Diserbu gerombolan pria berambut cepak 
https://www.merdeka.com/khas/diserbu-gerombolan-pria-berambut-cepak.html Senin, 
14 Mei 2018 08:00Reporter : Ika Defianti 
https://www.merdeka.com/reporter/ika-defianti/
 
https://facebook.com/sharer.php?u=https%3A%2F%2Fwww.merdeka.com%2Fkhas%2Fdiserbu-gerombolan-pria-berambut-cepak.html
  
https://twitter.com/share?text=Diserbu%20gerombolan%20pria%20berambut%20cepak%20%7C%20merdeka.com&url=https%3A%2F%2Fwww.merdeka.com%2Fkhas%2Fdiserbu-gerombolan-pria-berambut-cepak.html&via=merdekadotcom
  
https://plus.google.com/share?url=https%3A%2F%2Fwww.merdeka.com%2Fkhas%2Fdiserbu-gerombolan-pria-berambut-cepak.html
  21 SHARES



 Kerusuhan Mei 1998. ©2018 Merdeka.com/liputan6.com

 Merdeka.com - Pukul 11 siang, gerombolan laki-laki berambut cepak dan berbadan 
tegap berteriak-teriak. Mengajak warga mendatangi Yogya Plaza. Mereka datang 
dari arah Jalan Bekasi Timur menuju Stasiun Klender. Sambil menenteng balok 
kayu dan batu.
 BERITA TERKAIT
 4 Upaya Soeharto pertahankan kekuasaan sebelum mengundurkan diri 
https://www.merdeka.com/peristiwa/4-upaya-soeharto-pertahankan-kekuasaan-sebelum-mengundurkan-diri.html
 Amien Rais dituding pengkhianat, ini kata Sekjen PAN 
https://www.merdeka.com/politik/amien-rais-dituding-pengkhianat-ini-kata-sekjen-pan.html
 14 Menteri ramai-ramai mundur jelang Soeharto lengser 
https://www.merdeka.com/peristiwa/14-menteri-ramai-ramai-mundur-jelang-soeharto-lengser.html
 Jumlah mereka banyak. Lebih kurang mencapai 30 orang. Memakai kaus. Semua 
memakai sepatu. Keadaan mulai memanas. Beberapa perusakan mulai terjadi di 
sekitar Klender. Kereta api melintas juga menjadi sasaran. Bahan amukan massa 
dengan lemparan batu.
 Gerak-gerik mereka masih terekam jelas dalam pikiran Ruminah. Peristiwa itu 
terjadi pada Kamis, 13 Mei 1998 silam. Ketika itu dia sedang di rumah. Wanita 
ini juga memiliki salon di lantai 3 Yogya Plaza. Kediamannya hanya sekitar 500 
meter dari lokasi.
 Ruminah tidak mengetahui dari mana asal mereka. Dia meyakini bukanlah warga 
sekitar Klender apalagi tetangganya. Sebab tetangga rumahnya memiliki anak 
dewasa. Dan mereka rata-rata sedang bekerja.
 "Ada yang pakai kaus, ada yang bajunya diikat di pinggang, ada yang bertato 
jangkar. Ada yang pakai seragam sekolah, mereka bersepatu, seperti sepatu 
Hansip (organisasi pertahanan sipil)," kata Ruminah bertemu kami di 
kediamannya, Jumat pekan lalu.
 Sekitar pukul 1 siang, Ruminah melihat banyak orang berlari sambil membawa 
berbagai barang elektronik. Mulai dari mesin cuci dan televisi dalam keadaan 
masih terbungkus rapi. Ternyata itu hasil jarahan. Ruminah mulai cemas. 
Khawatir salon miliknya juga menjadi sasaran penjarahan. Dia ketika itu sedang 
bersama anak ketiganya bernama Gunawan Subiyanto. Bocah 12 tahun itu memaksa 
ikut ibunya ke salon.
 Dia sudah mencoba menahan Gunawan. Karena situasi mencekam. Apalagi kala itu 
sebentar lagi putra nomor tiga ini masuk sebagai siswa sekolah menengah pertama 
(SMP). Namun, pencegahan tidak berhasil. Sang anak tetap tetap ikut ke Yogya 
Plaza.
 Wanita asal Brebes, Jawa Tengah, ini akhirnya nekat. Menembus kerumunan menuju 
lantai tiga. Alhasil salon miliknya sudah porak poranda karena ada penjarahan. 
Bahkan saat kejadian itu dia sempat ditonjok orang tidak dikenal.
 "Saya pingsan beberapa lama, saat terbangun badan saya sakit semua, saya 
terinjak-injak orang. Saya bangun dan langsung mencoba mencari Gunawan," 
ucapnya.
 Ruminah mencoba turun ke lantai satu sambil mencari sosok anaknya. Sulit 
menemukan. Kondisi mal hari itu gelap dan penuh kepulan asap. Kebakaran mulai 
memenuhi ruangan. Menyulitkannya untuk menemukan Gunawan. Sesampainya di lahan 
parkir depan mal, dia terkejut melihat banyak masyarakat lompat dari lantai 
atas untuk menyelamatkan diri.
 Ada pula mencoba menggunakan tali dari sebuah jendela. Mereka juga berteriak 
meminta tolong kepada masyarakat berada di depan mal. Dengan sigap mereka 
menarik kasur yang dijual di mal agar mempermudah saat korban mencoba melompat 
dari lewat jendela.
 Api mulai membakar seluruh bangunan mal. Wanita berumur 61 tahun itu mengaku 
tidak mengetahui bagaimana api bisa menyebar. Padahal masih ada ratusan orang 
di dalamnya. Ruminah menyebut tidak semua korban kebakaran merupakan penjarah 
mengambil barang. Namun ada pula dari mereka terjebak saat mencoba 
menyelamatkan sanak saudara. Termasuk Gunawan. Anaknya ditemukan dalam keadaan 
tewas terbakar.
 Yogya Plaza merupakan salah salah satu dari 40 pusat perbelanjaan di 
Jabodetabek yang dibakar. Dari data Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) peristiwa 
13 Mei sampai 19 Mei 1998 terdapat 1.217 orang tewas.
 Adanya segerombolan orang berambut cepak sebelum kerusuhan juga terjadi di 
Jalan Basuki Rachmat, Kampung Melayu. Rani, salah seorang pegiat dari lembaga 
bergerak dalam hak asasi manusia mengaku melihat sosok laki-laki rambut cepak, 
berbadan besar tinggi merusak pertokoan samping kantornya. Mereka jumlahnya 
banyak. Diperkirakan mencapai 20 orang. Kejadiannya pun berlangsung cepat pada 
13 Mei 1998 siang hari itu.
 Segerombolan tersebut datang dari arah Stasiun Tebet menuju Kampung Melayu. 
Mereka membawa beberapa alat perusak seperti balok kayu. Setelah merusak toko 
diinginkan dan mulai dijarah massa, mereka meninggalkan lokasi tersebut. Rani 
tidak mengetahui pasti ada atau tidaknya pegawai di toko Fuji Film itu. Sebab, 
dia bersama teman kantornya langsung keluar saat terdengar suara perusakan di 
toko sebelah.
 "Mereka yang melakukan perusakan terus ditinggal, terus warga masuk, ada 
provokasi nya dulu gitu. Kayak pemicu aja," kata Rani bercerita kepada kami.
 Saat itu, dia menyebut toko Fuji Film tersebut terbilang ramai pengunjung. 
Rani juga tidak mengetahui siapa pemilik toko cetak foto tersebut. Apalagi saat 
peristiwa berlangsung jalan raya depan kantornya ramai masyarakat. Namun, 
ketika insiden itu sudah tidak kendaraan umum beroperasi. Sehingga banyak 
masyarakat memilih untuk berjalan kaki.
 Sebelum wilayah Kampung Melayu ramai aksi penjarahan toko dan pembakaran, 
kawasan Salemba, Jakarta http://www.merdeka.com/tag/j/jakarta/ Pusat, sekitar 
kampus Universitas Indonesia (UI) sudah mulai ramai sejak pagi menjelang siang 
hari. Pembakaran ban mobil mewarnai aksi tersebut. Karena itulah, atasan Rani 
saat itu sedang di Salemba menelepon kantor untuk meminta karyawannya pulang 
lebih awal.
 Kala itu, Rani memilih menginap di rumah temannya di Manggarai, Jakarta 
Selatan. Sebab dia bersama tantenya tinggal di Pondok Bambu, Jakarta Timur. 
Apalagi transportasi ke sana tak ada kendaraan umum melintas. Saling 
berpegangan bersama keempat teman lain, Rani menyusuri gang-gang sempit 
Jakarta. Kepulan asap pembakaran ban mobil dan beberapa toko telah mewarnai Ibu 
Kota.
 Tak hanya itu, wanita asal Surakarta, Jawa Tengah, ini juga menyebut malam 
harinya bersama temannya memilih berdiam diri di dalam rumah. Ini dikarenakan 
banyak isu beredar mencuat di masyarakat. Di antaranya rencana saling serang 
antar kampung. Sehingga menyebabkan adanya ketakutan masyarakat.
 "Kampung ini mau diserang, kampung itu mau diserang sama kampung itu. 
Bagaimana orang jadi ketakutan," jelas Rani.
 Kini sudah 20 tahun insiden itu berlalu. Semua berawal dari banyaknya desakan 
agar Presiden Soeharto mundur dari jabatannya. Padahal baru sekitar 70 hari 
Soeharto kembali terpilih untuk ke-7 kalinya. Pelbagai upaya juga terus 
diupayakan untuk menuntaskan kasus tersebut. Apalagi laporan TGPF peristiwa 
kerusuhan 1998 menyebut banyak korban berjatuhan. Bahkan sebagian perempuan 
warga keturunan Tionghoa dikabarkan menjadi korban pelecehan seksual. [ang]


 

Kirim email ke