Emak-emak Militan (3): Strategi menghancurkan serikat buruh



Aksipiket tiap Minggu di Tugu Adipura Kota Tangerang. (Foto: Dokumentasi SBGTS 
GSBIPT PDKB)

Dari 1300 buruh yang dipecattidak semua bertahan. Saat ini yang tersisa hanya 
346 orang. Mereka berhadapandengan kekuatan yang tidak dapat diremehkan, 
Panarub Group.

Sebelum dinyatakan tutup padaDesember 2013, buruh menuntut dipekerjakan 
kembali. Manajemen PT PDKBbersikukuh bahwa buruh mogok kerja ilegal dan disebut 
mangkir. “Jika perusahaanmempekerjakan mereka, harmonisasi perusahaan akan 
terganggu,” ujar HumanResources Director Panarub Group Subroto, seperti 
dilansir Kompas (25/10/2012). Lima tahun terakhiristilah harmonis makin gemar 
dikemukakan untukmenyingkirkan buruh dari pekerjaan. Ironisnya, kata yang sama 
sering puladipergunakan oleh PHI untuk menolak tuntutan dipekerjakan kembali 
dari buruhkarena alasan pemutusan hubungan kerja yang tidak sah.

Sementara Adidas, sebagai salahsatu buyer, memilih‘cuci tangan’. Per November 
2012, order ke PT PDKB dihentikan. “Saat ini kamitidak memiliki kontrak 
tambahan (sub-kontrak) dengan PT Panarub Dwikarya,sampai kita melihat ada 
resolusi akhir dari masalah ini,” kata Silvia Raccagni,salah seorang Manajer 
Komunikasi Adidas Group di Jerman seperti dikutip Beritasatu (12/11/2012).

Akhir Januari 2013, Adidasmengajukan penyelesaian kasus di Pusat Mediasi 
Nasional dengan melibatkan buruhdan manajemen perusahaan. Perwakilan perusahaan 
tidak mengubah pendapatnya.Mediasi pun berakhir tanpa hasil.

Karena PT PDKB bergeming, buruhpun menggalang kampanye internasional. PT PDKB 
dipaksa tutup oleh manajemennya,pada Desember 2013. Langkah penutupan ini 
merupakan pukulan telak bagi serikatburuh. Jika perusahaan tutup berarti 
tuntutan ‘dipekerjakan kembali’ tidakmungkin diajukan.

Pertengahan 2015 bekas pabrikPT PDKB telah dipergunakan pengelola yang lain 
untuk memproduksi teleponselular merek Oppo. Hampir beriringan dengan penutupan 
pabrik tersebut adalahpengoperasian pabrik Brebes Jawa Tengah dengan nama PT 
Indokarya BintangGemilang. PT Indokarya Bintang Gemilang di bawah manajemen PT 
Panarub denganmemproduksi barang yang sama, yaitu sepatu Adidas. Karena itu 
sulit memercayaimanajemen perusahaan maupun buyer berkehendak 
menyelesaikanpersoalan buruh.

Setelah PT PDKB ditutup, indukusahanya berdalih lain. Panarub Group menyatakan 
bahwa mereka tidak memilikiikatan kerja dengan buruh PT PDKB. Sementara Mizuno 
dan Adidas menyatakan bahwahubungan kerja buruh bukan dengan pemilik merek, 
tapi dengan PT PDKB. Serikatburuh pun dihadapkan pada situasi yang 
membingungkan.

Panarub Group, nama asalnya PanRuber Asia. Perusahaan ini didirikan di masa 
kebijakan penanaman modal dalamnegeri (PMDN), pada 1968. PMDN diawali dengan 
kebijakan penanaman modal asing(PMA), pada 1967. Dua kebijakan tersebut 
mengindikasikan bahwa setiapperusahaan luar negeri yang hendak berinvestasi 
mesti bekerjasama dengan pengusahadalam negeri. Di masa ini, para pengusaha 
berusaha mendekati rezim agarmendapat lisensi atau order produk.

Berbagai kepustakaanmenyebutnya cikal bakal terbentuknya ‘kapitalisme kroni’, 
‘kapitalisme semu’,‘kapitalisme pinggiran’, atau ‘kapitalisme khas’ Indonesia. 
Artinya, perusahaandan penyelenggara negara saling melindungi dan saling 
menguatkan.

Ketika beroperasi, Pan RuberAsia bekerjasama dengan perusahaan Jepang 
memproduksi sandal merek Lily. Ketikakebijakan industri menjadi berorientasi 
ekspor, Pan Ruber Asia beralih menjadiPanarub Industry dan memproduksi sepatu 
merek Specs. Adidas mulai masuk kePanarub pada 1988 setelah itu baru masuk 
order dari LA Gear, Reebok, danMizuno.

Selain PDKB, perusahaan yangdimiliki Hendrik Sasmito itu memiliki cabang lain, 
seperti Panarub DwikaryaCikupa Tangerang Banten, dan PT Bintang Indokarya 
Gemilang di Brebes JawaTengah. Perusahaan-perusahaan tersebut memproduksi 
sepatu dengan merek yangsama. Lulusan Universitas California dan Universitas 
Singapura tersebut jugamenduduki jabatan penting di beberapa organisasi bisnis. 
Ia tercatat sebagaiKomite Nominasi dan Direktur Asiawide Holding dan anggota 
Komite Nominasiperusahaan SP Chemical. Dua perusahaan tersebut berbasis di 
Singapura. AsiawideHolding bergerak di sektor keuangan, SP Chemical bergerak di 
sektor kimia yangberproduksi di Tiongkok. Hendrik pun tercatat sebagai Ketua 
Dewan Komisi PTPanatrade Caraka, Direktur PT Bintang Investama Gemilang, 
tercatat sebagaikomisaris PT Lestari Sagu Papua, juga tercatat sebagai anggota 
Dewan PenasehatAsosiasi Persepatuan Indonesia (Apresindo) periode 2012-2015.

Barangkali para buruh menilai perusahaan akan menyerah dengan sekaligebrak: 
mogok! Ternyata tidak. Setelah dianggap mengundurkan diri,perusahaan tidak 
diam. Beredarlah‘agen-agen perusahaan’ mendatangi tempat tinggal buruh 
menawarkan ‘tali asih’agar buruh mengundurkan diri. Tawaran pertama diajukan 
sebesar Rp 500 ribu perorang. Karena tidak dilirik, tawaran dinaikkan menjadi 
Rp 2,9 juta per orang.Bukan hanya buruh yang dibujuk. Ada suami buruh, saudara, 
bahkan orangtua buruh.

“Pada tanggal 8 Agustus 2012,pukul 09.00 WIB, Siti Fatimah dan Siti Samsuri 
selaku supervisor di PT PanarubDwikarya datang ke rumah untuk menyuruh saya 
mengambil pesangon,” tulisEviyanah memberikan kesaksiannya.

Karena ‘tali asih’ tidakterlalu banyak yang minat, metodelainnya ditawari 
bekerja kembali. Syaratnya harus mengundurkan diri dariserikat buruh.

“Tanggal 19 Juli 2012 datang kePT PDK pukul 07.00 WIB. Kemudian disuruh duduk 
di mobil jemputan yang ada diparkiran… Pukul 07.15 Bapak Fredy menyuruh menulis 
kronologi kejadian mengapasaya ikut aksi demo berikut membuat surat pernyataan 
(pengunduran diri dariserikat buruh)… Pukul 08.00 WIB kita disuruh keluar oleh 
Bapak Edy Suyono untukdijemur di lapangan parkir jemputan,” tulis Vitauli 
Marpaung dalam kesaksiannya. Vitauli mengalami hal tersebutbersama 40 buruh 
lainnya.

Di tahun kedua pascamogok, dosis tekanan dinaikkan.Beberapa buruh yang 
telahbekerja di tempat lain dan masih berjuang menerima ancaman lain 
melaluiperwakilan perusahaan tempatnya bekerja. Pilihannya hanya dua: ambil 
uang ‘taliasih’ atau putus kontrak! Karena menolak ‘tali asih’ duabelas buruh 
dikeluarkandari pekerjaannya. Dengan kejadian tersebut, dapat diperkirakan 
besarnyakekuatan perusahaan sampai mampu merecoki manajemen perusahaan lain.

Cara yang agak rumit adalahmelalui penagih hutang alias debt collector. 
Karenabeberapa buruh memiliki hutang cicilan motor atau rumah, debt collector 
menyarankan agar buruh menerima‘tali asih’ untuk membayar hutang.

Teknik lain dan berkategorimengerikan adalah model pemaksaaan melalui teman 
sendiri. Buruh-buruh yang telah menerima‘tali asih’ dijanjikan reward Rp 100 
ribu sampai Rp 200 ribu jikamampu mengajak temannya untuk mengundurkan diri.

Sebenarnya, istilah ‘tali asih’tidak dikenal dalam peraturan perundangan. Dalam 
pengakhiran masa kerja,Undang-Undang Ketenagakerjaan Nomor 13 Tahun 2003 
menyebut istilah uangpesangon, uang penggantian hak, uang pisah, dan uang 
penghargaan masa kerja.Penggunaan istilah yang di luar peraturan perundangan 
itu tidak khas Panarub,di tempat lain pun kita akan menemukan praktik yang 
mirip. Penggunaan istilahtersebut mengindikasikan perusahaan dapat melakukan 
apapun kepada buruhnya.

Dengan berbagai tekanan dari perusahaan ditambah dengan kebutuhanharian yang 
kian mendesak, kiranya wajar jika tidak semua buruh mampu bertahan.Beberapa di 
antaranya memang mengundurkan diri dan mengambil uang tali asih.Tapi ada pula 
pengunduran dirinya karena didorong oleh desas-desus.

Menurut Kokom, salah satu pengunduran diri yangmembuat kecut hati terjadi 
setelah demonstrasi 18 Oktober 2012. Demonstrasibesar yang melibatkan aneka 
aliansi organisasi tersebut melibatkan massasekurangnya 3000 orang. Di saat 
bersamaan, manajemen perusahaan pun mengerahkanmassa yang membawa pipa besi dan 
lempengan besi tajam. Ketika massa perusahaanmenyerang, massa buruh melawan dan 
nyaris menang. Di saat demikian, Kokommendapat ancaman aparat polisi melalui 
teleponnya. Polisi mengatakan akanmembubarkan paksa, jika massa aksi tidak 
segera bubar. Khawatir terjadi sesuatuyang diluar kendali, Kokom memutuskan 
menarik mundur pasukan.

“Seminggu setelah aksi itu, 500anggota mengundurkan diri. Gosipberedar bahwa 
aku adalah utusan pengusaha, bahwa aku dibayar manajemen. Di hariminggunya aku 
didemo oleh suami-suami anggota dari suku tertentu, yangdikoordinir oleh salah 
seorang anggota. Selain anggota, beberapa pengurus jugamengundurkan diri,” 
kisah Kokom.

Sebenarnya, teknik-teknikpenghancuran perlawanan sudah terjadi sedari awal 
pemogokan. Di antaranyapengerahan paramiliter untuk menghentikan pemogokan dan 
pendirian serikatpekerja independen untuk menandingi keberadaan serikat buruh. 
Bagaimana perempuan-perempuanpembuat sepatu Adidas dan Mizuno tersebut dapat 
bertahan?

Kirim email ke