Polemik Ganjar Baca Puisi, 

Pengamat: Akan Ada Orang yang Manfaatkan Isu SARA
Kamis, 12 April 2018 | 7:25

http://sp.beritasatu.com/home/polemik-ganjar-baca-puisi-pengamat-akan-ada-orang-yang-manfaatkan-isu-sara/123568



Gun Gun Heryanto. [antaranews] 

Berita Terkait

  a.. Petani Pengecer Pupuk Jateng Dukung Kartu Tani Ganjar 
  b.. Ganjar Sebut Surat Edaran ke Kades dan Lurah, Fitnah 
  c.. Sukseskan Pilgub Jateng dan Pilpres, Nasdem Siapkan 29 Armada Truk 
  d.. Penyebar Isu SARA Puisi Gus Mus Dilaporkan ke Polisi 
  e.. Bacakan Puisi Gus Mus, Ganjar Diserang Isu SARA
[JAKARTA] Bait puisi ciptaan Pengasuh Pondok Pesantren Roudlotut Tholibin, 
Rembang, Jawa Tengah KH. Mustofa Bisri berjudul ‘Kau Ini Bagaimana atau Aku 
Harus Bagimana’ yang dibacakan oleh Calon Gubernur Petahana Jawa Tengah, Ganjar 
Pranowo beberapa waktu lalu, beberapa bait pusinya dianggap telah menyudutkan 
umat Islam karena ditafsiri sebagai panggilan adzan.

Pengamat komunikasi politik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah 
Jakarta, Gun Gun Heryanto, menyatakan akan ada saja orang yang memanfaatkan isu 
SARA sebagai serangan politik.

“Dalam konteks pemilu, pilkada ya memang akan ada saja orang yang kemudian 
memanfaakan isu primordial, isu suku, agama, ras antargolongan (SARA) itu 
sebagai political treatment.” Ujar Gun Gun, di Jakarta, Rabu (11/04/2018).

Gun Gun menjelaskan, pernyataan Ganjar Pranowo dalam puisi itu bisa dijadikan 
semacam taking campagne untuk menyerang, hal ini memang sangat biasa dalam 
konteks pemilu, namun Gun Gun menyesalkan kalau ada kelompok yang mengexploitir 
isu sara, sebab isu sara memiliki daya ledak yang sebenarnya riskan memecah 
belah masyarakat.

“Jadi sebaiknya memang para kandidat maupu timses itu menghindari topik yang 
hubunganya dengan isu sara dan berganti dengan pertarungan gagasan.” Ulasnya

Menurut Gun Gun, semua isu sara di moment pemilu sasaranya untuk menurunkan 
atau mendelegitimasi citra, elektabilitas lawan politik, disemua pilkada akan 
muncul isu-isu yang memanfatkan isu sara. “Hanya masalahnya adalah apakah itu 
melanggar hukum dan kalau melanggar hukum kemudian seperti apa tindak 
lanjutnya, tapi kalau sekadar mengkritik puisi Ganjar ya itu menurut saya 
sah-sah saja melakukan kritik, hanya jangan terlalu berlebihan sehinga masuk 
ranah Character assasination (pembunuhan karakter),’’ tegasnya.

Sementara itu, Wakil Sekretaris Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber daya 
Manusia (Lakpesdam) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Jamaluddin Mohammad 
menyampaikan ketidak setujuan penggalan bait puisi Gus Mus itu menyinggung 
adzan panggilan sholat umat islam.

“Bukan bicara soal adzan, dalam kerangka besar puisi itu, ia hanya menyinggung 
soal formaslisasi islam secara garis besar. Islam yang hanya dikulit tetapi 
tidak sampai jadi laku spritiual sehari hari, tidak menjadi amaliyah tetapi 
hanya pada tingkatan formalisme islam saja, tidak pada subtansinya itu 
sebetulnya dari keseluruhan puisi. Jadi soal formalisme islam,” terangnya.

Jamal melanjutkan, melihat puisi itu harus dari keseluruhan bukan dari 
penggalan kata perkata karena ada jalinan, kalau kita memahami itu mesti dari 
urutan atas ke bawah. Tidak boleh dipenggal penggal karena puisi itu mengatakan 
sesuatu dan dia tidak bisa ditafsiri setengah-setengah, “Memahami puisi itu 
harus utuh harus secara keseluruhan.” Terangnya.

Bait puisi tersebut konteknya bukan sedang melecehkan adzan, bukan karena 
setiap saat adzan itu kita harus menggunakan pengeras suara. Melainkan sejauh 
mana memahami Tuhan itu sendiri, “yang saya tekankan bahwa itu adalah majas 
metafor, kalau metafor maka yang digunakan bukan makna leterlek, memahai 
kesenian itu bukan seperti matematika bukan satu tambah satu dua, bisa satu 
tambah satu ya empat atau lima,” tutupnya. [PR/L-9]



Kirim email ke