Mungkin pekerja ahli-didik bangsa ini perlu lebih memperhatikan bagaimana 
memperbaiki sistem pendidikan dinegeri ini untuk mengangkat MUTU PENDIDIKAN 
lebih baik, mengejar ketertinggalan dari negara-negara lain, ... syukurlah 
kalau masalah pendidikan menjadi perhatian khusus pemerintah yang berkuasa!

Salam,
ChanCT



From: nesa...@yahoo.com [GELORA45] 
Sent: Friday, December 2, 2016 4:54 AM
To: GELORA45@yahoogroups.com 
Subject: RE: [GELORA45] Re: [temu_eropa] Anies Baswedan: 35 Persen Siswa Tak 
Lulus SMA, Itu Bukan Salah Ahok

  

Ide sekolah kejuruan/vocational school itu semua tahu.

Yang tidak tahu bagaimana menjalankan.

Sebagai suatu system itu tidak mudah dilaksanakan.


Indonesia sudah ada STM, SMEA, SMKK, SGA dll dari dulu yg dirubah2 atau mati 
dengan sendirinya.

Kenapa tidak jalan dan mati? Karena lulusannya tidak siap kerja. S eharusnya 
sekolah2 kejuruan ini lulusannya siap kerja.

Selama ini system pendidikan Indonesia fokusnya ke general study SMA yg memang 
tidak mempersiapkan lulusannya utk bekerja, melainkan ke PT.


Sudah saatnya Indonesia mikirin system kejuruan ini. jerman memang bagus dalam 
hal ini. USA tidak bagus krn fokusnya pendidikan di USA = di Indonesia yg 
fokusnya ke general study sbg preparation ke universitas.


ATMI solo dan polman d i bangka itu contoh sekolah kejuruan yg bagus dilevel 
higher education. 

Sayangnya level pendidikan menengah belum ada yg betul2 dijalankan dengan baik.

Begitu juga banyak alternative education yg dicanangkan dan sudah berjalan, 
jalannya tersendat2 karena duit. Idealismenya bagus sekali tetapi pelaksanaanya 
susah karena masalah duit dan pendanaan.


Nesare



From: GELORA45@yahoogroups.com [mailto:GELORA45@yahoogroups.com] 
Sent: Thursday, December 1, 2016 11:22 AM
To: Gelora45 <GELORA45@yahoogroups.com>
Subject: Re: [GELORA45] Re: [temu_eropa] Anies Baswedan: 35 Persen Siswa Tak 
Lulus SMA, Itu Bukan Salah Ahok


  

Saya pernah baca mail dari OYT di milis lain bahwa dia pernah bertemu dengan 
Anie Baswedan, waktu itu masih menteri pendidikan di kabinet Jokowi, di suatu 
ceramah tentang pendidikan ethika murid2 sekolah lewat Di Zi Gui. Pendidikn 
moral ethika Di Zi Gui kalau tak salah berdasarkan bab 6 dari tulisan 
Confucius, The Analects. Sistem ini dipakai di Malaysia, Singapore, Taiwan, dan 
di introduced kembali di Tiongkok. Di Indonesia, sekolah Pa Hoa Jakarta yang 
melaksanakan, tadinya dengan ambil dari buku pemberian Yayasan Buddhis di 
Malaysia, kemudian ambil dari buku pelajaran Di Zi Guin Singapore, dan sekarang 
dengan ditambah dengan penjelasan lewat cerita anak2 Indonesia sendiri.

Waktu bertemu OYT menyampaikan pada menteri Baswedan usul2nya secara tertulis 
untuk menterapkan sistim pendidikan Dual Vocational Training dari Jerman. 
Berminggu minggu ditunggu tidak ada responsnya. Tiba2 saya baca pidato Jokowi 
akan melaksanakan Dual Vocational Training ini di Indonesia. Setelah itu belum 
terdengar kelanjutannya. Lha, apa Jokowi dapat informasi tentang Dual 
Vocational Training ini dari Baswedan, atau dari orang lain ? Dan jug a, kok 
sekarang Baswedan ngomong tentang banyaknya lulusan SMA yang tidak dapat 
kerjaan, apa nanti dalam PILKADA dia mau ajukan Dual Vocational Training cara 
Jerman untuk dapat simpati para lulusan SMA yang tidak dapat kerja dan orang2 
tuanya ? Bisa jadi jurus yang hebat.

Sudah ada beberapa tahun, saya simpan mail OYT yang menjelaskan tentang Dual 
Vocational Training Jerman ini yang ditujukan pada saya dan bung Iwa kala itu :

Bung Iwa, K.Djie


Saya lama mengikuti perkembangan "Vocational Education and  Training in the 
Dual System"(VETDS)  Suatu sistem yg  paling unik dan spesifik Jerman, sudah 
banyak diadaptasikan ke masing masing negeri, termasuk Indonesia yg salah 
diaplikasikannya karena yg mengaplikasikan adalah Prof Dr. Wardiman,  
diadaptasikannya dengan sistem Link and Match,  yg menelorkan sistem SMK 
sebagai solusi untuk mendidik keterampilan melalui sekolahan......serupa tak 
sama dengan sistem VETDS Jerman.


Hasil penelitian sejak tahun 1982  pengertianku adalah "Skill dan Teori" 
merupakan dua sisi pisau; tajam untuk memotong dan tumpul untuk kekuatan, atau 
dua sisi coin, atau yg sekarang sedang dalam menuju kepopulerannya adalah "Yin 
Yang Opposite Union" yg sering kuutarakan sebagai dasar segala filsafah yg 
mencakup  universiel segala sesuatu dan hal di alam semesta ini, yg mendasari 
falsafah orang Tionghoa (I Ching), selama seratus tahun lebih dilupakan karena 
tertekan oleh keberhasilan Barat dalam industrialisa si.


Di Jerman wujud dari falsafah ini diaplikasikan oleh Otto Von Bismarck, untuk 
mengangkat Prusia/Jerman menjadi satu dan membangun keunggulan ekonomi 
industrialisasi barat, setelah sekian lama ketinggalan dari sistem dagang dan 
industrialisasi negara Eropa lainnya - Belanda, Portugal, Spanyol dan 
Inggeris....--  Meski tak tertulis dalam sejarah, tersirat dalam sejarah VETDS, 
Bismarck yg membuat standard sistem itu, dari tradisi Prusia "Meister und 
Lehrling" suatu sistem pemagangan antar keterampilan sejenis yg terpecah pecah 
spesialisasinya, menjadi suatu kesatuan yg menjurus pada standard pendidikan 
dan pelatihan vokesional VETDS 
lih.http://website.informer.com/visit?domain=bibb.de&url=http://bibb.de yg 
saling terkait dalam spesialisasi (dua sisi yg berselisihan, namun bersatu, 
merupakan suatu kesatuan)


Pengertianku, titik pisah pendidikan wajib di Jerman adalah sejak lulus 
Hauptschule, maka siswa mulai dibagi ke dua arah; arah pendidikan science.... 
dilanjutkan ke Gymasium (SMA umum), selebihnya dipersiapkan untuk memasuki 
jenjang karier bekerja (Vocational) dilanjutkan ke VETDS, yg dikelola secara 
Nasional oleh perusahaan industri, untuk mendidik dan melatih 
keterampilan/skill yg kompeten..... selama kurang lebih 3,5 tahun, tergantung 
dari spesialisasi professi dalam segala bidang kegiatan Vekesioanal (Vocation: 
an occupation a person is specifically drawn or for which he or she  is suited, 
trained or qualified. dari wikipedia) Ternyata peminat bidang ini adalah 80% 
dari lulusan Hauptschule, yg 20% baru mampu dan suka memasuki bidang science, 
dan mejurus kebidang science R&D.

Sistem yg dikelola oleh KADIN (kamar dagang dan Industri) Jerman yg unik ini, 
Kadin Jerman dipisah adanya KADIN usaha kecil (ZDH) yg mengkelola sistem VETDS 
ini dan Kadin usaha besar normal. Sistem ini berjalan dengan baik di Jerman, 
karena semua izin usaha perusahaan/industri di Jerman dapat dikeluarkan kalau 
dalam perusahaan ada "Meister" pengelola.

Jadi jelas disini adanya Meister pengelola perusahaan, dijamin mutu hasil 
perusahaan, dan juga jiwa Meister yg  sarat/menghormati menjunjung tinggi 
semangat kerja keterampilan (Craftmanship) pasti "jij ik" melihat "korupsi" 
berjalan. Itulah maka bila negara juga dikelola oleh lulusan Meister maka dapat 
dijamin kemampuan produksi barang dengan merobah kekayaan alam menjadi barang 
jadi yg berguna untuk kepentingan manusia banyak, juga gampang terlaksana. 
Bandingkan dengan pejabat pemerintah Indonesia yg dikelola oleh lulusan 
akademis, atau melalu KKN, pasti jauh berbeda hasilnya atau boleh dibilang 
terbalik, penuh dengan kolusi dan korupsi Nepotism, sedangkan kebanyakan rakyat 
terbanyak kehilangan hak pendidikan dan pelatihan yg selayaknya dapat diterima 
oleh segenap rakyat tanpa pilih pilih (termasuk yg menyandang cacad, juga 
dicarikan vokesional yg cocok dengan dirinya).

Sistem VETDS ini self supporting, tak memerlukan "subsidi" atau masuk program 
APBN, cukup buatkan dekrit undang2, yg secara tak lang sung mengharuskan semua 
perusahaan/industri, ikut serta bertanggung jawab dan memanfaatkan hasil VETDS. 
Hal ini khusus perlu digaris bawahi..... perusahaan industri dalam negeri yg 
mampu mengadakan VETDS ini banyak yg sangat tergantung dengan perusahaan 
FDA..... yg merasa tak ada kepentingan untuk mendidik bangsa lain bagi 
usahanya..... Hanya dekrit pemerintah yg membuat mereka secara tak langsung 
harus mengikuti sistem VETDS yg mampu, membuat usaha ini berhasil.


Sistem yg self supporting itu :  Pemagang adalah lulusan wajib sekolah SMP Plus 
( seperti Hauptschule di Jerman, atau sistem O level di Inggeris)

Tahun kesatu  belajar teori 75% pada suatu pusat pendidikan (teori) yg dikelola 
oleh perusahaan2 kecil yg bergabung, pemagang akan dikaitkan dengan perusahaan 
terkait, jadi pemagang memperoleh sponsor dana perusahaan..... Pada tahun 
kesatu karena hasil sekolah pendidikan teori lebih banyak dari pada hasil kerja 
magang diperusahaan (semuanya dibawah bimbingan Meister). Pemagang tidak 
dipungut bayaran selama pendidikan, bahkan memperoleh uang saku untuk keperluan 
pendidikan, dan pemagangan (25% kerja dalam perusahaan). 

Tahun kedua, 50% teori maupun kerja nyata....  Disini sang pemagang sudah di 
pilihkan atau diarahkan kejurusan vocation yg disukai/cocok dengan 
keinginannya.... hasil kerja yg hanya memperoleh uang saku, kelebihannya cukup 
untuk menutupi ongkos pendidikan dipusat pendidikan. Sang pemagang tetap hanya 
memperoleh uang saku bukan gaji hasil kerja.

Tahun ketiga. 25% Teori, 75% kerja Nyata di Pabrik.... Hasil kerja yg tidak 
dibayar gaji, hanya sekedar uang saku, akan memberikan hasil yg "lebih" bagi 
perusahaan, kelebihan ini untuk kompensasi perusahaan pada tahun kesatu yg 
memberikan subsidi pada pemagang untuk belajar teori yg 75% itu.


Lulusan VETDS sambil bekerja masih dapat dilanjutkan dengan pendidikan Meister 
pengelola pabrik, bagi yg berminat dan mampu, atau lebih lanjut lagi 
memperdalam pendidikan teori akademis, dapat memasuki pendidikan akademnis Fach 
Hoghschule... sebagai jembatan bersama dengan sektor pendidikan akadenmis 
science yg berkiprah ke R&D science and enjiniering. Melen gkapi kebutuhan 
industrialisasi yg terampil berkompeten dan bermoral. bekerjasama menjadi unit 
ekonomi/politik yg bersaing dialam globalisasi ini. (terbukti dalam suasana 
krisis yg melanda dunia kapitalism barat, maka Jerman yg mampu bertahan tetap 
berkembang menghadapi persaingan dengan negara negara baru berkembang yg 
menyusul bersaing dengan dunia barat).


Maka kesimpulan sitem VETDS Jerman ini, semua pihak diuntungkan: 

*Pemagang tak perlu membayar uang sekolah VETDS, bahkan masih menerima uang 
saku sekedarnya, orang tua tak dibebani beaya sekolah pemagang, setiap insan 
negeri berkesempatan sama rata.  Jenjang kariernya sudah jelas jurusannya 
sesuai dengan pilihan kesukaannya (Pas sionate) setelah lulus, tentunya 
employmentnya jauh lebih terjamin, karena lulusan VETDS memiliki sertifikat yg 
standard Nasional (maupun Internasional), jadi dapat dipakai langsung oleh 
perusahaan sponsor, atau perusahaan lainnya(yg menengah besar) yg membutuhkan 
spesialisasi keahliannya. 

*Perusahaan diuntungkan karena memperoleh pekerja terampil (dibidang teori yg 
terstandard, dan pelatihan yg dilakukan sendiri oleh perusahaan on the (real) 
job  working) dengan memanfaatkan fasilitas yg ada dalam perusahaan, selama 
tiga tahun, tersedianya pekerja yg dilatihnya sendiri cocok dengan keadaan 
perusahaan. 

Seleksi pekerja yg lebih leluasa karena memperoleh pilihan yg jelas dari 
pemagang yg disponsori, Pemagang yg memang ingin memasuki pekerjaan oleh 
perusahaan sponsor pasti berusaha sebaik mungkin mengikuti VETDS ini, karena 
perusahaan tak berkewajiban merekrut pemagang yg disponsori, hanya yg terbaik 
yg akan dipilih perusahaan, pemagang yg terpilih harus bersedia memenuhi 
kebutuhan perusahaan, paling tidak jangka waktu kontrak yg disetujui bersama 
(misalnya 3 tahun setelah lulus), bagi yg pemagang yg malas atau tak niat, 
kesempatan untuk direkrut juga akan menjadi minim, jadi bagi pemagang akan 
selalu mengikuti VETDS secara seksama untuk menjamin employment setelah selesai 
VETDS.  Perusahaan dapat merencanakan dengan seksama "Human resource planing" 
kebutuhan perusahaan, melalui pendidikan teori yg dikelola bersama oleh 
perusahaan sejenis lainnya dalam pusat pendidikan (teori) VETDS, sedangkan 
kerja nyata sudah siap bagi pemagang yg akan dibimbing oleh Meister dalam 
perusahaan, jadi perusahaan kecil ini dapat memusatkan perhatian untuk 
produksi, bukan pendidikan yg bukan menjadi bidangnya. 

*Depnaker, tak perlu memusingi  pengadaan pusat latihan, mengenai jenis skill 
yg perlu dilatih, yg bukan menjadi kompetensinya. Yg dibutuhkan hanya 
kompetensinya untuk menengahi aturan hukum yg membuat VETDS berjalan lancar dan 
layak, persetujuan antara pemagang dan perusahaan, seringkali membutuhkan 
ketentuan hukum hubungan kerja, karena menyangkut tenaga kerja yg kemungkinan 
besar adalah pemagang dibawah umur pekerja, karena sifat pelatihan VETDS adalah 
murni bekerja langsung dalam perusahaan tanpa terima gaji, hanya uang saku 
saja. 

APBN Pemerintah, dengan perhatian dana hanya dipusatkan pada wajib sekolah 10 
tahun, beban APBN akan menjadi ringan bagi pemerintah, hasil lulusan wajib 
belajar terjamin bagi seluruh masyarakat tanpa beban beaya,  juga mutu 
pendidikan w ajib dapat benar benar terjamin, terutama bagi VETDS, lulusan 
wajib belajar benar benar siap latih, artinya pendidikan dasar membutuhkan 
pengetahuan literate (bahasa) Numerate (berhitung/aritmatik atau matematik) 
berpengetahuan (ilmu alam, kimia, biologi dll) dan yg terpenting adalah 
pendidikan Moral Ethika Kerja (yg selama ini telah hilang jejaknya di NKRI, 
digantikan oleh moral agama). VETDS, maupun kelanjutan ke bidang Sains dapat 
dikelola oleh swasta, tanpa membebani APBN negara yg kini begitu banyak 
Perguruan tinggi akademis yg menjadi usaha BUMN, yg menjadi prima dona mahasisa 
akademis elite(yg mampu ekonomis orangtuanya), sebagai batu loncatan untuk 
menjadi pegawai negeri tanpa dibekali bekal keterampilan yg berkompeten....dan 
bermoral Craftmanship.


Itulah cita cita kita supaya pendidikan dan latihan ini berlaku untuk seluruh 
lapisan masyarakat negeri, bukan hanya untuk sekelompok elite yg tak bermoral 
kerja (craftmanship) sejati, yg cenderung korupsi kerjanya.


Bagi yg mengenal baik pribadi DI (pak Chan mungkin?), mohon sedikit tulisanku 
ini bisa disampaikan kepadanya yg mengkelola antara lain BUMN perguruan negeri 
yg banyak ada dibawah pemerintahannya sebagai Ketua/Menteri BUMN. 

Bila ada kesalahan mohon koreksi.... karena selama ini tak mampu saya ajukan 
gagasan ini kedalam kementerian pendidikan, industri, dan tenaga kerja. 


Oyt.



2016-12-01 16:35 GMT+01:00 Jonathan Goeij jonathango...@yahoo.com [GELORA45] 
<GELORA45@yahoogroups.com>:

    

  Si Anies ngomong begitu karena beliau mantan Menteri Pendidikan, jadi 
kayaknya jangan nyalahin Ahok tetapi dibalik itu juga jangan dibalik nyalahin 
beliau.


  ---In GELORA45@yahoogroups.com, <comoprima45@...> wrote :



  Anies Baswedan: 
  35 Persen Siswa Tak Lulus SMA, Itu Bukan Salah Ahok

  
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------


  HANYA ORANG BODOH YANG BERPIKIRAN DEMIKIAN yang segala Emosi dan Kebencianya 
dipusatkan pada Pribadi AHOK sebagai warga DKI dan sebagai Waganegara Indonesia 
dan cukup Buta untuk bisa melihat suatu Hal yang juah lebih Pokok.


  Jika sudah bicara soal PENDIDKAN  maka tidak lain ialah MASALAH SYSTEM - jadi 
 bukan masalah Perorangan (dlm Hal ini AHOK..)....


  Tidakkah Seharusnya ,  agar 35 % para Siswa YANG TIDAK BERHASIL LULUS t sb 
dan Pihak2 yang merasa !DIRUGIKAN AHOK !  sehingga mereka (Pra Siswa tsb)  
Tidak LULUS agar Merka semua  se- kali2 MENGORESKI DIRINYA MASING2 ..  ?  [ 
Mungkin ..... Mereka TERLALU PANDAI dan terlalu banyak berdoa dan Ber -DEMO 
mematuhi  perintah HABIB RIZIEK dan FPI da para KYAYI ... sedangkan AHOK  
TERALALU  BODOH  barankali yah..... ?  > sehingga  35 % PARA SISWA tsb TIDAK 
LULUS karena AHOK..... ]


  ...  yah MEMANG - mungkin NASIB KALIAN ITU ADA DITANGAN HABIB RIZIEK ...... 


  2016-12-01 3:22 GMT+01:00 'Chan CT' SADAR@... [temu_eropa] 
<temu_er...@yahoogroups.com>:



      Rabu 30 Nov 2016, 23:45 WIB

      Anies Baswedan: 
      35 Persen Siswa Tak Lulus SMA, Itu Bukan Salah Ahok
      Noval Dhwinuari Antony - detikNews

      Anies Baswedan/Foto: Noval Dhwinuari Antony/detikcom

      FOKUS BERITA:Jakarta Memilih

      Jakarta - Calon gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyebut angka 
ketimpangan pendidikan di Jakarta sangat tinggi. Permasalahan ini disebutnya 
warisan kepemimpinan Jakarta sejak lama.

      "Dan hari ini angka yang 35 persen itu tidak lulus SMA, itu bukan salah 
satu atau dua gubernur, tidak usah menyalahkan gubernur. Ini warisan masalah 
lama, bukan salahnya Pak Ahok sama sekali. Ini warisan dari lama. Kita akan 
bereskan dan kita tidak akan biarkan ini terjadi lagi," jelas Anies di GOR 
Cempaka Putih, Jalan Cempaka Putih Tengah, Jakarta Pusat, Rabu (30/11/2016).

      Berjanji membenahi pendidikan di Ibu Kota jika terpilih, Anies-Sandiaga 
Uno akan membenahi sarana dan prasarana pendidikan. Pihaknya juga akan 
meningkatkan kualitas guru.

      "Kita akan perbaiki sarana dan prasarana, dan guru semuanya dit ingkatkan 
mutunya, dan uangnya ada. Jakarta punya dananya, tempat lain belum tentu ada," 
katanya.

      Target dari peningkatan mutu pendidikan yang disasar Anies-Sandi kalangan 
bawah dari masyarakat Jakarta. Anies menilai mutu pendidikan yang tinggi di 
Jakarta hari ini hanya di rasakan kelas menengah atas.

      "Mereka sekarang yang ada di bawah kami akan menjamin akses pendidikan 
tuntas dan kami akan membangun sekolah-sekolah vokasi dengan sistem, dual 
sistem. Di Jakarta bisa dual sistem," jelas Anies.

      "Itu artinya, tiga hari belajar di perusahaan dan dua hari di sekolah. Se 
hingga mereka dilatih untuk bisa langsung bekerja. Dan perusahaanpun sudah 
menampung," jelasnya lagi.

      Sistem tersebut dikatakan Anies bisa berjalan di Jakarta dengan aktivitas 
ekonomi yang sudah baik. "Itu tidak bisa dilakukan di tempat lain, kalau di 
Jakarta bisa dengan ekonomi ada 60 persen ada di Jakarta, itu bisa kita 
lakukan. Kita akan bereskan, SD, SMP, SMA. Dan kita akan bangun sekolah 
vokasi," katanya lagi. 

      (dnu/dnu)

      [Non-text portions of this message have been removed]





Kirim email ke