Anies-Sandi 'gunakan masjid' untuk kalahkan Ahok-Djarot? 
http://www.bbc.com/indonesia/indonesia-39494240 2 jam lalu

 Tautan eksternal dan akan terbuka di layar baru Bagikan artikel ini dengan 
Facebook http://www.bbc.com/indonesia/indonesia-39494240#  Bagikan artikel ini 
dengan Twitter http://www.bbc.com/indonesia/indonesia-39494240#  Bagikan 
artikel ini dengan Messenger http://www.bbc.com/indonesia/indonesia-39494240#  
Bagikan artikel ini dengan Email 
mailto:?subject=Shared%20from%20BBC%20Indonesia&body=http%3A%2F%2Fwww.bbc.com%2Findonesia%2Findonesia-39494240
  Kirim http://www.bbc.com/indonesia/indonesia-39494240#share-tools




 
 Hak atas fotoREUTERS/ANTARAImage captionAnies Baswedan menjumpai pendukungnya 
di Jakarta, pada Januari 2017. Pasangan calon Anies-Sandi beberapa kali 
mengunjungi masjid dan mengutarakan program kerja mereka jika terpilih menjadi 
gubernur-wakil gubernur DKI Jakarta. Video yang menampilkan sosok yang diyakini 
Eep Saefulloh Fatah beredar di media sosial akhir-akhir ini. Dalam video itu, 
Eep, yang merupakan konsultan tim pemenangan pasangan calon gubenur-wakil 
gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan dan Sandiaga Uno, mengatakan ia ingin 
jaringan masjid menjadi alat untuk mengalahkan kandidat petahana, Basuki 
Tjahaya Purnama alias Ahok.
 Sosok tersebut mengemukakan pelajaran yang bisa ditarik dari kemenangan Partai 
Keselamatan Islam atau FIS di Aljazair. Menurutnya, berdasarkan suatu analisis, 
FIS bisa menang lantaran mengandalkan jaringan masjid.
 "Sejumlah khatib, para ulama, ustadz yang mengisi kegiatan-kegiatan di masjid, 
termasuk dan terutama salat Jumat, bukan hanya menyerukan ketaqwaan, tapi 
dilanjutkan dengan seruan-seruan politik," ujarnya.
 Isu SARA meningkat di Pilkada DKI Jakarta, salah siapa? 
http://www.bbc.com/indonesia/indonesia-39372353 Aksi 112, Kapolri minta 'jangan 
politisasi masjid Istiqlal' http://www.bbc.com/indonesia/indonesia-38927410 
Pemprov Jakarta 'menurunkan' spanduk seruan tidak mensalatkan warga pro-Ahok 
http://www.bbc.com/indonesia/indonesia-39252462 Meski demikian, seruan politik 
yang dimaksud bukanlah seruan partisan.
 "Kalau seruan partisan itu begini, 'pilih si A, jangan pilih si B'. Bukan 
seruan itu yang disampaikan. Khatib menyampaikan 'Hai kalian umat Islam. Kalian 
punya hak. Tiada orang lain yang akan menjaga dan menegakkan hak itu, kecuali 
kalian sendiri'…Saya ingin itu menjadi alat untuk mengalahkan Pak Ahok. Secara 
pribadi, secara pribadi," paparnya di hadapan hadirin.
 BBC Indonesia berupaya menghubungi Eep Saefulloh Fatah, namun tidak mendapat 
respons. Akan tetapi, Vera, seorang anggota tim pemenangan Anies-Sandi 
membantah bahwa pasangan calon nomor tiga itu menjalankan kampanye di masjid.
 "Itu sebagai tamu saja. Karena pada dasarnya mereka ke gereja atau apa, bukan 
berkampanye. Biasanya itu mereka jadi imam atau makmum dan diundang biasa. 
Kandidat lain juga begitu," sebutnya.
Hak atas fotoREUTERSImage captionSejumlah umat muslim menunaikan salat di 
Masjid Istiqlal di sela-sela aksi menentang kandidat petahana Basuki Tjahaya 
Purnama alias Ahok, pada 11 Februari lalu. Jelaskan program kerja di tempat 
ibadah Anies Baswedan dan Sandiaga Uno beberapa kali mengunjungi masjid di 
Jakarta dan mengutarakan program kerja mereka.
 Pada Maret lalu, misalnya, Sandiaga menyosialisasikan program Ok Oce kepada 
jemaah Masjid Jami Al Istianah, Jakarta Pusat, seusai menjalani salat Jumat.
 Yang terkini ialah ketika Anies bertemu dengan para anggota lembaga perempuan 
Muslim di Masjid Al Azhar, Jakarta Selatan, Senin (02/04). Saat itu, Anies 
mengaku diundang hadir untuk memaparkan visi misi dan rencana-rencana yang 
terkait dengan Jakarta lima tahun ke depan.
 Apa tindakan Badan Pengawas Pemilu DKI Jakarta?
 Koordinator Divisi Hukum dan Penindakan Pelanggaran Bawaslu DKI Jakarta, 
Muhammad Jufri, menekankan bahwa dia belum mendengar kunjungan Anies ke Masjid 
Al Azhar pada Senin (02/04).
 "Saya tidak bisa mengomentari karena saya tidak tahu peristiwanya," kata Jufri 
kepada wartawan BBC Indonesia, Jerome Wirawan.
 Apa arti kehadiran Agus-Sylvi dan Anies-Sandi di acara Istiqlal 112? 
http://www.bbc.com/indonesia/indonesia-38942145 Seruan tidak mensalatkan 
pro-Ahok 'tak sesuai ajaran Islam' 
http://www.bbc.com/indonesia/indonesia-39097303 Mengapa cagub DKI Jakarta 
hadiri haul Suharto? http://www.bbc.com/indonesia/indonesia-39249559 Akankah 
isu agama makin kuat di putaran dua pilkada Jakarta? 
http://www.bbc.com/indonesia/indonesia-38992963 Akan tetapi, menurut Jufri, 
pihaknya telah melakukan tindakan terhadap tim pemenangan Anies-Sandi manakala 
Anies mengutarakan visi-misi di Masjid Al Azhar, Jakarta Selatan, 15 Januari 
2017.
 "Pada saat ceramah memang ada sempat menyampaikan visi-misi pasangan calon. 
Ada beberapa mengandung unsur-unsur kegiatan kampanye di sana," kata Jufri.
 "Pada saat itu kami memutuskan kegiatan ceramah di Masjid Al Azhar yang 
dilakukan saudara Anies Baswedan bukan merupakan pelanggaran pidana...tapi 
merupakan pelanggaran administratif. Pelanggaran administratif tentu kami akan 
rekomendasikan ke KPU. KPU yang akan memberikan teguran ke paslon nomor tiga," 
tambahnya.
Hak atas fotoANDY SYAHPUTERAImage captionAnies Baswedan, Agus Harimurti, dan 
Sandiaga Uno berpegangan tangan sambil berzikir di acara 112 di Masjid 
Istiqlal. Menurut undang-undang, setiap pasangan calon dilarang berkampanye 
dengan menggunakan tempat ibadah dan tempat pendidikan.
 Itu dapat ditemukan pada Pasal 69 huruf i dalam Undang-Undang Nomor 01 Tahun 
2015 sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 Tentang 
Perobahan Kedua atas UU No. 1 Tahun 2015 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah 
Pengganti Undang-Undang No. 1 Tahun 2014 Tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, 
dan Walikota menjadi undang-undang.
 Akan tetapi, sanksi atas pelanggaran berkampanye di tempat ibadah sebagaimana 
diatur dalam Pasal 187 ayat (3), hanya mengatur pelaksanaan kampanye pemilihan 
Bupati/Walikota dan tidak menyebut pemilihan gubernur.
 'Didesain untuk menarik pemilih Muslim' Tindakan Anies-Sandi dalam mengunjungi 
masjid, menurut Hendro Prasetyo dari lembaga survey Indikator, merupakan bagian 
dari strategi untuk menarik pemilih Muslim.
 "Paslon tiga ini memang mendesain dengan sengaja untuk menarik pemilih Muslim 
melalui simbol-simbol dan juga term-term yang asosiatif dengan identitas 
agama," kata Hendro.
 Hendro mencontohkan peci yang dikenakan pasangan Anies-Sandi serta ucapan 
Anies yang menyebutkan "nyoblos yang berpeci".
 Strategi tersebut, menurutnya, cukup efektif. Sebab, berdasarkan hasil survei, 
warga Jakarta memilih berdasarkan "agama". Bahkan, cukup banyak yang tidak 
memilih pasangan Ahok-Djarot karena Ahok merupakan keturunan Tionghoa.
 Hal inilah, tegasnya, yang sangat memainkan peranan dalam pilkada.
 "Hari ini memang, dari survei-survei kami, kampanye menggunakan simbol-simbol 
agama terbukti cukup efektif. Ketika kita bertanya kepada responden, alasan 
memilih seseorang. Jawabannya macam-macam. Nah, yang memilih Anies-Sandi, 
berdasarkan pertimbangan agama, itu cukup besar," papar Hendro.
Hak atas fotoAFP/GETTY IMAGESImage captionPasangan calon Anies-Sandi dalam 
suatu acara KPU pada 4 Maret lalu. Peneliti lembaga survei Indikator mengatakan 
pasangan Anies-Sandi mendesain dengan sengaja untuk menarik pemilih Muslim 
melalui simbol-simbol dan juga istilah-istilah yang asosiatif dengan identitas 
agama. Menuai kecaman Meski terbukti efektif, berkampanye menggunakan sentimen 
agama dan memakai tempat ibadah menuai kecaman dari cendekiawan Muslim, 
Azyumardi Azra. Dia mengimbau setiap umat Muslim menjaga kesucian masjid.
 "Jangan masjid itu digunakan sebagai tempat mobilisasi politik partisan, 
politik kekuasaan, politik pilkada. Saya kira tak pada tempatnya itu. Saya kira 
itu menodai kesucian masjid," cetusnya.
 Dia memperingatkan bahwa jika kampanye politik menggunakan agama terus 
berkelanjutan, Indonesia terancam mengalami nasib yang sama seperti 
negara-negara di Timur Tengah.
 "Sangat berbahaya. Bisa memecah belah, tapi juga eksplosif," tutupnya.

 

Kirim email ke