-- 
j.gedearka <j.gedea...@upcmail.nl>



https://news.detik.com/kolom/d-5186069/svargabumi-agrowisata-dan-pemulihan-ekonomi?tag_from=wp_cb_kolom_list




Kolom

Svargabumi, Agrowisata, dan Pemulihan Ekonomi

Dian Yuanita Wulandari - detikNews

Kamis, 24 Sep 2020 13:10 WIB
0 komentar
SHARE
URL telah disalin
SvargaBumi
Agrowisata Svargabumi di Magelang, Jawa Tengah yang sedang "hits" (Foto: Eko 
Susanto)
Jakarta -

Kehadiran destinasi wisata bernama Svargabumi belum lama ini menjadi topik yang 
ramai diberitakan di media sosial. Destinasi tersebut menyuguhkan panorama 
persawahan berlatar Candi Borobudur dan mengusung keunggulan spot instagramable 
yang elegan.

Ide "berwisata" ke areal persawahan sebenarnya merupakan hal sederhana yang 
sebagian besar dari kita barangkali pernah melakukannya. Hal yang menjadi beda 
karena Svargabumi tidak sekadar menyajikan bentangan sawah, tetapi juga konsep 
tata ruang yang estetis dan tawaran kuliner yang menarik.

Pembangunan Svargabumi menerapkan kolaborasi antara petani dengan penyedia jasa 
wisata. Dari unggahan Instagram yang dibagikan oleh Gubernur Jawa Tengah Ganjar 
Pranowo, luas total lahan yang disewa Svargabumi berkisar 20 hektar selama 10 
tahun dengan biaya sewa 80 juta/ha/tahun. Selama usaha wisata berlangsung, 
petani tetap mendapat kesempatan untuk menggarap lahan tersebut secara 
produktif.

Usaha kolaboratif antara sektor pertanian dan pariwisata tersebut dikenal 
dengan istilah agrowisata.

Menjadi Peluang

Bukan hal baru jika agrowisata selalu mencuri perhatian mayoritas masyarakat 
Indonesia. Kementerian Pertanian (2019) mengungkapkan bahwa kecenderungan 
preferensi dan motivasi wisatawan saat ini beralih pada pemenuhan kebutuhan 
dalam bentuk menikmati objek-objek spesifik seperti udara yang segar, 
pemandangan, pengolahan produk secara tradisional, hingga wawasan tentang 
produk pertanian yang sudah jadi.

Kecenderungan tersebut tentu menjadi peluang tersendiri bagi sektor pertanian 
dan pariwisata untuk menggeliatkan agrowisata di Indonesia. Sebagai negara 
agraris, Indonesia memiliki sumber daya pertanian yang luas dan berlimpah. 
Sektor pertanian merupakan sektor yang dinilai paling resilien khususnya selama 
masa pandemi Covid-19.

Berdasarkan rilis BPS pada Mei 2020, sektor pertanian mengalami pertumbuhan 
sebesar 2,19% pada saat sektor unggulan lain seperti industri, perdagangan, dan 
manufaktur mengalami kemerosotan. Sebagai negara yang dikenal dengan surga 
wisata, sektor pariwisata merupakan sektor penghasil devisa negara terbesar 
nomor dua di Indonesia. Agrowisata mengkombinasikan produk dan jasa dari sektor 
pertanian dan pariwisata sehingga mampu mengoptimalkan nilai tambah secara 
simultan.

Merujuk pada laman resmi dari Kementerian Pertanian yang memuat direktori 
agrowisata di Indonesia (http://database.pertanian.go.id/agrowisata/), terdapat 
lebih dari 100 lokasi agrowisata yang sudah dikembangkan di sepuluh provinsi. 
Informasi tersebut sifatnya belum final dikarenakan pengembangan agrowisata di 
daerah lain masih terus berlanjut.

Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa agrowisata memberikan kontribusi 
positif bagi daerah dan masyarakat. Pengembangan agrowisata berpeluang untuk 
meningkatkan perekonomian masyarakat, menyerap tenaga kerja utamanya di 
perdesaan, menumbuhkan kecintaan generasi muda pada sektor pertanian, serta 
turut memajukan pariwisata di Indonesia.

Sejalan dengan hal tersebut, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif 
menargetkan Indonesia dapat memiliki 2.000 desa wisata dan terus mendorong 
potensi desa yang dapat dijadikan sebagai desa wisata. Data Kementerian Desa, 
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (2019) menyebutkan, sebanyak 
1.902 desa berpotensi sebagai desa wisata dengan sumber daya yang dimiliki, 
salah satunya sektor pertanian.

Pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 yang baru 
saja disusun, pengembangan dan pengelolaan destinasi di kawasan perdesaan 
menjadi salah satu fokus bahasan. Tujuannya yaitu untuk memulihkan ekonomi 
serta reformasi sosial di desa-desa pasca Covid-19. Sasaran utama upaya 
pemulihan ekonomi tersebut pada dasarnya ditargetkan untuk membangkitkan sektor 
industri, pariwisata, dan investasi.

Lebih lanjut, Kemenko Bidang Pemberdayaan Manusia dan Kebudayaan dalam rilisnya 
(Juni, 2020) menyampaikan, desa-desa wisata baru akan didorong untuk 
terintegrasi dengan inovasi digital. Rencana ini sangat perlu diapresiasi dan 
didukung. Akan lebih baik jika pembangunan desa wisata baru tersebut juga 
difokuskan pada desa-desa yang memiliki potensi sektor pertanian yang besar.

Sektor pertanian yang dimaksud tidak terbatas pada subsektor tanaman pangan, 
tetapi juga subsektor hortikultura, peternakan, perikanan, dan kehutanan. 
Sinergi antara sektor pertanian dan pariwisata dengan melibatkan masyarakat 
lokal di desa setempat diperkuat dengan sentuhan inovasi digital akan semakin 
meningkatkan nilai tambah yang pada akhirnya mengakselerasi pemulihan ekonomi.

Konsep Keberlanjutan

Pengelolaan agrowisata harus memenuhi konsep keberlanjutan. Jika agrowisata 
menjadi atraksi unggulan di desa wisata, maka eco-village bisa menjadi gaung 
yang pas.

Eco-village merupakan suatu konsep keberlanjutan yang mengoptimalkan potensi 
sumber daya alam di desa. Konsep ini menjunjung keberlanjutan baik secara 
ekologis, ekonomi, sosial, serta budaya, dan kini semakin tren di dunia 
utamanya di negara-negara maju.

Salah satu eco-village yang terkenal di Indonesia yaitu Eco-village Silimalombu 
Samosir, Sumatera Utara yang mengusung konsep bertemakan botanical garden. 
Pengunjung dapat beraktivitas bersama penduduk desa mulai dari bercocok tanam, 
memanen padi, memetik buah mangga, memancing ikan atau lobster di tepi Danau 
Toba, dan mengolah berbagai hasil pertanian lainnya.

Pembangunan agrowisata perlu memiliki pola kolaborasi yang baik antara 
masyarakat, pemerintah mulai dari level desa hingga pusat, pelaku usaha, dan 
wisatawan. Kesiapan dari berbagai elemen untuk membangun agrowisata di tengah 
pandemi Covid-19 merupakan tantangan tersendiri.

Survei Wego menyebut bahwa saat ini masyarakat cenderung memilih destinasi 
wisata yang konsisten dalam menerapkan protokol kesehatan di ruang publik. Hal 
ini perlu menjadi perhatian bagi pengelola. Di samping tentu saja melengkapi 
atraksi dengan tren perkembangan zaman untuk menarik pengunjung, misalnya 
dengan pengadaan spot instagramable seperti apa yang terdapat di Svargabhumi, 
atau menggemakan semboyan "back to nature".

Agrowisata memberi angin segar bagi kelesuan ekonomi saat ini. Jika diupayakan 
dengan maksimal, maka akan memberikan multiplier effects yang besar. Kehadiran 
agrowisata mampu membangun masyarakat desa, menggeliatkan kegiatan 
perekonomian, melestarikan lingkungan secara gotong royong, hingga turut andil 
dalam menjaga ketahanan pangan bangsa.

Dian Yuanita Wulandari M.Sc Candidate pada Magister Manajemen Agribisnis UGM, 
anggota Asosiasi Logistik Indonesia

(mmu/mmu)
svargabumi
svargabumi borobudur
agrowisata
pemulihan ekonomi






Kirim email ke