Maaf undangan ini lupa tidak saya kaitkan pada jawaban saya terhadap petanyaan : *"Gerakan Populisme Spiritual, akankah Membangkitkan Sosio-Nasionalisme Indonesia?". Jawaban terhadap pertanyaan tersebut sudah saya postingkan dengan attachment (bisa di baca lagi dibagian bawah undangan ini).
*UNDANGAN* Diskusi Publik dan Buka Puasa Bersama Jaringan Aktivis *ProDEM* *"Gerakan Populisme Spiritual, akankah Membangkitkan Sosio-Nasionalisme Indonesia?"* Bangsa Indonesia atau manusia Nusantara adalah bangsa yang memiliki kebudayaan yang luhur (adiluhung), suatu bangsa yang berkebudayaan dan berketuhanan (spiritualitas). Bangsa yang mempunyai kearifan-kearifan dalam hidup bersuku, berbangsa-bernegara, berbahasa bahkan beragama. Dan, agama terbesar di Indonesia adalah Islam. Islam sebagai agama mayoritas menerima PANCASILA sebagai landasan atau dasar bernegara bukan sekadar sebagai puncak-puncak perwujudan kebudayaan di Nusantara, melainkan perwujudan manusia (makhluk lemah) sebagai hamba Allah (khalifatullah fil ardhi), yaitu perpaduan dari nilai-nilai hablum minallah (hubungan manusia dengan Allah) dan hablum minannas (hubungan manusia dengan manusia) bahkan hablum minal ‘alam (hubungan manusia dengan lingkungan/alam semesta). Konsep nation state (nation and character building) sbg cita-cita besar para founding father mewujudkan sosialime Indonesia merupakan sintesa dari pemahaman agama yang rigid dan modern yaitu suatu masyarakat sosialis yang 'ala Indonesia (sosio-nasionalisme). Berangkat atas dasar pemikiran tersebut, Jaringan Aktivis ProDEM menggelar diskusi publik dengan tema *"Gerakan Populisme Spiritual, akankah Membangkitkan Sosio-Nasionalisme Indonesia?"* yang akan dilaksanakan pada: Hari. : Kamis Tanggal : 15 Juni 2017 Waktu : Pukul 14.30 - 17.30 Tempat : Hotel Mega Pro, Jln Proklamasi No. 42, Menteng Jakarta Pusat. Pembicara: 1. Khalid Zabidi ST. MM (Wasekjend Bid. Kebudayaan ProDEM). 2. Muradi. Phd (Dosen Ilmu Politik dan Pemerintahan UNPAD Bandung). 3. Eko Sulistyo. S. sos MM (Deputi IV KSP). 4. Aminuddin SE. MPD (Dewan Alumni 212). 5.Dhia Prekasa Yudha (Senator ProDEM) Moderator: Suryo AB. Phd (ProDEM) Terimakasih atas kesediaan dan kehadirannya. Ttd Satyo P Sekretaris Jenderal ProDEM 13.06.17, 7:12 PM - +62 821-8787-7708 hat die Gruppe verlassen 14.06.17, 6:57 AM - -------------------------------------------------------Kiriman ulangan------------------------ Tulisan dibawah ini akan mencoba memberi jawaban terhadap pertanyaan : Gerakan Populisme Spirituil, akankah Membangkitkan Sosio-Nasionalisme Indonesia? (urun rembuk) Silahkan Klik attachment Agama Islam dan gerakan Sosio-Nasionalisme Indonesia. Gerakan populisme Spirituil secara hakekat adalah gerakan keagamaan, khususnya di Indonesia didominasi olah Agama Islam. Jika kita menelusuri perjalanan sejarah dan kehidupan manusia, agama dijumpai di setiap tingkatan perkembangam masyarakat. Studi tentang agama mengindikasikan adanya gambaran penting tentang keinginan manusia untuk memperoleh nilai positif di dalam hidupnya, sehingga bisa mendapatkan tempat yang baik di akhirat. Ini berarti bahwa dalam gerakan sosial, agama itu hanya berfungsi sebagai ``sarana`` untuk membimbing umat manusia agar supaya bermoral baik dan positif, dalam kehidupan masyarakat, sehinga mendapatkan tempat yang baik dan terhormat. Namun demikian dalam Islam ada juga ajaran-ajaran yang mengandung nilai-nilai sosialisme, tapi tidak mutlak isi dan formolasinya mengandung kesamaan dengan nilai-nilai Sosialisme yang diajarkan oleh Bung Karno. Tentang Sosio-nasionalisme Bung Karno 1) Sosio-nasionalisme merupakan ajaran politik yang memperjuangkan masyarakat tanpa klas alias masyarakat adil dan makmur. 2) Sosio-nasionalisme memberi kerangka pada revolusi Indonesia agar tak berhenti pada revolusi nasional semata, tetapi harus berlanjut pada transisi menuju sosialisme. 3) Sosio-Nasionalisme meletakkan semangat kebangsaan negeri terjajah berjalan seiring dengan cita-cita internasionalisme. Dalam konteks ini geraakan keagamaan itu, hanya berfungsi sebagai ``sarana`` bagi perubahan sosial, yang dalam konteks ini adalah gerakan yang mengarah pada pembankitan Sosiso-Nasionalisme Indonesia menurut pandangan Bung Karno, seperti tersebut diatas. Sesuai dengan sifat negara yang menganut faham nasionalis sekular, maka dalam konteks ini saya berpebdapat bahwa : Dunia itu bekembang menurut pertimbangan ``dunia``-nya sendiri, Agama hanya menpengaruhi sejauh dunia itu siap dipengaruhi. Jadi dalam gerakkan untuk membangkitkan Sosio-Nasionalisme Indonesia, peranan gama hanyalah mempengaruhi, bukan yang melakukan proses perubahan itu sendiri. Jika Agama berubah sebagai pernentu, tidak hanya mempengaruhi, tapi menentukan, ini berarti bahwa Agama telah menjadi duniawi, bukan lagi sebagai gerakan Spiritualitet. Kalu ini yang terjadi, maka pada glirannya agama menjadi represif untuk mempertahankan diri, dan Sosio –Nasionalisme Indonesia yang menuju pada masyarakat Sosialis Indonesia seperti yang di cita-citakan oleh Bung Karno akan kandas. Kesimpulannya : Dalam membangkitkan gerakan Sosssio-Nasionalisme Indonesia, sebaiknya peranan Agama hanya bersikap sebagai katakisator untuk memprtcepat proses terwujutnya Masyarakat yang adil dan makmur, yang oleh Bung Karno disebut masyarakat Sosialisme Indonesia: Roeslan