-------- Forwarded Message --------
Subject: #sastra-pembebasan# EGOISME DALAM BERAGAMA
Date: Tue, 24 Mar 2020 00:08:25 +0000 (UTC)
From: Al Faqir Ilmi alfaqiri...@yahoo.com [sastra-pembebasan]
<sastra-pembeba...@yahoogroups.com>
*EGOISME DALAM BERAGAMA*
/Oleh Maulana M. Syuhada/
80% dari total 8.652 kasus positif Covid-19 yang terjadi di Korea
Selatan bersumber hanya dari satu orang, ibu-ibu (61 tahun) yang
menunjukkan gejala Covid-19 namun ketika diminta memeriksakan dirinya ke
dokter malah “ngeyel” dan pergi beribadah ke gereja. Jadilah gereja
Shincheonenji di kota Daegu menjadi pusat penyebaran virus [1].
Kasus Covid-19 pertama kali terkonfirmasi di Korea Selatan pada 20
Januari 2020 ketika seorang warga China (35 tahun) yang baru terbang
dari Wuhan diisolasi di bandara Incheon, Korea Selatan. Korsel mampu
menangani penyebaran wabah ini dengan baik. Dalam 4 minggu hanya 30
orang yang terinfeksi. Tapi ini semua berubah drastis ketika ditemukan
pasien No. 31, si ibu yang “ngeyel” tadi. Ibu tersebut bertanggung-jawab
terhadap 6 ribu orang lebih yang terinfeksi di Korea Selatan alias 80%
dari kasus di negara tersebut. Satu negara dibuat repot hanya karena
perilaku “ngeyel” dari seorang warganya.
Di Malaysia, tabligh akbar yang diselenggarakan oleh Jamaah Tabligh di
Masjid Sri Petaling Kuala Lumpur pada 28 Februari hingga 1 Maret menjadi
sumber penularan virus Corona. Hampir 2/3 dari total 673 kasus Covid-19
di Malaysia terkoneksi dengan acara tabligh akbar tersebut [2] .
Celakanya, dari total 16 ribu jamaah yang hadir dalam tabligh akbar
tersebut, 1.500 diantaranya berasal dari luar Malaysia, termasuk 700
orang dari Indonesia, 200 orang dari Filipina dan 95 orang dari
Singapura [3] . Malaysia pun menjadi hot spot penyebaran virus Corona di
Asia tenggara.
Perlu waktu lebih dari satu minggu hingga gejala infeksi virus mulai
terlihat. Tanggal 9 Maret, Brunei mengumumkan kasus Covid-19 pertama di
negara tersebut, seorang jamaah (53 tahun) yang ternyata mengikuti
tabligh akbar di Malaysia. Satu minggu kemudian kasus Covid-19 di Brunei
melonjak menjadi 50 orang, dimana 45 orang di antaranya adalah peserta
tabligh akbar di Malaysia [4] . Ada 12 orang WNI yang terinfeksi
Covid-19 di Malaysia, dan semuanya adalah peserta tabligh akbar [5] .
Pada 17 Maret 2020, warga Malaysia (34 tahun) peserta tabligh akbar
meninggal dunia [6] , satu dari hanya dua kasus kematian di Malaysia,
pemerintah Malaysia pun mengumumkan lockdown. Per hari ini, sudah 1.030
penduduk Malaysia yang positif Covid-19, tertinggi di Asia Tenggara [7] .
Tidak sampai tiga minggu kemudian, jamaah tabligh yang sama kembali
melakukan acara, Ijtima Dunia Zona Asia 2020, di kabupaten Gowa,
Sulawesi Selatan. Rabu, 18 Maret 2020, panitia mengkonfirmasi sudah
8.694 jamaah yang hadir, termasuk 411 orang Warga Negara Asing (WNA)
dari 9 negara [8][9] . Setelah koordinasi yang alot antara pemerintah
dan panitia, akhirnya acara dibatalkan [10] . Pemprov Sulawesi Selatan
mengisolasi 411 WNA, sementara 8 ribu peserta lainnya secara bertahap
pulang ke daerahnya masing-masing [11] .
Di Kabupaten Manggarai, NTT, pentasbihan Uskup Ruteng Mgr Siprianus
Hormat tetap digelar walaupun sudah dihimbau untuk ditunda [12] . Ketua
Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo melalui Kepala
BNPB menyampaikan permintaan ini kepada Keuskupan Ruteng dan Bupati
Ruteng. Namun acara tetap digelar dengan alasan sudah terjadwal beberapa
bulan lalu [13] . Kamis, 19 Maret 2020, sekitar 6.000 umat Katolik
menghadiri misa besar ini termasuk 37 uskup dari seluruh Indonesia dan
pejabat Kongres Wali Gereja Indonesia (KWI) [14] .
Tadinya saya berpikir, se-level uskup yang sangat paham agama, akan
berbesar hati dan menunda acara pentasbihan ini. Ia akan tampil ke muka
dan berkata, “Walaupun sudah berbulan-bulan kami persiapkan semuanya,
namun demi kemanusiaan kami akan tunda acara ini!” Bukankan kita
beragama agar dapat memanusiakan manusia. Namun saya salah. Acara ritual
ternyata lebih penting daripada kemanusiaan. Ajaran cinta kasih pada
sesama manusia yang selama ini didengung-dengungkan hanya sebatas
retorika di atas mimbar.
Di halaman Masjid Agung Bandung, sekelompok orang mencopot dan
menurunkan baligo yang berisi maklumat bahwa untuk sementara waktu DKM
tidak menyelenggarakan sholat Jumat dan sholat wajib berjamaah.
"Turunkan saja, DKM jangan takut enggak digaji, jangan takut sama Ridwan
Kamil. Takut ke Gusti Allah," tutur salah seorang peserta aksi [15] .
Padahal Majelis Ulama Indonesia (MUI), NU dan Muhammadiyah, sudah
mengeluarkan fatwa agar sholat jamaah diadakan di rumah, dan sholat
Jumat diganti dengan sholat zhuhur [16] [17] [18] .
Tidaklah mengherankan jika sebagian masyarakat masih ngeyel dan tetap
datang ke masjid, karena sekelas mantan Pangab, Jenderal (pur) Gatot
Nurmantyo, justeru menggaungkan gerakan memakmurkan masjid dan salat
berjemaah di tengah wabah virus Corona.
"Sepertinya ada yang keliru..?? Di negeri asalnya covid-19-cina, yg
penganut paham komunis dan sebagian besar tdk beragama beramai-ramai
mendatangi Masjid dan Belajar Berwudhu hingga mengikuti Sholat
Berjamaah,” tulis Gatot [19] . Namun, lanjutnya, di negeri mayoritas
muslim justru sebaliknya, malah ramai-ramai menggaungkan fobia terhadap
masjid. Ini seakan-akan masjid sebagai sumber penularan COVID-19.
Lantas, menurutnya, apakah mal, gereja, vihara, kelenteng, hingga lift
sarana umum 'lebih aman' daripada masjid?" [19]
Hal senada juga diungkapkan oleh Pendeta Dr. Yakub Nahuway dalam sebuah
kebaktian, “Sekarang gereja melarikan diri dari kenyataan dan tidak
menjadi sahabat. Beberapa gereja besar di Jakarta meliburkan jemaah
hanya karena virus Corona. Mereka menampakkan diri bahwa Tuhan kalah
dengan virus … Hidup kita bukan di tangan virus.. Virus punya mata.
Sasaran dia hanyalah orang-orang yang jauh dari Tuhan. Orang yang dekat
dengan Tuhan dilindungi di bawah kepak-Nya!” [20]
Ustad Abdul Somad (UAS) dalam salah satu ceramahnya, berkata bahwa
Corona adalah tentara Allah, dan orang Uyghur tidak terkena virus ini
karena mereka berwudhu.
“Macam-macam tentara Allah datang. Adapula tentara yang terakhir ini
bernama Corona. Orang yang berada di Uyghur, tak terkena virus ini.
Banyak orang terheran-heran. Apa sebab? Salah satu sebabnya karena
mereka berwudhu. Setiap hari mereka membasuh tangan. Virus tidak akan
terkena kepada orang yang selalu menjaga kesucian," ujar UAS [21].
Padahal kita semua tahu bahwa banyak saudara kita yang muslim di
berbagai negara, termasuk suku Uyghur di Xinjiang, dan mereka yang suka
berwudhu, menjadi korban keganasan virus Corona. Inilah yang terjadi
jika pemuka agama, baik ustad maupun pendeta, berceramah namun tanpa
ilmu pengetahuan.
Dalam salah satu video, di hadapan puluhan jamaah tabligh, seorang
penceramah berkata, "Baru satu macam virus Corona datang, seluruh dunia
geger. Gampang itu selesaikan Corona, kirim jamaah ke tempat Corona.
Virus Corona takut sama jamaah. Jamaah hanya takut kepada Allah SWT.
Jamaah tidak takut dengan Corona!" [22]
Semua pun tahu, dua kematian pertama di Malaysia, salah satunya adalah
jamaah yang menghadiri tabligh akbar (Ijtima Jamaah Tabligh) yang telah
menginfeksi 2/3 dari negara tersebut.
Mungkin inilah yang disebut dengan egoisme dalam beragama, melakukan
ibadah tanpa peduli dengan keselamatan manusia lainnya. Sama halnya
dengan ibu-ibu di kota Daego Korsel di awal artikel, ia datang ke gereja
untuk beribadah. Ia merasa sedang berbuat kebaikan, namun nyatanya ia
sedang menciptakan madharat untuk 6 ribu orang, menjadi malapetaka untuk
negaranya. Begitu pula halnya dengan para peserta tabligh akbar di
Malaysia, peserta ijtima di Gowa, Sulsel, ataupun para uskup yang
menggelar pentasbihan di NTT. Mereka tidak peduli dengan kepentingan
masyarakat banyak. Sangat ironis memang, jika beragama malah jadi
menjauhkan kita dari kemanusiaan.
Masa inkubasi virus adalah 14 hari. Dan selama itu orang yang membawa
virus (carrier) bisa tampak sehat, normal seperti orang sehat pada
umumnya. Supaya orang-orang sehat yang membawa virus ini tidak
menularkan lebih jauh ke orang lain, maka pemerintah mengambil kebijakan
“social distancing” agar kita tidak berkumpul di kerumunan, di sekolah,
di kampus, di cafe, di mal, dan termasuk di masjid, karena ia bisa jadi
pusat penularan. Itulah mengapa sekolah dan kampus diliburkan, para
pekerja dihimbau untuk bekerja di rumah, dan pergerakan di luar rumah
diminimalisir sekecil mungkin.
Bayangkan jika ada satu orang saja jamaah yang tampak sehat tapi pembawa
virus (carrier) kemudian dia sholat di masjid. Kemudian dia menularkan
kepada 10 orang di masjid tersebut. Sepuluh orang yang tertular tidak
akan tahu dia tertular sampai dua minggu ke depan (karena perlu 14 hari
untuk inkubasi virus).
Kesepuluh orang ini pulang ke rumahnya masing-masing, dan mereka akan
menularkannya kepada keluarganya, kepada isteri dan anak-anaknya, kepada
setiap rekan kerja di kantornya. Rekan kerjanya di kantor akan membawa
pulang kepada keluarganya, isteri dan anak-anaknya, juga kepada setiap
orang yang ia temui dari tempat kerja ke rumahnya, di setiap tombol lift
yang ia pencet, di handel pintu yang ia buka, di tiang KRL yang ia
pegang, dsb. Begitulah efek berantai dari penyebaran virus tadi. Dari 1
orang, dapat menyebar ke 10 orang, kemudian ke 100 orang, kemudian ke
1.000 orang, dan seterusnya.
Itulah mengapa setelah tabligh akbar di Malaysia semua orang merasa
sehat. Baru 2 minggu kemudian terkuak bahwa ratusan dari mereka
terinfeksi Covid-19.
Bupati Bogor mengkonfirmasi bahwa seorang ibu (67 tahun) yang meninggal
hari Rabu kemarin tertular dari anaknya yang masih muda (35 tahun).
Anaknya ini tertular dari pasien no.1 asal kota Depok [23] . Keberadaan
Covid-19 ini tidak diketahui sampai 3 minggu kemudian. Kontak pertama
sang anak dengan pasien no. 1 tanggal 25 Februari. Ia sempat demam,
namun tiga hari kemudian sembuh. Tanggal 28 Februari ia tetap masuk
kerja dengan menggunakan transportasi umum, ojol, KRL, MRT dan
Transjakarta. Pada 7 Maret 2020 yang bersangkutan mulai merasakan napas
berat lalu diperiksa darah oleh RS Persahabatan. Selanjutnya, pada 14
Maret 2020 dilakukan pemeriksaan kembali, lalu pada 16 Maret 2020 yang
bersangkutan mengeluh sakit sendi.
Adapun ibunya, pada 27 Februari mengikuti sebuah seminar di Jakarta.
Esoknya ia terkena diare dan tanggal 29 Februari, yang bersangkutan
periksa ke dokter di Jakarta. Kemudian minum obat selama 4 hari tapi
belum sembuh. Kontrol lagi, minta dirawat ke rumah sakit, saat itu
didiagnosa typhoid. Lalu pada 10 Maret 2020, yang bersangkutan dirawat
di rumah sakit. Setelah diuji lab dan rontgen paru, ada infeksi baru
dengan diagnosa pneumonia. Tanggal 14 Maret sang ibu dites, dan tanggal
16 Maret keluar hasilnya positif Covid-19. Dua hari kemudian sang Ibu
meninggal dunia [23].
Kita yang muda dan sehat, bisa jadi sembuh setelah terinfeksi Corona.
Namun mereka yang sudah lanjut usia dan memiliki riwayat sakit beragam
akan sangat rentan terhadap virus ini. Menghindari kerumunan bukan
berarti hanya menjaga diri kita dari virus, tapi menjaga orang tua kita,
menjaga orang tua-orang tua dari teman-teman kita, tetangga-tetangga
kita, dan seterusnya.
Di Iran setiap 10 menit satu orang meninggal dunia karena virus Corona.
Total yang meninggal di Iran sudah mencapai 1.556 dari 20.610 yang
terfinfeksi [24] . Di Italia, dalam 24 jam terakhir 627 orang meninggal
dunia karena Corona, menaikkan jumlah yang meninggal di Italia ke angka
4.032 orang dari total 47.021 orang yang positif [25] .
Sebaliknya di China, sedikit demi sedikit kehidupan berangsur normal.
Selama tiga hari berturut-turut tidak ada penambahan kasus baru Covid-19
di China secara internal [26] . 41 kasus yang terjadi dalam 24 jam
berasal dari mereka yang kembali bepergian dari luar China. China mulai
mengalihkan fokus bantuannya ke luar negaranya. Dalam beberapa minggu
terakhir China sudah mendonasikan testing kit kepada Kamboja,
mengirimkan berkapal-kapal ventilator, masker dan tenaga medis ke Italia
dan Perancis, dan berjanji akan membantu Filipina, Spanyol dan
negara-negara lainnya, juga memberangkatkan tenaga medisnya ke Iran dan
Iraq [27] . Presiden Serbia, Aleksandar Vucic, dalam siaran TV-nya
ketika mengumumkan keadaan darurat di negerinya berkata, “European
solidarity does not exist. That was a fairy tale on paper. I believe in
my brother and friend Xi Jinping, and I believe in Chinese help.” [28]
Di Indonesia, per-hari ini sudah 450 kasus terkonfirmasi dengan jumlah
kematian sebesar 38 orang. Hasil studi teman-teman di jurusan Matematika
FMIPA ITB [29] , menunjukkan bahwa profil epidemi di Korea Selatan
adalah yang paling mirip dengan Indonesia dibandingkan dengan
negara-negara lain. Hasil simulasi berdasarkan kurva Richard, puncak
epidemi di Indonesia diproyeksikan akan terjadi pada akhir Maret dan
berakhir pada pertengahan April, dengan jumlah kasus lebih dari 8.000.
Yang perlu digaris bawahi dari hasil ini adalah, profil hasil diatas
diperoleh dengan menggunakan parameter model hasil estimasi dari Korea
Selatan. Hasil di atas harus dibaca dengan memahami parameter dan asumsi
yang digunakan di paper tersebut.
Korea Selatan menerapkan strategi tes massal [30] dengan jumlah tes
mencapai 20 ribu orang per-hari [31] Dengan dilakukannya tes masal,
otoritas kesehatan Korsel bisa mendapatkan informasi yang cepat dan
melakukan pelacakan secara agresif terhadap orang yang diduga terpapar
[32] . Korsel berhasil mengatasi epidemi virus Corona dengan angka
kematian hanya 1%, 102 meninggal dari total 8.799 kasus per 21 Maret
2020 [33] .
Pemerintah Indonesia sudah memutuskan menerapkan “social distancing” dan
tes masal. Tugas kita adalah bersatu, bersama-sama mensukseskan
penerapan kebijakan ini. Para tenaga medis tanpa lelah berjuang di garda
terdepan, mempertaruhkan jiwa mereka, menangani para pasien. Hingga
kemarin sudah 25 tenaga medis terinfeksi Covid-19 dan satu orang
meninggal dunia. Hal paling sederhana yang bisa kita lakukan untuk
membantu perjuangan mereka adalah dengan belajar, bekerja dan beribadah
di rumah, menghindari kerumunan dan menjaga jarak, menjaga kesehatan dan
kebersihan, serta mebiasakan diri mencuci tangan.
Mereka yang tetap berkumpul di tempat publik seperti berkumpul di
masjid, di gereja, di wihara, di pura, nongkrong di warung, di cafe, di
mal, dsb., sungguh mereka sangatlah egois, mereka tidak peduli dengan
keselamatan orang lain. Yang kita perlukan sekarang adalah kebersamaan
dan solidaritas. Mari kita maksimalkan ikhtiyar seraya terus menyelipkan
doa-doa di antara sholat-sholat dan ibadah kita, dan bertawakkal
kepada-Nya. Jika kita disiplin dan kompak, bersatu, bersama-sama
mencegah meluasnya penyebaran virus ini, insya Allah kita akan bisa
berhasil mengatasi epidemi ini.
Wallahu’alam.
mms.
PS: Terima kasih kepada sahabatku, Sofyana Ali Bindiar, yang sudah
memberikan inspirasi ide terhadap judul artikel
External link: https://pepnews.com/…/p-31585483787…/egoisme-dalam-beragamal
REFERENSI
[1] The Korean clusters: How coronavirus cases exploded in South Korean
churches and hospitals
https://graphics.reuters.com/CHINA-HEALTH-SOUT…/…/index.html
[2] How Sri Petaling tabligh became Southeast Asia's Covid-19 hotspot
https://www.nst.com.my/…/how-sri-petaling-tabligh-became-so…
[3] MOH identifying 95 Singaporeans at mass religious event in Malaysia
after COVID-19 cases confirmed: Masagos
404 <https://www.channelnewsasia.com/…/moh-95-singaporeans-relig…>
404
CNA: Breaking news in Asia and Singapore; latest stories from around the
world, business, sports, lifestyle, commentary and more. Watch CNA live.
<https://www.channelnewsasia.com/…/moh-95-singaporeans-relig…>
[4] Coronavirus COVID-19 cases spiked across Asia after a mass gathering
in Malaysia. This is how it caught the countries by surprise
https://www.abc.net.au/…/coronavirus-spread-from-m…/12066092
[5] Kemlu koreksi jumlah WNI positif COVID-19 di Malaysia
https://www.antaranews.com/…/kemlu-koreksi-jumlah-wni-posit…
[6] How a 16,000-Strong Religious Gathering Led Malaysia to Lockdown
https://www.bloomberg.com/…/how-a-16-000-strong-religious-g…
[7] Portal Resmi Kementerian Kesihatan Malaysia
Portal Rasmi Kementerian Kesihatan Malaysia
<http://www.moh.gov.my/index.php/pages/view/2019-ncov-wuhan>
Portal Rasmi Kementerian Kesihatan Malaysia
Novel Coronavirus (2019-nCoV) - Maklumat Terkini
<http://www.moh.gov.my/index.php/pages/view/2019-ncov-wuhan>
[8] Ijtima Dunia 2020 Zona Asia Dibatalkan, Panitia: Kami Ikuti Arahan
Pemerintah
https://nasional.kompas.com/…/ijtima-dunia-2020-zona-asia-d…
[9] BNPB Konfirmasi 8.000 Peserta Ijtima Dunia Sudah Tiba di Gowa
https://www.cnnindonesia.com/…/bnpb-konfirmasi-8000-peserta…
[10] 6 Hal Terkait Ijtima Dunia Zona Asia 2020 di Gowa yang Ditunda
https://www.liputan6.com/…/6-hal-terkait-ijtima-dunia-zona-…
[11] Pemprov Sulsel Pulangkan 8.223 Peserta Ijtima Dunia, 411 WNA Diisolasi
detikNews - Berita hari ini di Indonesia dan Internasional
<https://news.detik.com/…/pemprov-sulsel-pulangkan-8223-pese…>
detikNews - Berita hari ini di Indonesia dan Internasional
Info berita terbaru hari ini baik peristiwa, kecelakaan, kriminal,
hukum, berita unik, Politik, dan liputan khusus di Indonesia dan
Internasional
<https://news.detik.com/…/pemprov-sulsel-pulangkan-8223-pese…>
[12] Diimbau Ditunda, Pentahbisan Uskup Ruteng Tetap Digelar
https://www.cnnindonesia.com/…/diimbau-ditunda-pentahbisan-…
[13] Ini Alasan Misa Penahbisan Uskup Ruteng Tak Bisa Ditunda
https://regional.kompas.com/…/ini-alasan-misa-penahbisan-us…
[14] Misa Uskup Ruteng Tetap Digelar, Rohaniawan dan Tamu Diukur Suhu Tubuh
Misa Uskup Ruteng Tetap Digelar, Rohaniawan dan Tamu Diukur Suhu Tubuh
<https://www.vivanews.com/…/41222-misa-uskup-ruteng-tetap-di…>
Misa Uskup Ruteng Tetap Digelar, Rohaniawan dan Tamu Diukur Suhu Tubuh
Pemerintah sempat mencegah agar acara ditunda, tapi tetap terlaksana
<https://www.vivanews.com/…/41222-misa-uskup-ruteng-tetap-di…>
[15] Viral Massa Teriak Jihad Copot Spanduk Tak Gelar Jumatan di Masjid
Raya Bandung
https://kumparan.com/…/viral-massa-teriak-jihad-copot-spand…
[16] MUI Sarankan Shalat Jumat Sementara Diganti Shalat Zhuhur
https://republika.co.id/…/mui-sarankan-shalat-jumat-sementa…
[17] NU dan Muhammmadiyah Imbau Umat tidak Shalat Jumat di Masjid
https://republika.co.id/…/nu-dan-muhammmadiyah-imbau-umat-t…
[18] Fatwa NU: Tak Patuh Larangan Jumatan Cegah Corona adalah Maksiat
Fatwa NU: Tak Patuh Larangan Jumatan Cegah Corona adalah Maksiat
<https://www.vivanews.com/…/41444-fatwa-nu-tak-patuh-laranga…>
Fatwa NU: Tak Patuh Larangan Jumatan Cegah Corona adalah Maksiat
Setiap umat Islam wajib mencegah penularan virus corona.
<https://www.vivanews.com/…/41444-fatwa-nu-tak-patuh-laranga…>
[19] Eks Panglima TNI Gaungkan Makmurkan Masjid dan Salat Berjemaah
Lawan Corona
detikNews - Berita hari ini di Indonesia dan Internasional
<https://news.detik.com/…/eks-panglima-tni-gaungkan-makmurka…>
detikNews - Berita hari ini di Indonesia dan Internasional
Info berita terbaru hari ini baik peristiwa, kecelakaan, kriminal,
hukum, berita unik, Politik, dan liputan khusus di Indonesia dan
Internasional
<https://news.detik.com/…/eks-panglima-tni-gaungkan-makmurka…>
[20] Pdt.Dr.Yakub Nahuway | Gereja Sahabat Orang Beriman
https://youtu.be/xcQ2RYuAaFc
[21] Ustadz Abdul Somad Virus Corona Adalah Tentara Allah
https://youtu.be/C6cixYXh4RM
[22] Jama'ah TABLIGH SIAP HADAPI CORONA
https://youtu.be/iV1N1G_oUuE
[23] Bupati Bogor Beberkan Riwayat Pasien Meninggal karena Corona di
Bojonggede
https://bogor.pojoksatu.id/…/bupati-bogor-beberkan-riwayat-…
[24] 123 new coronavirus deaths in Iran; toll rises to 1,556
https://www.gulftoday.ae/…/123-new-coronavirus-deaths-in-ir…
[25] Coronavirus: Italy and Spain record highest single-day death tolls
https://www.theguardian.com/…/behave-or-face-strict-coronav…
[26] No new virus cases for 3rd straight day in Wuhan (Associated Press)
https://www.nbcnews.com/…/coronavirus-updates-…/ncrd1165441…
[27] China sends doctors and masks overseas as domestic coronavirus
infections drop
https://www.theguardian.com/…/china-positions-itself-as-a-l…
[28] Its Coronavirus Cases Dwindling, China Turns Focus Outward
https://www.nytimes.com/…/w…/asia/coronavirus-china-aid.html
[29] Data dan Simulasi COVID-19 dipandang dari Pendekatan Model Matematika
Data dan Simulasi COVID-19 dipandang dari Pendekatan Model Matematika -
ITB Repository <http://eprints..itb.ac.id/119/>
Data dan Simulasi COVID-19 dipandang dari Pendekatan Model
Matematika - ITB Repository
Oleh Nuraini, Nuning
<http://eprints.itb.ac.id/119/>
[30] South Korea took rapid, intrusive measures against Covid-19 – and
they worked
https://www.theguardian.com/…/south-korea-rapid-intrusive-m…
[31] COVID-19 hit South Korea and the U.S. on the same day. Here's what
Korea did right.
https://theweek.com/…/covid19-hit-south-korea-same-day-here…
<https://theweek..com/…/covid19-hit-south-korea-same-day-here…>
[32] Special Report: How Korea trounced U.S. in race to test people for
coronavirus
https://www.reuters.com/…/special-report-how-korea-trounced…
[33] Coronavirus COVID-19 Global Cases by the Center for Systems Science
and Engineering (CSSE) at Johns Hopkins University
https://gisanddata.maps.arcgis.com/…/opsdashboa…/index.html…
Dikirim dari Yahoo Mail untuk iPhone
<https://overview.mail.yahoo.com/?.src=iOS>