Rekam Jejak Buruk HAM AS Dihujani Kritik Ratusan Negara
2020-11-12 11:03:24  
http://indonesian.cri.cn/20201112/33206eff-2a91-1ab6-f7c0-54c7e2f16f0f.html
 
Dalam pertemuan yang berlangsung 210 menit, sebanyak 110 negara termasuk sekutu 
AS beramai-ramai mengajukan pertanyaan atau memberikan kritikan pedas terhadap 
rekam jejak hak asasi manusia AS. Itulah fenomena yang terjadi dalam sidang 
Dewan Pengurus HAM PBB yang sempat membahas rekam jejak HAM AS. Pada hari yang 
sama, kasus akumulatif COVID-19 di AS menembus angka 10 juta dan angka Kematian 
mendekati 240 ribu jiwa.



Para politikus AS terbiasa main tuding terhadap HAM negara lain, namun mereka 
mau tak mau harus bungkam di hadapan angka terinfeksi dan angka Kematian di 
negerinya. Sebagai negara yang paling kuat di dunia, baik di bidang ekonomi 
maupun iptek, kenapa hak kelangsungan hidup dan hak perkembangan di AS 
diinjak-injak seperti ini?



Satu-satunya penjelasan yang masuk akal ialah perihal itu terjadi karena para 
politikus AS bersikeras menempatkan politik pemilu dan kepentingan modal di 
atas keselamatan nyawa masyarakat.



Pandemi COVID-19 yang menghadapkan AS pada tantangan berat telah memperburuk 
perselisihan antar ras di AS. Menurut statistik terbaru CDC AS, di kelompok 
penduduk yang berusia 30-39 tahun, angka Kematian untuk warga keturunan 
Latin-Amerika dan Afrika masing-masing adalah 38,4 dan 27,9 persen, jauh lebih 
tinggi dibanding angka 20,2 persen untuk masyarakat kulit putih.



Kematian yang semestinya dapat dihindari itu tidak hanya menonjolkan 
diskriminasi struktural di masyarakat AS, tapi juga mencerminkan kekurangan dan 
kelemahan dalam sistem politik AS.



Walaupun menghadapi bertubi-tubi masalah dalam HAM domestik, namun para 
politikus AS masih nekat mengulurkan tangan kotornya ke seluruh dunia dengan 
menimbulkan satu per satu kecelakaan kemanusiaan. Di Iran, akibat sanksi tak 
beralasan AS, para pengidap diabetes di negeri itu harus sabar menunggu untuk 
diberikan suntikan insulin yang sangat langka karena sanksi AS. Kehidupan 
masyarakat menjadi semakin sengsara karena pandemi COVID-19. Menghadapi keadaan 
serupa, para politikus AS tidak mengulurkan tangan membantu, malah menambah 
sanksinya. Bahkan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo dengan tidak malu bersilat 
lidah bahwa “AS tidak hanya membahas HAM, juga menyayangi dan membela HAM”.



Akan tetapi seluruh dunia sudah jelas melihat wajah sejati AS yang bukan 
membela HAM, malah terus menginjak-injak HAM. Begitu banyak nyawa yang tak 
berdosa sudah melayang gara-gara kebrutalannya. Sudah saatnya para politikus AS 
yang egois untuk melakukan introspeksi atas dirinya sendiri.

Kirim email ke