-- 
j.gedearka <j.gedea...@upcmail.nl>

https://mediaindonesia.com/editorials/detail_editorials/2048-kemarahan-presiden-kemarahan-rakyat
    


Selasa 30 Juni 2020, 05:00 WIB 

Kemarahan Presiden Kemarahan Rakyat 

Administrator | Editorial 

  PRESIDEN Joko Widodo marah besar kepada para pembantunya. Dia geram bukan 
kepalang karena penanganan pandemi covid-19 di berbagai sektor belum juga 
membuahkan hasil yang menggembirakan. Kemarahan Presiden itu ditumpahkan pada 
Sidang Kabinet Paripurna di Istana Negara, Jakarta, pada 18 Juni yang videonya 
baru diunggah ke kanal Youtube, Minggu (28/6). Kepada para anggota kabinet, dia 
membeberkan sejumlah fakta bahwa instruksinya terkait dengan penanganan virus 
korona tidak dilaksanakan dengan maksimal. Presiden menguraikan bahwa sejumlah 
program jalan di tempat, padahal realisasi program-program itu mendesak 
dibutuhkan rakyat. Di bidang kesehatan, misalnya, dalam tiga bulan terakhir 
pemerintah telah menyiapkan dana Rp75 triliun, tetapi yang disalurkan baru 
1,53%. Demikian pula dengan upaya untuk menurunkan kurva kasus positif korona 
yang masih jauh panggang dari api. Presiden sudah meminta hal itu pada Mei 
lalu, tetapi faktanya penderita covid-19 justru bertambah masif setiap hari. 
Betul bahwa melonjaknya kasus positif merupakan buah dari kian gencarnya tes 
massal yang dilakukan, tetapi jumlah penderita yang terus bertambah tetap saja 
menjadi fakta yang mencemaskan. Di sektor ekonomi, Kepala Negara juga tak 
melihat progres signifikan. Jokowi bahkan mengatakan setengah gamblang bahwa 
ada kementerian yang menghambat percepatan pemberian stimulus. Saking kesalnya, 
Presiden sampai-sampai melontarkan ancaman untuk mencopot menteri atau 
membubarkan lembaga yang tak juga mau dan mampu memberikan karya nyata. 
“Tindakan-tindakan extraordinary keras akan saya lakukan. Bisa saja membubarkan 
lembaga. Bisa saja reshuffle. Sudah kepikiran ke mana-mana saya,” cetusnya. 
Presiden sangat wajar kecewa, kesal, bahkan marah. Dalam situasi superkrisis 
akibat ekspansi korona saat ini, peran negara memang sangat dibutuhkan. Tanpa 
bantuan pemerintah secara cepat dan tepat, rakyat yang sudah sengsara akan kian 
sengsara. Tanpa peran nyata pemerintah, para pelaku ekonomi yang sudah sekarat 
benar-benar akan mati. Tanpa campur tangan negara secara paripurna, jelas kita 
akan kalah melawan korona. Pemerintah memang sudah menetapkan beragam kebijakan 
untuk mengatasi segala permasalahan akibat pandemi korona. Namun, buat apa ada 
kebijakan-kebijakan yang apik jika eksekusinya buruk? Buat apa pula dana 
ratusan triliun rupiah disiapkan jika penyalurannya lamban? Data yang 
diungkapkan Presiden membuktikan itu. Data yang dilansir Menteri keuangan Sri 
Mulyani pun semakin menguatkan buruknya pengelolaan anggaran untuk mengatasi 
pandemi. Sebut saja, untuk perlindungan sosial, dari total dana Rp203,9 
triliun, baru 34,06%. Realiasi insentif UMKM senilai Rp123,46 triliun juga baru 
22,75%, bahkan Rp53,57 triliun pembiayaan korporasi belum ada yang terealisasi. 
Padahal, selain krisis kesehatan, kita juga menghadapi krisis ekonomi. Stimulus 
yang diberikan pemerintah semestinya bisa membuat ekonomi kembali menggeliat, 
dengan catatan ia disalurkan secara cepat dan tepat sasaran. Itulah kenapa kita 
butuh pejabat kelas wahid dalam menghadapi krisis, bukan pejabat kelas biasa 
yang hanya bisa bekerja dalam situasi biasa. Saat ini, dan sangat mungkin dalam 
beberapa waktu mendatang, kita dihadapkan pada seabrek persoalan luar biasa 
berat, sehingga Presiden harus dibantu orang-orang hebat. Kita memahami 
kemarahan Presiden kepada jajaran kabinet yang tak mampu bekerja ekstra untuk 
mengurangi penderitaan rakyat akibat korona. Rakyat pun sebenarnya juga marah 
dengan ketidakmampuan unsur pemerintah dalam membantu mereka. Kita juga 
memaklumi ultimatum Presiden untuk merombak kabinet dan membubarkan lembaga 
yang dianggap tak bisa memberikan kontribusi nyata. Jangan sampai kemarahan dan 
ultimatum itu sekadar gertak sambal. Kalau perlu, ganti segera pejabat yang 
dirasa memang tak mampu bekerja karena kita tak mau terus membuang-buang waktu.

Sumber: 
https://mediaindonesia.com/editorials/detail_editorials/2048-kemarahan-presiden-kemarahan-rakyat







Kirim email ke