-- 
j.gedearka <j.gedea...@upcmail.nl>


https://mediaindonesia.com/read/detail/360851-membumikan-merdeka-belajar-lewat-setara-daring




https://mediaindonesia.com/read/detail/360851-membumikan-merdeka-belajar-lewat-setara-daring



Sabtu 14 November 2020, 04:15 WIB 

Membumikan Merdeka Belajar lewat Setara Daring 

Subi Sudarto Koordinator Fungsi Kesetaraan Widyaprada Ahli Muda Kemendikbud | 
Opini

   Membumikan Merdeka Belajar lewat Setara Daring Ilustrasi MERDEKA Belajar 
yang menjadi jargon Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sejatinya bukan hal 
baru dalam proses pendidikan nasional. Sesungguhnya, sudah sejak dua dekade 
belakangan ini model pembelajaran serta proses pelaksanaanya telah memerdekakan 
peserta didik, serta guru untuk mengedepankan daya kreasinya. Dalam sejarahnya, 
pendidikan kesetaraan telah mengalami 3 fase perkembangan sesuai dengan 
prioritas yang hendak dicapai. Periode pertama, pada 1945 hingga 1990, program 
yang dijalankan ialah pemberantasan buta huruf, keaksaraan fungsional dengan 
Paket A. Periode kedua, pada 1991 hingga 2004, yaitu pengembangan Paket A dan 
Paket B dengan hasil ujian nasional pertama untuk Paket A dan Paket B setara 
SMP, pelaksanaan ujian nasional Paket C setara SMA/MA, dan dicantumkannya 
pendidikan kesetaraan dalam UU Sisdiknas Tahun 2003. Hasilnya, pendidikan 
kesetaraan Paket A dan Paket B menyukseskan wajib belajar (wajar) pendidikan 
dasar 9 tahun, dan peserta UN Paket C meningkat sampai 50%, serta pelatihan 
tutor dan master training. Pada periode ini, juga ada pengesahan kurikulum 
berbasis kompetensi (KBK) dan perluasan akses lintas departemen, yang hasilnya 
pengintegrasian kurikulum kecakapan hidup, pengembangan Paket B plus voucer 
untuk pemuda penganggur, dan perjanjian kesepakatan (MoU) dengan Kementerian 
Pertanian, Kementerian Agama, Kementerian Kelautan, Kementerian Kehakiman dan 
HAM. Periode ketiga, dari 2005 sampai 2008, diarahkan pada pendidikan 
kesetaraan, dengan menyelenggarakan proses pembelajaran yang berorientasi pada 
pencapaian standar kompetensi lulusan (SKL) dengan tiga pendekatanya itu: 
materi ajar, yang bermuatan literasi dan life skill, pengorganisasian materi 
secara tematik, proses pembelajaran yang bersifat induktif, dan penilaian 
kompetensi. Pada periode ini juga dikembangkan layanan pendidikan kesetaraan 
dalam bentuk diversifikasi layanan pangkalan belajar, yaitu sistem pelayanan 
yang menghubungkan antara pangkalan (homebased) dan daerah-daerah penyangga 
(hinterland) pada kawasan khusus, seperti kawasan perbatasan dan pulau kecil. 
Pembelajaran langsung, yaitu model layanan pembelajaran yang dilakukan secara 
langsung. Lalu, ada layanan pendidikan bergerak (mobile education service) atau 
kelas berjalan (mobile classroom), yang merupakan pelayanan pendidikan dengan 
sistem jemput bola (door to door) yang dilakukan oleh tutor pada peserta didik 
dari satu tempat ke tempat yang lain. Berikutnya E-Learning, yaitu pembelajaran 
pendidikan kesetaraan secara online (daring) sebagai alternatif bagi peserta 
didik yang relatif sulit untuk bertemu langsung. Cahaya baru Dunia pendidikan 
di Indonesia memancarkan cahaya harapan di mata masyarakat. Pasalnya, anak-anak 
putus sekolah dan anak dari keluarga kurang mampu yang tidak sanggup 
menyekolahkan anaknya tetap bisa mengenyam pendidikan serta mengembangkan 
keterampilan melalui pendidikan nonformal berbasis digital. Wajar 12 tahun pun 
bukan hanya slogan, tetapi telah menjadi solusi konkret dan merata yang bisa 
dirasakan masyarakat. Saat ini, untuk mengatasi anak putus sekolah dan anak 
dari keluarga tidak mampu, Ditjen PAUD Dikdasmen melalui Direktorat Pendidikan 
Masyarakat dan Pendidikan Khusus telah menyelenggarakan pendidikan berbasis 
online melalui seTARA daring. Program ini merupakan sebuah inovasi layanan 
pembelajaran pendidikan kesetaraan yang dapat dijadikan pilihan moda 
pembelajaran melalui ruang kelas digital yang dapat diakses kapan saja dan di 
mana saja. Hal ini dilakukan guna mengantisipasi revolusi industri yang 
memasuki era keempat dalam sejarah peradaban manusia. Pada industri 4.0, 
teknologi manufaktur sudah masuk pada tren otomatisasi dan pertukaran data. Hal 
tersebut mencakup sistem siber-fisik, IoT, cloud computing, dan cognitive 
computing. Tren ini telah mengubah banyak bidang kehidupan manusia, termasuk 
ekonomi, dunia kerja, bahkan gaya hidup. Singkatnya, revolusi industri 4.0 
menanamkan teknologi cerdas yang dapat terhubung dengan berbagai bidang 
kehidupan manusia. Mengantisipasi era industri 4.0, Direktorat Pendidikan 
Masyarakat dan Pendidikan Khusus menyelenggarakan pendidikan berbasis digital 
melalui Massive Open Online Course (MOOC). Melalui sistem ini, peserta didik di 
mana pun bisa mengikuti program pembelajaran secara gratis dan interaktif. 
Pengguna seTARA daring per November 2020 tercatat ada 1.554 satuan pendidikan, 
13.045 tutor/pendidik, dan 43.362 peserta didik, dengan total seluruh pengguna 
mencapai 56.407 yang mengikuti pembelajaran berbasis digital. Mereka belajar 
sambil bekerja. Bisa mengakses belajar melalui website, android, dan iOs. 
Adapun untuk peningkatan peserta didik kesetaraan dapat dilacak melalui ujian 
paket kesetaraan yang mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada 2018 diikuti 
sebanyak 118.504 peserta didik Paket B dan 212.481 peserta didik Paket C. Lalu, 
pada 2019 meningkat menjadi 155.183 peserta didik Paket B dan 279.231 peserta 
didik Paket C. Peserta ujian kesetaraan ini semuanya mengikuti UN berbasis 
komputer. Pemerintah juga memberikan kemudahan bagi peserta didik atau warga 
belajar pendidikan kesetaraan dengan menyertakannya sebagai penerima Program 
Indonesia Pintar (PIP). Pada anggaran tahun 2019, usulan bagi warga belajar 
pendidikan kesetaraan Paket A, B, dan C sebanyak 544.102. Namun, yang 
direalisasikan sebanyak 169.127, dan pada 2020 sudah diusulkan sebanyak 372.005 
ke Pusat Layanan Bantuan Pendidikan (Puslapdik). Saat ini, besaran dana bantuan 
PIP untuk pemegang KIP per bulan berkisar Rp450 ribu hingga Rp1 juta. Besaran 
PIP per tahun untuk Paket A/SD sebesar Rp450 ribu, Paket B/SMP sebesar Rp750 
ribu, dan Paket C/SMA sebesar Rp1 juta. Semua upaya pemerintah ini dalam rangka 
peningkatan layanan pendidikan bagi seluruh masyarakat, serta pendidikan yang 
berkualitas dan merata. Hingga pendidikan kesetaraan tercatat berhasil dalam 
beberapa hal, seperti meningkatnya jumlah peserta didik dan lulusan, juga 
meluasnya keragaman karakteristik sasaran program dan jangkauan akses 
pendidikan kesetaraan. Berikutnya, meningkatnya rata-rata nilai hasil UN dan 
bervariasinya satuan pendidikan program Paket A, B, dan C. Yang lebih menarik, 
terjadi perkembangan inovasi pendidikan kesetaraan, termasuk model jemput bola 
dan sekolah rumah (homeschooling). Diakui, meningkatnya pemahaman masyarakat 
tentang pendidikan kesetaraan tersebut berkat keterlibatan berbagai pihak 
(legislatif, selebritas, tokoh agama, pegiat pendidikan) dalam sosialisasi 
pendidikan kesetaraan.

Sumber: 
https://mediaindonesia.com/read/detail/360851-membumikan-merdeka-belajar-lewat-setara-daring







Kirim email ke