Kalau begitu bisa diperkirakan pencopotan ini dalam rangka 
menggolkan holding BUMN. Tidak mempedulikan masukan 
dari serikat pekerja yang menolak pelepasan PT PGE (Pertamina 
Geothermal Energy) maupun pengambilan PGN (Gas Negara).

-
Ini AlasanPencopotan Direktur Utama Pertamina dan wakilnya JUM’AT, 03FEBRUARI 
2017 | 11:53 WIB TEMPO.CO, Jakarta - Kabarpergantian Direktur Utama PT 
Pertamina (Persero) Dwi Soetjipto dan WakilDirektur Utama Ahmad Bambang 
akhirnya terjawab. Hari ini mereka diberhentikandari jabatannya. Surat 
keputusan pencopotan keduanya diserahkan Menteri BadanUsaha Milik Negara Rini 
Soemarno, Jumat pagi, 3 Februari 2017. 

Mengapa Dwi Soetjipto dan Ahmad Bambang diberhentikan? Komisaris PertaminaGatot 
Trihargo mengatakan keduanya dicopot karena masalah kepemimpinan."Salah satu 
hal yang dicermati Ibu Menteri dan jajaran komisaris adalahmasalah leadershipdi 
Pertamina," ucapnya di Kementerian Badan Usaha Milik Negara, Jakarta,Jumat, 3 
Februari 2017. 

Gatot berujar, Pertamina harus memilikimanajemen yang solid untuk menjalankan 
tanggung jawab perusahaan yang semakinbesar. "Kami melihat internal harus 
ditingkatkan, sehingga perlu adapenyegaran," tuturnya. Pergantian pemimpin 
Pertamina ini di matapengamat perminyakan terbilang kontroversial. Soalnya, 
baru 20 Oktober 2016terjadi perubahan susunan kepemimpinan Pertamina. Saat itu, 
Menteri Rini menetapkan struktur baru direksi yang menyediakan kursi 
wakildirektur utama. Ditempati Ahmad Bambang, pos ini bertugas memimpin 
danmengkoordinasikan direktorat pemasaran, direktorat pengolahan, serta 
deputidirektur energi baru terbarukan. Wakil direktur utama juga berwenang 
mengambilkeputusan impor bahan bakar minyak.

Struktur baru perusahaan "membagi kekuasaan" kepada direktur utamadan wakilnya. 
Deputi Bidang Energi, Logistik, dan Kawasan Pariwisata Kementerian Badan 
UsahaMilik Negara Edwin Hidayat Abdullah menyatakan struktur baru dibutuhkan 
untukmenggenjot kinerja perseroan. "Supaya sinergi, pemasaran dan lini 
produksidalam satu rantai kendali," ujar Edwin, yang juga Komisaris Pertamina, 
diJakarta, akhir Januari lalu.

Orang nomor dua di Pertamina itu bahkan berwenang menunjuk direktur lain 
untukmengambil keputusan jika direktur utama dan wakilnya berhalangan. 
Dalamanggaran dasar sebelumnya, kewenangan soal ini dipegang direktur utama.

Belakangan, model kepemimpinan itu menuai kritik. Sejumlah pejabatpemerintah 
menuturkan Pertamina seperti dipimpin "matahari kembar".Beberapa kebijakan 
perusahaan diputuskan secara sepihak oleh wakil direkturutama. "Misalnya impor 
solar 1,2 juta barel untuk Januari 2017 yangdiputuskan pada Desember," ujar 
sumber Tempoyang mengetahui betul soal ini.

Dalam susunan kepemimpinan Pertamina yang dibentuk pada 20 Oktober 
2016,Direktur Utama Pertamina dijabat Dwi Soetjipto, sementara Direktur 
PemasaranAhmad Bambang digeser menjadi Wakil Direktur Utama Pertamina. Sejumlah 
sumbermengatakan Dwi sama sekali tidak dimintai pendapat dalam penyusunan 
strukturbaru ini. Dalam mekanisme impor minyak, menurut beberapa pejabat 
perusahaanitu, direktur utama hanya menjadi semacam tukang stempel. Keputusan 
diambilwakil direktur utama, yang membawahi direktur pengolahan dan direktur 
pemasaran.

Menanggapi pencopotan Direktur Utama dan wakilnya, Komisaris Utama 
PertaminaTanri Abeng menyatakan tugas direktur utama sementara diserahkan 
kepadaDirektur Gas Pertamina Yenni Andayani. "Kami akan menunjuk direktur 
utamadalam waktu 30 hari," ujarnya.

Menurut Tanri, pemegang saham memutuskan menghapus jabatan wakil direkturutama. 
Jabatan tersebut dinilai sebagai sumber masalah kepemimpinan diPertamina. 
"Barang kali nomenklatur ini bagian dari kondisi yangmenyebabkan tidak 
terjadinya kerja sama yang bagus," ucapnya.

TIM TEMPO | VINDRYFLORENTIN 

Kirim email ke