APC Mengecam Intensifikasi Serangan terhadap Kaum Tani Yang Memperjuangkan Tanahnya
Asian Peasant Coalition (APC), sebuah koalisi Kaum tani Asia, yang beranggotakan petani tak bertanah, buruh tani, nelayan, pekerja pertanian, dalit, masyarakat adat, penggembala, pastoralis, perempuan tani dan pemuda pedesaan, di 11 negara di Asia, mengecam intesifikasi serangan terhadap kaum tani yang berjuang untuk merebuut dan mempertahankan tanahnya. Kaum tani yang mempertahankan dan meneguhkan haknya atas tanah terus dihadapkan dengan berbagai pelanggaran hak asasi manusia, para pimpinan pejuang agraria dan kaum tani dikriminalisasi, dipenjarakan, dan lebih buruk lagi bahkan dibantai.Menurut Kilusang Magbubukid ng Pilipinas (KMP), anggota APC yang berbasis di Filipina. Saat ini, 111 petani (18 adalah perempuan dan 4 di bawah umur) terbunuh dan kami menyadari bahwa serangan ini berhubungan sekali dengan memburuknya masalah tanah di Filipina. KMP mengutuk rezim Rodrigo Duterte yang membiarkan berbagai aksi pembunuhan politik, militerisasi masyarakat dan penerapan darurat militer di Mindanao.Di bawah pasukan tentara Filipina (Armed Forces of the Philippines-AFP) dan penerapan Oplan Kapayapaan Presiden Duterte, yakni sebuah program kounter insurjensi, ratusan orang ditangkap dan ditahan. Puluhan ribu orang menderita pelanggaran hak asasi manusia, terutama di Mindanao dimana Hukum Darurat Militer dijalankan, “menurut Zenaida Soriano, Wakil Ketua APC.Pada tanggal 28 Januari, Ricky Olado, seorang Lumad (Suku Bangsa Minoritas) dan anggota Tinanaon Kulamanon Lumadnong Panaghiusa (TIKULPA) ditembak mati oleh orang yang di duga agen militer saat mengendarai sepeda motornya melewati Desa/Brgy. Datu Ladayon, Arakan, Cotabato Utara. Korban ditembak beberapa kali, “tambah Soriano, yang juga ketua nasional AMIHAN (Federasi Nasional Perempuan Tani) yang berbasis di Filipina.Aliansi Gerakan Reforma Agraria (AGRA), anggota APC yang berbasiskan di Indonesia, melaporkan bahwa di bawah pemerintahan Jokowi, Kaum tani hidup dibawah teror dan kekerasan. AGRA telah mencatat setidaknya 49 kasus kekerasan dan kriminalisasi yang terjadi di 18 provinsi di seluruh Indonesia – 66 orang ditembak, 144 lainnya luka-luka, 854 ditangkap, 10 terbunuh dan 120 orang dikriminalisasi. Lebih buruk lagi, Tentara Nasional Indonesia (TNI) akan ditugaskan untuk “membantu” polisi melawan demonstrasi, pemogokan, kerusuhan massal dan menangani konflik sosial. Hal ini dinyatakan dalam kesepakatan yang ditandatangani pada 23 Januari oleh Kapolri Tito Karnavian dan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto di Markas Besar TNI Cilangkap. Perjanjian ini akan berlaku selama lima tahun. AGRA mengatakan bahwa kesepakatan ini akan memperparah pelanggaran hak asasi manusia terhadap kaum tani dan para aktivis di Indonesia.Penghilangan paksa, pembunuhan diluar hukum, dan penyiksaan juga terjadi tanpa dasar hukum atau pengadilan di Pakistan, sementara kritikus pemerintah India sering menghadapi tuduhan penghinaan dan pidana Pemghinaan, dan diberi label anti-nasional”. Pemerintah India telah meningkatkan tekanannya terhadap gerakan sosial yang mengkritisi kebijakannya, menggunakan pelecehan, intimidasi, dan pembatasan pendanaan asing, “kata P. Chennaiah, ketua APC yang berbasis di India.Kekerasan terhadap perempuan dan anak perempuan, termasuk kekerasan dalam rumah tangga, pemerkosaan, “pembunuhan demi kehormatan,” penyerangan dengan suatu bahan kimia (Acid Attack), dan perdagangan manusia, merajalela di Pakistan dan India. Undang-undang yang ada di negara kita masih mendiskriminasikan perempuan dan anak perempuan dan menciptakan hambatan besar untuk mencari ganti rugi dalam kasus kekerasan bahkan jika pemerintah kita telah menandatangani Konvensi tentang Penghapusan segala bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan (Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination against Women-CEDAW), perjanjian internasional pertama yang seharusnya untuk mengatasi diskriminasi terhadap perempuan. Namun, tidak ada perubahan yang signifikan dalam situasi politik, ekonomi, dan sosial budaya perempuan.Diskriminasi dan penindasan terus berlansung terutama terhadap perempuan pedesaan, “tambah P. Chennaiah yang juga sekretaris jenderal Andra Pradesh Agricultural Workers Union (APVVU) yang berbasis di India.Para pimpinan dan anggota gerakan tani di seluruh dunia dibunuh, ditangkap dan dipenjara. Di Cape Town, Afrika Selatan, setidaknya 341 serangan terhadap petani telah Tercatat pada tahun 2017, dimana setidaknya 70 orang telah dibunuh. Sampai saat ini, Menurut Gerakan Buruh Tani dan Buruh Pedesaan (Movement of Landless Rural Workers-MST), 65 orang terbunuh dalam konflik tanah di Brasil. Pada tanggal 24 Januari, dua orang bersenjata mengendarai sepeda motor menembak dan membunuh Márcio “Marcinho” Matos, 33 tahun, seorang pemimpin petani dari MST. Marcinho dibunuh di depan anak laki-lakinya yang berusia enam tahun di luar rumahnya, di kamp Boa Sorte, di negara bagian Bahia di Brasil.Kematian Ricky Olado dan Marcinho menambah daftar panjang para pimpinan petani dan aktivis sosial, yang sebagian besar diantaranya telah terbunuh karena perjuangan mereka yang tanpa kenal lelah untuk mempertahankan dan merebut tanah mereka kembali untuk keluarga yang dirampas dan yang tidak memiliki tanah.Kami mengutuk rezim Michel Temer dan pemerintah Duterte, atas pembunuhan Marcinho dan Ricky Olado dan meminta mereka bertanggung jawab atas meningkatnya serangan terhadap para pimpinan tani dan aktivis. Rejim ini menyerang gerakan anti-imperialis di Brasil dan Filipina untuk melindungi kepentingan imperialisme AS dan elit penguasa setempat. Kami menuntut keadilan bagi Ricky Olado dari Filipina dan untuk Marcinho dari Brasil dan semua korban pembunuhan politik di seluruh dunia.Berbagai bentuk penyerangan yang terus meningkat terhadap para pimpinan tani dan aktivis di seluruh dunia adalah tindakan sistematis dan merupakan bagian dari tindakan keras pemerintah terhadap organisasi-organisasi legal yang terus meningkatkan suaranya terhadap kebijakan pemerintah yang anti-rakyat.Kami menyerukan perjuangan para petani yang gigih untuk reforma agraria sejati dan kedaulatan pangan. Mari kita terus memajukan perjuangan kita untuk tanah, melancarkan penguasaan dan pengelolaan tanah dengan agro ekologi dan membela hak-hak rakyat kita. Mari kita melawan militerisasi dan tindakan kekerasan yang meningkat terhadap barisan kita untuk melindungi tanah, mata pencaharian dan sumber penghidupan kita. Mari kita menggulingkan pemerintahan fasis dan Kapitalis birokrat di seluruh dunia dan membangun masa depan yang lebih cerah bagi anak-anak kita.Referensi: P. CHENNAIAH (India) APC Chairperson and APVVU Secretary General Email: apvvu98@gmail.comZENAIDA SORIANO (Philippines) APC Vice-chairperson and AMIHAN National Chairperson Mobile: +639-214571904RAHMAT (Indonesia) APC General Secretary/AGRA Chairperson +6282111341420, Email: agraindonesia12@gmail.comAPC Secretariat Philippine office: 217-B Alley 1, Road 7, Project 6, Quezon City, Philippines 1100 Tel/Fax: +632-4609012 (Manila), E-mail: apcsecretar...@asianpeasant.org Skype: apc.secretariatIndonesia office: Jl. Ketang-Ketang No.9 Rt.003/007 Kelurahan Jati, Kecamatan , Pulogadung-Jakarta Timur, Indonesia 13220, Tel/Fax: +6221 29568913 (Jakarta)