha: Mbok Ya Buaya
Jangan Dikadalin
Reporter:
Caesar Akbar
Editor:
Dewi Rina Cahyani
Kamis, 31 Januari 2019 17:32 WIB
Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti tampak mengenakan
kacamata hitam saat mengikuti sidang kabinet paripurna di Istana Negara,
Jakarta, Selasa, 16 Oktober 2018. Menteri Susi terpaksa mengenakan
kacamata hitam untuk melindungi matanya yang sakit. TEMPO/Subekti.
<https://statik.tempo.co/data/2018/10/16/id_742958/742958_720.jpg>
Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti tampak mengenakan
kacamata hitam saat mengikuti sidang kabinet paripurna di Istana Negara,
Jakarta, Selasa, 16 Oktober 2018. Menteri Susi terpaksa mengenakan
kacamata hitam untuk melindungi matanya yang sakit. TEMPO/Subekti.
*TEMPO.CO*, *Jakarta* - Menteri Kelautan dan Perikanan Susi
<https://www.tempo.co/tag/susi> Pudjiastuti menceritakan kegeramannya
terhadap pengusaha ikan yang kerap tak jujur melaporkan hasil tangkapan.
Menurut Susi, para pengusaha banyak yang kerap melakukan /under reported
/atau melaporkan hasil tangkapan lebih rendah dari yang sebetulnya.
Baca: Ditegur Jokowi, Susi: Kalau Pengusaha Tak Jujur Izin Tak Terbit
<https://bisnis.tempo.co/read/1170592/ditegur-jokowi-susi-kalau-pengusaha-tak-jujur-izin-tak-terbit>
"Hasil ekspor, hasil tangkapan, semuanya /under reported /ya mbok mosok
kapal besar 150 ton laporan hasil usahanya hanya 20 ton, disuruh
perbaiki baru naik menjadi 200 ton, yang benar saja," ujar Susi di
kantornya, Kamis, 31 Januari 2019.
Begitu juga untuk perikanan pancing, menurut Susi, ada yang mengaku
hanya mendapat tangkapan 120 ton per tahun, adapula pengusaha berkapal
100 /gross tonnage /yang mengaku hanya mendapat tangkapan 70 ton. "Kalau
menterinya tidak tahu laut mungkin iya-iya saja, tapi saya besar dan
hidup dari kecil di laut, meski saya tidak punya kapal tangkap ikan,
namun saya tahu laut," ujar dia. "Mbok ya buaya jangan dikadalin."
Menurut dia, dalam persoalan ini, pengusaha dan pemerintah harus bekerja
sama. Misalnya saja untuk melakukan pengamanan di laut dan operasi
lainnya pemerintah butuh anggaran yang berasal dari pendapatan. "Saya
menaikkan Penerimaan Negara Bukan Pajak untuk kapal, namun dengan
memberikan ikan lebih banyak sekarang, saya kerja amankan ikannya,
win-win kok," kata Susi.
Akibat laporan yang tidak sesuai dengan kenyataannya itu, ujar Susi,
dalam satu tahun terakhir kenaikan ekspor perikanan Indonesia tampak
sangat kecil, hanya kisaran 10 sampai 11 persen saja. Meski, konsumsi
ikan dalam negeri naik dari 36 kilogram menjadi 50 kilogram per kapita
per tahun. "Setiap rapat kabinet ditanya kenaikan ekspornya sangat kecil."
Untuk itu, Susi telah membuat angka patokan tangkapan. Sehingga,
bawahannya bisa mengecek apakah laporan dari para pengusaha perikanan
tangkap. Ia menegaskan kementeriannya dalam meminta laporan itu tidak
untuk mendapatkan tambahan penerimaan dari para pengusaha, melainkan
untuk mengetahui laporan yang benar. "Supaya kita tahu hasil kerja bahwa
Indonesia telah menuju pengelolaan perikanan tangkap yang benar," ujar dia.
Susi juga mengaku pernah dimarahi Menteri Keuangan Sri Mulyani karena
rendahnya realisasi penerimaan pajak di sektor perikanan. "Bu Menkeu
marah sama saya karena pajak perikanan masih kecil," ujar dia di Kantor
KKP, Jakarta, Kamis, 31 januari 2019.
Karena itu, Ia sudah menyarankan agar Sri Mulyani dan jajarannya
mengejar pajak dari para pelaku perikanan tangkap. "Tapi ketika ditanya
datanya di mana, saya bilang datanya tidak ada," kata Susi
<https://bisnis.tempo.co/read/1170847/susi-pernah-dimarahi-sri-mulyani-karena-pajak-perikanan-rendah>.
"Bu Menkeu ngambek sama saya."
------------------------------------------------------------------------