Ahok Sibak Semak, SBY Ngaku, Ma’ruf Amin Malu 198BY ASAARO LAHAGU ON FEBRUARY 
1, 
2017POLITIKhttps://seword.com/politik/ahok-sibak-semak-sby-ngaku-maruf-amin-malu/
 
Ahok (Tribunnews.com)

Setelah FPI ditekuk, para lawan Ahok mencari siasat baru. Mereka kini mencoba 
memancing kemarahan umat NU untuk menghabisi Ahok. Caranya: ucapan Ahok 
terhadap Ma’ruf Amin dalam sidang ke-8 itu yang sebetulnya sebagai pembelaan 
dirinya, dibesar-besarkan dan digelembungkan. Munculah provokasi dan tuduhan 
baru. Ahok telah menghina Ma’ruf, Ahok telah melukai hati umat Islam, Ahok 
telah menista warga NU.

Taktik jitu. Para lawan Ahok kini mencoba mengatasnamankan warga NU. Mereka 
mati-matian bersuara nyaring senyaring mungkin agar warga NU ikut terprovokasi. 
Mereka terus menyanjung dan memuji Ma’ruf sebagai orang yang sangat dihormati, 
disegani, dimuliakan karena dia adalah ketua MUI sekaligus Rais Aam PBNU, 
pimpinan tertinggi dalam jam’iyah NU.

Jelas jika warga NU terpancing, maka akan ada perlawanan keras kepada Ahok 
menjelang Pilkada DKI 15 Februari 2017 mendatang. Ujung-ujungnya, Ahok terjegal 
dan tarantuk lagi dan lagi. Bukan tidak mungkin, ucapan Ahok dalam sidang ke-8 
itu akan dijadikan senjata baru untuk kembali menghantam Ahok. Apakah itu 
berhasil? Mari kita telaah sidang Ahok ke-8, kejujuran Ma’ruf dan pengakuan SBY.

Sidang ke-8 sangat jelas menguntungkan Ahok. Berbagai pengakuan mengejutkan 
Ma’ruf Amin telah membuka misteri di seputar keluarnya fatwa. Ma’ruf pun 
mengakui bahwa ia tidak menonton langsung video Ahok, tidak penting bertemu 
Ahok dan mengakui bahwa keluarnya fatwa karena desakan masyarakat. Ma’ruf juga 
secara lucu membantah bahwa MUI tidak ada hubungan dengan gerakan demo 411 dan 
212 dan tidak pernah menerima telepon dari SBY SBY.

Pengakuan-pengakuan Ma’ruf itu membuat publik semakin yakin bahwa vonis MUI 
kepada Ahok telah menista agama dan ulama adalah sangat tendensius. Ketika 
Ma’ruf membantah bahwa dia tidak pernah bertelepon dengan SBY, maka Ahok yang 
mempunyai bukti percakapan itu langsung merespon dengan keras. Respon keras 
itulah yang dicoba dibesar-besarkan kembali oleh para lawan Ahok.

Pernyataan Ahok bahwa ada telepon dari SBY kepada Ma’ruf sontak membuat SBY 
keluar dari sarangnya. Hari ini SBY memberikan klarifikasi kepada media dengan 
suara galau nan parau. SBY mengakui bahwa ia sebetulnya sudah tak tahan lagi 
ingin bertemu dengan Jokowi dan menjelaskan semua penderitaannya selama ini. 
Namun pertemuan itu masih belum terlaksana karena ada pihak-pihak yang melarang 
Jokowi bertemu dengan dirinya. Sedih.

Hal yang mengejutkan adalah pengakuan SBY bahwa ada percakapan dirinya dengan 
Ma’ruf. Ternyata pengakuan Ma’ruf  di persidangan bahwa tidak pernah ada 
percakapan telepon antara dirinya dengan SBY, dibantah sendiri oleh SBY. SBY 
mengakui bahwa ada percakapan. Dengan demikian SBY meluruskan pernyataan Ma’ruf 
Amin yang sebelumnya membantah adanya percakapan tersebut. Itu berarti membuka 
kedok Ma’ruf  yang ternyata tidak jujur dalam kesaksiannya.

Pertanyaan selanjutnya adalah mengapa SBY mengakui adanya percakapan telepon 
dengan Ma’ruf dan rela mencoreng wajah Ma’ruf? Itu jelas karena SBY sudah mulai 
panik. Ia paham bahwa ada bukti percakapan teleponnya dengan Ma’ruf. SBY 
sendiri mengaku bahwa ia telah disadap. Jadi ia tidak bisa lagi menutupi bahwa 
percakapan telepon dirinya dengan Ma’ruf tidak pernah ada. Jadi, tidak ada 
pilihan lain selain mengakui adanya percakapan itu lebih cepat kendatipun 
membuat wajah Ma’ruf Amin tercoreng.
Pertanyaan selanjutnya adalah mengapa Ahok akhirnya minta maaf kepada Ma’ruf 
Amin dan tidak melaporkan Ma’ruf kepada polisi?

Pertama, Ahok jelas telah berhasil menguak ketidakjujuran Ma’ruf kepada publik. 
Ketika lawan-lawannya menjadikan Ma’ruf sebagai korban baru penghinaan Ahok, 
Ahok dengan cepat melokalisir masalah agar tuduhan baru itu tidak dipelintir 
yang akhirnya memprovokasi warga NU.

Kedua, Ahok sama sekali tidak keberatan meminta maaf kepada Ma’ruf. Alasannya 
publik akan menilai apakah permintaan maaf Ahok itu layak untuk seorang Ma’ruf 
atau tidak.  Dibanding dengan apa yang telah Ahok bongkar di depan publik, maka 
permintaan maaf yang telah disampaikan Ahok itu bukanlah masalah besar bagi 
Ahok dan para pendukungnya.

Ketiga, permintaan maaf Ahok itu adalah bentuk kerendahan hati seorang Ahok. 
Kalau memang ada yang merasa tersinggung, maka Ahok tidak segan-segan meminta 
maaf. Ketika Ahok menyerempet Surat Al-Maidah ayat 51 di Kepulauan Seribu 27 
September 2016 lalu, Ahok juga minta maaf. Namun bukan itu substansi 
masalahnya. Masalahnya adalah benarkah ada percakapan telepon itu? Lalu apa 
isinya?

Nah, dengan adanya pengakuan SBY yang membantah pernyataan Ma’ruf, maka publik 
juga menunggu permintanf maaf Ma’ruf bahwa ia tidak jujur di pengadilan terkait 
adanya telepon dari SBY itu. Ini jelas menjadi pertanyaan besar publik. Atau 
sebaliknya, ucapan Ahok kepada Ma’ruf  malah akan terus dibesar-besarkan dan 
berujung pada keluarga fatwa baru: Ahok telah menghina Ma’aruf, menghina ulama?

Kesimpulan:

Permintaan maaf Ahok dan pengakuan SBY hari ini, telah terus membuka nalar 
publik. Tuduhan Ahok kepada Ma’ruf bahwa ada percakapan telepon dirinya dengan 
SBY ternyata bukan fitnah namun benar adanya. SBY sendiri telah mengakui hal 
itu. Terlepas apa isi percakapan itu, namun pengakuan bahwa adanya telepon SBY 
kepada Ma’ruf telah membuat publik semakin paham tentang apa sebenarnya yang 
terjadi sebelum fatwa MUI dikeluarkan.

Jadi, sidang Ahok ke-8 telah membuka secara terang-benderang siapa Ma’ruf Amin. 
Ketika Ahok mencoba menyibak semak, menguak sosok Ma’ruf, para lawan Ahok 
sangat sensitif. Mereka mencoba menjadikan ucapan Ahok sebagai senjata baru 
untuk menghantamnya. Namun Ahok cepat bergerak. Ia dengan cepat meminta maaf 
kepada Ma’ruf yang membuat Ma’ruf dan pendukungnya malu karena ternyata SBY 
mengakui kebenaran ucapan Ahok itu.

Jelas para lawan Ahok saat ini sudah kehabisan isu untuk menghantam Ahok. Para 
lawan Ahok sedang menderita kehabisan isu. Ahok kini semakin membuktikan 
dirinya tahan uji. Elektabilitasnya pun kembali rebound, tertinggi dari kedua 
pasangan lainnya. Nah, apakah kebenaran masih ditutup-tutupi? Mari kita tanya 
kepada kura-kura.

Salam Seword,

Kirim email ke