Kasus besar orang-orang juga besar dan tinggi-tinggi kursi mereka. Tekananannya pun luar biasa dahsyatnya. Monggo-monggo, plissss korupsi!
https://www.hidayatullah.com/berita/nasional/read/2019/10/26/172664/ketua-kpk-ada-tekanan-kuat-saat-menangani-kasus-besar.html Ketua KPK: Ada Tekanan Kuat saat Menangani Kasus Besar Sabtu, 26 Oktober 2019 - 19:03 WIB “Pressure (tekanan)-nya juga cukup kuat, baik pada saya sendiri maupun lingkungan saya termasuk keluarga,” ungkap Agus. *Hidayatullah.com*– Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengakui bahwa kasus besar dugaan korupsi pan dihentikan, padahal tidak, katanya. Pimpinan KPK tertekan, termasuk keluarga mereka. “*Pressure *(tekanan)-nya juga cukup kuat, baik pada saya sendiri maupun lingkungan saya termasuk keluarga,” ungkapnya. Tapi Agus tidak merinci perihal tekanan dimaksud. Yang jelas, hal itu nyata dan Agus menyatakan dirinya tidaklah takut. Agus menganggap hal itu merupakan tantangan dalam pekerjaannya. “Jadi itu mau tidak mau harus diakui, ada. Kasusnya saya enggak perlu sebut satu per satu ya. Tetapi kasus yang besar, melibatkan tokoh besar itu biasanya memang *complicated*, waktunya panjang dan memberikan tekanan yang cukup besar,” ungkapnya. Sebagai contoh, pada Januari 2019 lalu, Agus memang menerima ancaman dari orang tak dikenal. Di pagar rumah Agus, diletakkan benda berbentuk bom pipa. Bersamaan dengan itu, rumah Wakil Ketua KPK Laode M Syarif juga dilempar bom molotov.* Rep: Admin Hidcomenanganannya sangat susah dan biasanya lama prosesnya. Ketua KPK Agus Rahardjo sekaligus menampik tudingan bahwa pihaknya sengaja menghentikan beberapa kasus besar. “Kasus yang ditangani itu, kalau kasusnya besar, melibatkan orang penting, dan orang besar itu biasanya memang satu, penanganannya susah sekali dan biasanya lama,” ungkap Agus, Sabtu, (26/10/2019) kutip *INI-Net* di Jakarta. KPK mengakui, kasus yang melibatkan tokoh-tokoh besar, maka penanganan sulit dilakukan. Katanya, KPK pun mencari cara agar dapat menangani kasus itu. Akan tetapi, caranya tidak mudah, sehingga lama dan terkes Editor: Muhammad Abdus Syakur