Terus terang saya belum sempat mengenal almarhum secara pribadi 
kecuali hanya menikmati karya tulisannya. Salahsatu yang paling berkesan 
adalah sajaknya tentang harapan yang sirna. Terkesan karena ketika 
membaca sajak almarhum yang satu ini halaman belakang rumah sedangdigenangi 
aroma kembang jambu air.. Saat itu juga perih menjalar. Entah 
kapan almarhum dkk bisa menghirup lagi harumnya kembang jambu 
lalu memetiknya saat membuah.
MAWIE ANANTA JONIE:
KETIKA AKU MEMETIK SEBUAH JAMBU
Ketika aku memetik sebuah jambu siang itu di halaman,dari langkan rumah tua 
kucium bau kembang pernah jadi impian.
Puluhan tahun yang lalu hidup ini kurancang rancang,jadi petani dengan dara 
anak peladang.
Ketika aku pulang kampung dia pun sudah beranak cucu,dan di dalam doa dan restu 
kami bertemu.
Lalu hujan lebat turun di tengah malam,titiknya jatuh atas mimpiku diamdiam.
Amsterdam, 18/02/2008

--- lusi_d@... wrote:


 Para sahabat yang baik.

Mengenang Bung Mawie saya tampilkan salah satu
ciptaan syairnya delapan tahun lalu:

MAWIE ANANTA JONIE:

KERISAUAN HATI SEORANG EKSIL

Dari sini di negeri orang ini kami mencium bau rumput,
yang diinjakinjak langkah penabur hutang dan maut.

Tanah-tanah terkelupas dan darah rakyat mengalir,
juga kami mencium bau asin gumpalan anyir.

Adakah kita catat sayang bahwa dari tambang,
berapa lagi emas dan perak memikul hutang?

Dan di laut minyak dan mutiara yang dicuri,
kapan jadi milik rakyat jelata ini?

Nyanyian negeri yang kaya raya,
jangan tinggal impian saja!

Amsterdam, 21/10/2009 

Lusi.-
130917

Kirim email ke