http://www.antaranews.com/berita/639210/darmin-pembiayaan-utang-untuk-belanja-produktif



*Darmin: Pembiayaan utang untuk belanja produktif*

Jumat, 7 Juli 2017 20:57 WIB | 2.031 Views

Pewarta: Satyagraha

[image: Darmin: Pembiayaan utang untuk belanja produktif]Menteri
Koordinator Perekonomian Darmin Nasution. (ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf)

Untuk menaikkan belanja-belanja yang sifatnya produktif."

Jakarta (ANTARA News) - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin
Nasution mengatakan tambahan pembiayaan utang dalam RAPBNP 2017 akan
dimanfaatkan untuk kepentingan belanja yang bersifat produktif dan
bermanfaat bagi pembangunan.

"Untuk menaikkan belanja-belanja yang sifatnya produktif," katanya di
Jakarta, Jumat.

Darmin menjelaskan penerbitan surat utang ini masih dibutuhkan agar defisit
anggaran tidak melebihi target yang diperkenankan dalam Undang-Undang (UU)
Keuangan Negara senilai tiga persen terhadap produk domestik bruto (PDB).

Menurut dia, upaya menjaga defisit anggaran dengan menerbitkan surat utang
bisa memberikan dampak yang lebih ekspansif bagi perekonomian dibandingkan
dengan memangkas belanja.

"Kita tidak ingin memangkasnya, ingin menjaga supaya APBN itu tidak
kontraktif, tapi ekspansif," kata mantan Gubernur Bank Indonesia (BI) itu.

Darmin tidak mempermasalahkan dengan adanya kebijakan pembiayaan melalui
penerbitan surat utang, asalkan pemerintah secara konsisten mampu membayar
utang tersebut.

Sebelumnya, Pemerintah RI dalam postur RAPBNP 2017 menargetkan defisit
anggaran senilai 2,92 persen terhadap PDB atau senilai Rp397,2 triliun.

Untuk menutup defisit tersebut, pemerintah menyiapkan pembiayaan melalui
utang antara lain dengan penerbitan Surat Berharga Negara (neto) senilai
Rp467,3 triliun.

Target itu meningkat dari perkiraan defisit anggaran dalam APBN 2017, yaitu
senilai 2,41 persen terhadap PDB atau Rp330,2 triliun, dengan proyeksi
penerbitan Surat Berharga Negara (neto) Rp384,7 triliun.

Meski demikian, pemerintah memproyeksikan defisit anggaran pada akhir 2017
bisa berada pada kisaran 2,67 persen terhadap PDB atau sekitar Rp362,9
triliun, karena adanya penghematan alamiah pada belanja Kementerian
Lembaga, Dana Alokasi Khusus serta Dana Desa.

Dalam kesempatan terpisah, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati
mengatakan pemerintah akan tetap mengelola utang secara hati-hati agar
pembiayaan tersebut bisa menghasilkan kegiatan produktif.

(Baca juga -- Menkeu: RAPBNP 2017 tetap jaga defisit anggaran)
<http://www.antaranews.com/berita/638799/menkeu-rapbn-p-2017-tetap-jaga-defisit-anggaran>
*Menkeu: RAPBN-P 2017 tetap jaga defisit anggaran*

Rabu, 5 Juli 2017 17:09 WIB | 2.182 Views

Pewarta: Satyagraha

[image: Menkeu: RAPBN-P 2017 tetap jaga defisit anggaran]Menteri Keuangan
Sri Mulyani Indrawati (kedua kiri) didampingi Menteri Perencanaan
Pembangunan Nasional atau Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro (kedua
kanan), Wakil Menteri Keuangan Mardiasmo (kanan) dan Gubernur Bank
Indonesia Agus Martowardojo (kiri) menghadiri rapat kerja dengan Badan
Anggaran DPR di kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (5/7/2017). Rapat
kerja tersebut membahas pembicaraan pendahuluan RAPBN tahun anggaran 2018,
RKP tahun 2018 dan laporan serta pengesahan hasil panja-panja. (ANTARA /M
Agung Rajasa)

Kita akan tetap menjaga di bawah tiga persen, saat ini sesuai dengan APBN
2017 perubahan, kita akan berada di sekitar 2,67 persen."

Jakarta (ANTARA News) - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memastikan
postur RAPBN-P 2017 akan tetap menjaga pelebaran defisit anggaran agar
tidak melebihi tiga persen terhadap PDB.

"Kita akan tetap menjaga di bawah tiga persen, saat ini sesuai dengan APBN
2017 perubahan, kita akan berada di sekitar 2,67 persen," kata Sri Mulyani
saat ditemui di Jakarta, Rabu.

Sri Mulyani mengatakan perkiraan target defisit anggaran yang melebar dari
asumsi di APBN 2017 sebesar 2,41 persen terhadap PDB ini sudah
memperhitungkan realisasi belanja Kementerian Lembaga hingga 95 persen.

"Belanja Kementerian Lembaga ada perubahan, belanja barang dikurangi, tapi
belanja modal kita naikkan," katanya.

Selain itu, kata dia, postur RAPBN-P itu telah mempertimbangkan pelebaran
subsidi energi karena harga minyak mengalami kenaikan di pasar
internasional pada semester I-2017.

Saat ini, PT Pertamina masih menanggung beban pelebaran subsidi energi
akibat asumsi harga ICP minyak di APBN 2017 yang melebar.

"Dengan keputusan Menteri BUMN dan ESDM, perubahan atau perbedaan antara
jumlah subsidi yang ada dalam APBN, dengan yang harus ditanggung Pertamina,
akan dibayar oleh Pertamina dulu," ujar Sri Mulyani.

Dalam kesempatan terpisah, Sri Mulyani mengatakan pelebaran defisit
anggaran telah mempertimbangkan potensi penurunan (shortfall) penerimaan
perpajakan hingga Rp50 triliun dan tambahan belanja sebesar Rp10 triliun.

Dengan adanya pelebaran defisit anggaran itu maka terdapat tambahan
pembiayaan untuk menutup defisit fiskal hingga mencapai Rp37 triliun-Rp40
triliun.

Terkait RAPBN-P 2017, Sri Mulyani juga memastikan beberapa asumsi makro
akan mengalami perubahan dari asumsi APBN 2017, seperti pertumbuhan
ekonomi, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dan harga ICP minyak.

Beberapa tambahan belanja ikut masuk dalam RAPBN-P 2017 antara lain
pembiayaan untuk penyelenggaraan Asian Games 2018, proses sertifikasi tanah
dan persiapan untuk pemilihan umum kepala daerah.

Kirim email ke