Bung Lusi yb,

Saya belum pernah baca tulisan Tan Malaka ttg Teori Aslia itu, ... kalau 
berkenan dan ada waktu luang, boleh juga bung kutipkan lagi bagian yang paling 
penting dari tulisannya itu, biar kita semua bisa mengikuti lebih jernih 
pemikiran Tan Malaka ketika itu.

Tentang Tan Malaka saya hanya pernah baca buku “Tan Malaka dan Gerakan Kiri 
Minangkabau” oleh Zulhasril Nasir. Dibuku ini dinyatakan, kekecewaannya pada 
PKI yg melakukan Pemberontakan Banten (1926), Tan mendirikan PARI, ... 
gagasannya Persatuan Komunisme dan Islam (Pan Islamisme) mengakibatkan Tan 
berseberangan dengan Stalin. Nampaknya sejak tahun 1926 itu Tan sudah didepak 
keluar dari PKI, atau maksud bung Tan keluar sendiri dari PKI dan mendirikan 
PARI? Atau Bung menemukan DATA akurat yang bisa diajukan untuk membuktikan? 

Sekalipun dijaman Jepang dan disekitar Perjuangan Kemerdekaan, Tan masih 
bertemu tokoh PKI garis keras melawan Jepang, sampai pada usaha penculikan 
Soekarno-Hatta ke Rengasdengklok dan penculikan PM Syarir ditahun 1946 yang 
gagal itu, bahkan saat Peristiwa Madiun, 1948 Tan mendirikan MURBA dan 
menyingkir ke Kediri mengumpulkan PKI/FDR melanjutkan perang gerilya melawan 
Belanda/Sekutu. Tahun 1949 Tan tertangkap dan ditembak-mati, ... sementara saya 
pernah dengar yang menembak mati justru kw sendiri, tapi ternyata hasil 
penelitian Harry Poeze, Tan ditembak mati TNI, Letda Soekotjo, Batalyon 
Sikatan-Brawidjaja. (Wikipedia-Tan Malaka) Entah yang mana benar???

Salam,
ChanCT


-----原始郵件----- 
From: Lusi D. 
Sent: Sunday, January 8, 2017 7:29 PM 
To: Chan CT 
Cc: nasional-l...@yahoogroups.com ; ajeg ajegil...@yahoo.com [GELORA45] ; Gol ; 
Tatiana Lukman ; Roeslan ; Sie Tik Tan ; Harry Singgih ; Mitri ; Farida Ishaja 
; Rachmat Hadi-Soetjipto ; Jonathan Goeij ; Lingkar Sitompul ; 
ronggo...@gmail.com ; Kristian Ginting ; Daeng ; wuting...@sina.com ; 
oromana0...@gmail.com ; hars...@t-online.de ; tikn...@yahoo.com ; Marsiswo 
Dirgantoro ; Bilven-Ultimus ; Boni Triyana ; N. Nugroho 
Subject: Re: [GELORA45] Dari Maklumat, Penculikan, sampai Pembunuhan [1 
Attachment] 

Walaupun terlambat perlu saya kemukakan, kalau menurut kejadian
sejarahnya Tan Malaka tidak didepak dari PKI, melainkan dia sebagai
pimpinan utama PKI tidak membangun PKI kembali dan membentuk partai baru
yang dinamakan PARI singkatan Partai Republik Indonesia. Kalau menurut
kesaksian Alimin bahkan untuk membangun PARI itu Tan Malaka menggunakan
uang milik Komintern. Faktual, apa yang bung Chan kemukakan itu tidak
bisa dibuktikan keabsahannya. Karena itu tidak bisa dikemukakan "didepak
keluar dari PKI" seperti yang bung kemukakan itu.

Bung Chan pernah membaca tulisan Tan Malaka ttg teori Aslia Tan Malaka?
Untuk menambah pengetahuan ttg Tan Malaka baik sekali dipelajari
teorinya itu dan sekaligus secara tidak langsung bisa kita ikuti
bagaimana sejarah perkembangan berfikir dan pengetahuan para
founding-mother and -father kita waktu itu untuk menyimpulkan wilayah
Indonesia sekarang ini.

Pendapat lainnya saya kira itu hasil pemikiran dan dayatangkap
masing-masing ttg pengalaman langsung perjuangan Soemarsono ikut
dalam membangun Nasion Indonesia sesuai dengan metode berfikir dan sikap
maupun pendiriannya.

Salam. Lusi.-



Am Sun, 11 Dec 2016 09:38:11 +0800 schrieb "Chan CT"
<sa...@netvigator.com>:

> Terimakasih, bung Lusi! Satu kutipan tulisan Soemarsono saat terjadi
> penculikan 3 Juli 1946 itu, ... dan dari kutipan itu sangat jelas
> menyatakan, bahwa letkol. Soeharto yang terlibat penculikan 3 Juli
> 1946 itu adalah jenderal Soeharto yang kemudian menjadi Presiden RI
> ke-2! Dan, ... juga JELAS letkol. Soeharto ketika itu “KAWAN KITA”,
> bersama-sama Pramudji, Soemarsono di Pemuda Pathook, grupnya PESINDO
> dari Partai Sosialis ketika itu!
> 
> Jadi, ... kenyataan memang membuktikan sejal jaman Rev. Agustus itu,
> Soeharto sudah tergolong KIRI, ... yang berpihak pada gerakan
> komunis! Yang menjadi PERTANYAAN, sejak kapan Soeharto berubah
> pandangan/pendirian menjadi ANTI-KOMUNIS, penghianat? Atau Soeharto
> itu JUSTRU seorang bermuka-dua yang diselundup masukkan dalam PKI!!!
> Benar sementara suara dibawah, bahwa DN Aidit TERTIPU Soeharto, ...!
> Satu KESALAHAN-FATAL, yang membuat PKI, yang selama itu menjadi
> kebanggaan Aidit telah menjadi partai komunis terbesar setelah PKT
> dan PKUS, digebuk hancur-luluh oleh jenderal Soeharto tidak lebih
> dari 8 jam saja!
> 
> Tapi, setelah membaca kutipan dibawah ini saya juga timbul
> pertanyaan, seandainya saja Soemarsono disaat itu sudah ada hubungan
> dekat dengan letkol. Soeharto, seperti dinyatakan dalam kalimat: “Di
> luar perhitungan mereka, ternyata Amir Sjarifuddin lolos dari
> penculikan itu dan kebetulan saya juga segera datang ke Istana dan
> ikut mengatur pasukan yang menjaga Istana bersama Letkol Suharto yang
> waktu itu menjabat Komandan Resimen di Yogya.” , kenapa pertanyaan
> pertama yang diajukan saat bertemu Soeharto: “Dik Harto terlibat
> ndak?” “Ndak mas, ndak mas.”
> 
> “Bener ndak?”
> 
> “Ndak.”
> 
> “Ha, ya sudah kalau tidak, sekarang pasukannya dislokasinya
> 
> di mana?” Nah kemudian dia kasih tahu.
> 
> “Ha sekarang coba, pasukannya itu digerakkan untuk membantu
> melindungi Istana.”, itulah yang saya katakan pada dia.
> 
> 
> 
> Seperti nampak Soemarsono ketika itu, sudah menaruh curiga pada
> letkol Soeharto? Bukankah lebih masuk akal, kalau pertanyaan pertama
> adalah bagaimana pengaturan keamanan Presiden Soekarno? Begitulah
> pernyataan penegasan, Soemarsono ketika itu TIDAK mengetahui letkol.
> Soeharto terlibat dalam penculikan 3 Juli 1946, “Di kemudian hari
> baru saya tahu bahwa Suharto sebenarnya terlibat dalam Peristiwa 3
> Juli 1946 itu. Dari buku Otobiografi-nya yang sudah diterbitkan itu
> baru diketahui, bahwa Suharto ternyata ada hubungan dengan komandan
> divisi yang waktu itu terlibat, yaitu Sudarsono.” 
> 
> Lalu, ... Amir ke Istana menemui Bung Karno, tapi bisa mengatakan
> kenapa bung Karno diam saja? Darimana bung Karno bisa mengetahui hari
> itu terjadi penculikan???  Amir cuma mengatakan: “Saya lari ke
> Istana, tapi lihat itu. Presiden bukan bertindak untuk menolong, tapi
> malah kehilangan akal.” ...“ Yaa, itulah kenyataannya, kehilangan
> akalnya apa bagaimana. Itu kenyataan pada waktu itu Bung Karno kayak
> begitu dan itu kesaksian saya. Jadi waktu Amir diculik, Bung Karno
> mencari sesuatu yang gaib.” Demikian kata Soemarsono selanjutnya.
> Tentu kita semua tidak bisa mengetahui bagaimana kejadian apalagi
> menelusuri percakapan yang terjadi ketika itu sesungguhnya, ...
> namun, apa yang dinyatakan Soemarsono sebagai saksi hidup kejadian
> ketika itu, ... juga menimbulkan tanda tanya yang masih sulit
> terjawab dengan persengketaan POLITIK yang terjadi ketika itu. Banyak
> hal yang mesti diteliti lebih lanjut, bagaimana jalan pikiran dan
> garis POLITIK kelompok-kelompok yang bertarung ketika itu
> sesungguhnya, tanpa berkeras menganggap dirinya sendiri yang PALING
> BENAR! 
> 
> Jelas ketika itu terjadi beda pendapat yang sangat sengit termasuk
> didalam barisan KIRI, yang sampai sekarang tetap menyudutkan Tan
> Malaka sebagai pengikut Tratsky dan diepak keluar dari PKI, lalu
> membentuk MURBA. Dan rupanya Tan Malaka juga terlibat dalam kudeta 3
> Juli 1946 itu, ... lalu menentukan dimana salahnya dan bagaimana yang
> BENAR dan lebih baik dijalankan sesuai dengan situasi yang dihadapi
> ketika itu???
> 
> 
> Salam,
> ChanCT
> 
> 
> -----原始郵件----- 
> From: 'Lusi D.' lus...@rantar.de [GELORA45] 
> Sent: Saturday, December 10, 2016 11:39 PM 
> 
> 
> 
> Para sahabat.
> Yang pertama kali melakukan budaya kudeta dalam sejarah Nasion
> Indonesia adalah klik Tan Malaka. Di kalangan kaum marxis-leninis
> terkenal sekali doktrin bahwa bagi kaum revolusioner sekali-kali tidak
> dibenarkan melakukan kudeta. Kudeta bertentangan dengan ajaran tentang
> revolusi.
> 
> Sebagai bahan studi sejarah, berikut ini saya turunkan kutipan buku
> Revolusi Agustus - Hasta Mitra hlm.64-70, dari salah seorang saksi
> langsung dalam Peristiwa 3 Juli 1946, Pak Soemarsono, dengan kedudukan
> waktu itu sebagai seorang Mayor Jendral, memberi perintah bersejarah
> langsung kepada letkol. Soeharto untuk melucuti pasukan Divisi
> Sudarsono yang sedang terlibat melakukan kudeta terhadap Presiden
> Soekarno di Yogyakarta pada tgl. 3 Yuli 1946. Saya kirimkan juga dlm
> format pdf.
> 
> 
> Kutipan mulai:
> 
> 5. Ambisi Tan Malaka dan Kudeta 3 Juli 1946
> 
> Walaupun Bung Karno sudah menjadi Presiden RI Tan Malaka masih terus
> berambisi ingin menjadi Presiden Republik Indonesia. Lalu caranya
> bagaimana? Ambisi Tan Malaka ini ada hubungannya dengan Soekarno dan
> termasuk juga dengan Hatta, tapi hubungannya yang menonjol itu dengan
> Soekarno. Sebenarnya ketika itu Soekarno masih suka diliputi rasa
> takut-takut, ngeri bagaimana kalau tertangkap oleh Sekutu. Sebab dia
> masih bisa dituduh sebagai kolaborator Jepang dan bisa diadili sebagai
> penjahat perang. Karena syak wasangkanya Soekarno itu, dia selalu
> ditakut-takuti oleh orang-orangnya Tan Malaka, antara lain oleh
> Soekarni, Chaerul Saleh dengan maksud supaya Soekarno siap bila suatu
> ketika Inggris atau Sekutu menangkap Soekarno, sambil mengajukaan
> pertanyaan:
> 
> “Kalau Bung Karno ketangkap lalu siapa yang menggantikan Bung Karno?”
> 
> Akhirnya mereka mengemukakan Tan Malaka yang akan menggantinya dan
> mereka tahu bahwa Soekarno kenal Tan Malaka ini. Orang yang pernah
> termasuk lingkaran pimpinan PKI, dia juga bukan sembarang orang.
> Akhirnya Soekarno minta bertemu dengan Tan Malaka dan pertemuan itu
> terjadi beberapa kali, yang terakhir kali pertemuan di rumah Dokter
> Suharto, dokter pribadi Bung Karno di Kramat, Jakarta. Bung Karno dan
> Tan Malaka datang ke situ dan tercapai satu persetujuan yang ditulis
> sendiri oleh Bung Karno yang intinya: ”Bila Bung Karno menemui
> halangan, tidak bisa melanjutkan tugasnya sebagai Presiden, maka
> kedudukan itu diserahkan kepada Tan Malaka.”. 
> 
> Dengan demikian Tan Malaka punya dokumen mandat. Kalau seandainya Tan
> Malaka benar jadi Presiden, Tan Malaka bisa mengatakan “Ini Soekarno
> menyerahkan jabatan kepresidenan kepada saya!”, jadi syah. Malah kalau
> testamen ini dibandingkan dengan kejadian G30S seperti Supersemar itu
> sebenarnya tidak syah, karena dengan Supersemar itu Suharto yang
> mengoper wewenang Bung Karno. Itulah sebabnya Suharto tidak berani
> mempublikasi Supersemar-nya, karena Soekarno hanya memberikan kuasa
> pengamanan saja kepada Suharto. Jadi bukan wewenang kepresidenan yang
> diserahkan, bukan menyerahkan supaya Suharto yang jadi presiden.
> 
> Karena Tan Malaka itu akalnya banyak akhirnya dia dapat surat kuasa
> dari Bung Karno itu. Itu benar saya lihat suratnya. Kalau Bung Karno
> berhalangan, maksudnya kalau Sekutu datang dan Bung Karno ditangkap,
> ‘kan kepresidenan jadi vacum, nah majulah itu Tan Malaka. Jadi menurut
> surat itu jelasnya apabila Bung Karno berhalangan. Tapi waktu kejadian
> Peristiwa 3 Juli 1946 itu Bung Karno tidak ada halangan apa-apa, kok
> Bung Karno dituntut oleh pengikut Tan Malaka supaya Tan Malaka
> dijadikan Presiden.
> 
> Untuk melaksanakannya dibikinlah suatu rekayasa dengan terlebih dahulu
> menculik Sutan Sjahrir, jadi Perdana Menterinya diculik. Lalu Amir
> Sjarifuddin, Menteri Pertahanan juga diculik, tapi bisa digagalkan.
> Kemudian mereka menggerebek Istana. Tetapi dalam waktu singkat setelah
> terjadi peristiwa penculikan itu saya berada di Istana Presiden di
> Yogya bersama Letkol Suharto yang waktu itu menjabat Komandan Resimen
> di Yogya. Orang-orang Tan Malaka itu menuntut pelaksanaan supaya Tan
> Malaka menjadi presiden. Padahal isi dalam surat itu pengertiannya
> yang benar, itu kalau Presiden berhalangan dan itupun maksudnya kalau
> Bung Karno ditangkap oleh Sekutu. Waktu itu tidak terjadi apa-apa yang
> menimpa Bung Karno, tapi dia dituntut supaya menyerahkan
> kepresidenannya kepada Tan Malaka dan kalau Bung Karno menyerahkan
> kekuasaan seperti yang memang benar ditulis pada testamennya itu,
> menyerahkan kepresidenannya, ya Tan Malaka yang menjadi Presiden pada
> 3 Juli 1946 itu dan waktu itu calon-calon menteri Tan Malaka sudah
> berdatangan di Istana.
> 
> Di luar perhitungan mereka, ternyata Amir Sjarifuddin lolos dari
> penculikan itu dan kebetulan saya juga segera datang ke Istana dan
> ikut mengatur pasukan yang menjaga Istana bersama Letkol Suharto yang
> waktu itu menjabat Komandan Resimen di Yogya. 
> 
> Saya kebetulan sedang menghadiri konferensi di Yogya dan juga ada
> pertemuan Pesindo waktu itu. Saya memang sering ke Yogya,Perjuangan
> Sesudah Jepang  karena ada kalanya menyelesaikan urusan-urusan yang
> memang saya musti kerjakan di Yogya. Dan saat-saat terakhir karena
> sering ada pertemuan dengan Panglima Besar Sudirman, dengan
> Djokosujono atau pertemuan Dewan Pertahanan Negara, jadi saya lebih
> banyak berada di Yogya.
> 
> Jadi hari itu tanggal 3 Juli 1946, Menteri Pertahanan Amir Sjarifuddin
> diculik. Peristiwa penculikan itu baru kami ketahui kemudian. Maksud
> penculikannya tidak tahu, juga dia mau dibawa ke mana. Dalam peristiwa
> penculikan itu Amir Sjarifuddin, di luar perhitungan mereka, sempat
> merebut senjata si penculik itu, dengan sigap dia todongkan senjata
> itu ke sopir yang menculik dan Amir Sjarifuddin memerintahkan - kiri -
> kanan - kiri - akhirnya masuk Istana. Kejadian ini saya ketahui
> kemudian dari cerita Amir Sjarifuddin sendiri.
> 
> Kembali pada kejadiannya. Sementara proses penculikan itu berlangsung,
> kami dari tempat penginapan pagi hari mendengar tembakan, kemudian
> melihat keluar, ini kok suara tembakan jurusannya ke arah tempat
> tinggal Amir di sana. Kita memang jadi waspada waktu itu dan rupanya
> memang tempat Amir itu diserang. Dia itu Menteri Pertahanan diserang
> oleh Kompi Jusuf dari Divisi Sudarsono di Yogya dan pasukan pengawal
> Menteri Pertahanan mempertahankan. Jadi itulah pasal terjadinya
> tembak-menembak itu, karena itu kami rombongan Pesindo, semua
> berangkat ke sana. Waktu pengawal di rumah Amir itu diserang, saya
> ikut bertempur juga di situ dan itu saya ikut secara perorangan saja,
> wong kami tidak membawa pasukan, ikut bertempur di situ untuk
> menghalau serangan terhadap Amir itu. Tapi rupanya Amir bisa lolos,
> dan penyerangnya kabur semua. Akhirnya pertempuran ini tidak
> diteruskan, lalu mereda begitu saja, pasukan mereka buyar dan lari.
> Dan kita tidak memperhatikan itu lagi. Kemudian kami mendengar bahwa
> Amir sudah dibawa pergi oleh suatu truk, jadi kami terus ikut pergi
> juga mencari ke jurusan mana truk itu pergi. Akhirnya kami mendengar
> bahwa Amir itu tilpun dari kepresidenan, dari Istana, artinya dia ada
> di Istana. Karena Amir Sjarifuddin sudah berada di Istana, lalu kami
> pagi itu terus menuju ke Istana dan kira-kira setengah enam pagi
> begitu saya sudah di Istana Presiden dan berjumpa Amir Sjarifuddin.
> Jadi yang pertama kali ketemu Amir di Istana ya rombongan kami, bukan
> saya saja, tapi teman-teman Pesindo juga yang masuk di Istana, Amir
> kelihatan masih gusar sekali. Di Istana saya juga berjumpa dengan
> Bung Karno. Saya ada di Istana, dan Amir juga.
> 
> Ini cerita the naked truth suasana pagi waktu itu. Amir masih pakai
> sarung dan baju piyama, dia bilang: “Coba lihat!” Yang dimaksudkan
> adalah Bung Karno. Waktu itu saya masuk ke ruangan, Bung Karno duduk
> bersila di kursinya, ada keris di depannya. Amir cuma mengatakan:
> “Saya lari ke Istana, tapi lihat itu. Presiden bukan bertindak untuk
> menolong, tapi malah kehilangan akal.” Maksudnya Amir, Soekarno ini
> kan Presiden, mustinya kan kalau dia pemimpin dia musti cari bantuan
> untuk menolongnya, tapi hij had niks gedaan (Dia tidak melakukan
> apa-apa). Yaa, itulah kenyataannya, kehilangan akalnya apa bagaimana.
> Itu kenyataan pada waktu itu Bung Karno kayak begitu dan itu kesaksian
> saya. Jadi waktu Amir diculik, Bung Karno mencari sesuatu yang gaib. 
> 
> Waktu itu semua yang berada di Istana belum tahu kalau itu suatu
> peristiwa kup. Dari Amir pun tidak ada ucapan kup begitu. Dari Amir
> pun tidak ada ucapan kup begitu, Dia tidak tahu, tapi dia cuma
> menunjukkan kepada kami mengapa dia tidak dapat pertolongan dari
> Soekarno. Kami juga tidak tahu apakah akan ada serangan pada Istana.
> Karena yang menjaga Istana waktu itu terdiri dari anak-anak dari
> Surabaya, kalau ndak salah waktu itu komandannya itu Ririhema
> namanya, karena saya sudah biasa dengan anak-anak Surabaya ini, jadi
> yang saya kerjakan waktu itu yah pokoknya mengatur persiapan membela
> Istana itu, kalau-kalau ada serangan seperti di rumah Amir tadi. Dan
> akhirnya itu saya ikut mengatur pertahanan, mengatur kesiapsiagaan
> pasukan anak-anak Surabaya itu. Lalu ada yang menyampaikan nama
> Suharto pada saya. Kalau tidak salah yang bilang itu Pramudji,
> sama-sama dari Yogya:
> 
> “Harto itu komandan resimen di Yogya, Harto itu kawan kita.” Karena
> dia termasuk dari golongan Pemuda Pathook itu, jadi mustinya dia juga
> bersama Sjahrir dan Sjahrir kan termasuk yang diculik juga waktu itu.
> Pramudji ini, dulu dia dari golongan Pemuda Pathook juga. Kemudian dia
> bersama saya di Surabaya menjadi salah satu komandan resimen. Kecuali
> itu Pramudji juga di Pesindo, sekarang sudah meninggal. Karena yang
> tahu tilpunnya juga Pramudji lalu saya bilang:
> 
> “Panggil Harto saja!” Jadi Suharto dipanggil oleh Pramudji.
> 
> Ketika itu dia masih overste, letnan kolonel, sebagai komandan Resimen
> di Yogya. Itulah saat saya mengenal Suharto untuk yang pertama kali
> dan bertatap muka dengan dia. Suharto cepat datang dari markasnya.
> Kalau tidak salah markasnya di Wiyoro, ada juga ditulis di buku
> Otobiografi-nya Suharto. Karena waktu itu Suharto dianggap berpihak
> pada kita juga, artinya dia musti membela Presiden. Dia punya satu
> resimen dan sudah tentu membesarkan hati kita. Tapi kita juga belum
> tahu kalau komandan Divisi Sudarsono ada di belakang penculikan ini.
> Jadi kita belum tahu kalau mereka merancang untuk kup itu.
> 
> Tentang Sudirman sikapnya tidak jelas. Memang Sudirman sering
> dikatakan tidak jelas begitu. Bahkan kita belum tahu kalau komandan
> divisi itu terlibat juga. Baru belakangan kita tahu, oo, ini mau kup.
> Ada Komandan Divisi Sudarsono, lalu mendengar juga kalau Panglima
> Besar Sudirman itu ada kemungkinan bisa bersama mereka. Karena itu
> kejadian ini peristiwa besar, makanya kita namakan kup. Kalau cuma
> serangan kepada Amir saja ya sudah, tapi ini termasuk rancangan besar
> Divisi Sudarsono, lalu ada juga kekuatiran kita kalau Sudirman juga
> ikut. Jadi perasaan kita, wah kekuatan kita kecil kalau menghadapi
> itu, sebab mereka memang besar-besaran, karena mau kup. Mau kup kan
> musti kekuatannya besar.
> 
> Ketika itu suasana kup sedang menguasai semua yang berada di Istana.
> Jadi pada waktu itu suasana setiap orang bisa tembak-menembak,
> bertempur satu sama lainnya. Saya tanya mula-mula pada Harto setelah
> saya tahu dia dari Pemuda Pathook, dari Partai Sosialis. Saya juga
> dari Partai Sosialis waktu itu. Dan hubungannya Suharto dekat dengan
> Dayino, Dayino itu godfather-nya Pemuda Pathook. Waktu Suharto ini
> sampai di Istana pertama kali yang saya tanyakan pada dia:
> 
> “Dik Harto terlibat ndak?”
> “Ndak mas, ndak mas.”
> “Bener ndak?”
> “Ndak.”
> “Ha, ya sudah kalau tidak, sekarang pasukannya dislokasinya
> di mana?” Nah kemudian dia kasih tahu.
> “Ha sekarang coba, pasukannya itu digerakkan untuk membantu melindungi
> Istana.”, itulah yang saya katakan pada dia.
> 
> Di Istana waktu itu sudah ada Mr. Mohamad Yamin. Pada waktu Peristiwa
> 3 Juli 1946 di Yogya itu dia berada di Istana Yogya. Saya ketemu
> dengan Chaerul Saleh, dia juga ada di Istana. Saya bersama Chaerul di
> Jakarta juga satu kelompok waktu gerakan pemuda proklamasi, hanya
> saya sudah berkedudukan di Surabaya, tapi kita terus nyambung.
> Chaerul Saleh pada waktu itu sempat mengatakan:
> 
> “Yah, kali ini kau menang Son, tapi lain kali, saya tangkep kau!”
> 
> “Yah, boleh aja. He, he.”
> 
> Dan saya akhirnya menangkapi calon-calon menterinya Tan Malaka yang
> sudah berada di Istana itu.
> 
> Karena kejadian di Istana itu, saya lalu mendatangkan pasukan dari
> Front Surabaya, termasuk pasukan dan komandannya Soengkono. Saya suruh
> tarik pasukan dari Kolonel Soengkono ini, akibat kejadian di Yogya
> itu. Hubungan saya dengan Soengkono itu ada sejarahnya ketika
> pertempuran di Surabaya, waktu itu saya memimpin pertempuran
> menghadapi pasukannya Mallaby – Inggris.
> 
> Sudah saya jelaskan di atas, waktu itu saya tidak tahu apakah Suharto
> ini terlibat atau tidak, saya tidak tahu. Di kemudian hari baru saya
> tahu bahwa Suharto sebenarnya terlibat dalam Peristiwa 3 Juli 1946
> itu. Dari buku Otobiografi-nya yang sudah diterbitkan itu baru
> diketahui, bahwa Suharto ternyata ada hubungan dengan komandan divisi
> yang waktu itu terlibat, yaitu Sudarsono. Di dalam Divisi Sudarsono
> itu ada Kompi Jusuf, kompi yang menculik Amir. Kecuali itu Suharto
> sebagai Komandan Resimen di Yogya juga dekat dengan Panglima
> Sudirman, dengan Sudarsono, Komandan Divisi yang terlibat dan ikut
> menggerakkan pasukannya untuk mendukung gerakan Tan Malaka 3 Juli
> 1946 ini. Jadi pada waktu Peristiwa 3 Juli 1946 itu Suharto sudah
> mencari jalan untuk mau ikut berkuasa, karena waktu itu juga Panglima
> Besar Sudirman dalam keadaan bimbang, apakah memihak Bung Karno atau
> memihak Tan Malaka.
> 
> Kutipan selesai.
> 
> Salam akhir minggu.
> Lusi.- 
> 
> --------------------
> 
> 
> 
> 
> 
> Am Fri, 9 Dec 2016 09:11:41 +0800
> schrieb "'Chan CT' sa...@netvigator.com [GELORA45]"
> <GELORA45@yahoogroups.com>:
> 
> > Dari Maklumat, Penculikan, sampai Pembunuhan
> > 
> > 7 Desember 2016
> > 
> > http://koransulindo.com/dari-maklumat-penculikan-sampai-pembunuhan/ 
> > 
> > Pelantikan Kabinet Sjahrir
> > 
> > Koran Sulindo – Istilah makar atau kudeta kembali menjadi populer
> > belakangan ini di Tanah Air. Dalam buku Political Order in Changing
> > Societies (1968), Samuel P. Huntington memilah kudeta menjadi tiga:
> > kudeta sempalan, kudeta wali, dan kudeta veto.
> > 
> > 
> > 
> > Kudeta sempalan dilakukan oleh sekelompok bersenjata yang dapat
> > terdiri dari militer atau tentara yang tidak puas dengan kebijakan
> > pemerintahan tradisional saat itu. Kemudian, mereka melakukan
> > gerakan yang bertujuan menggulingkan pemerintah tradisional dan
> > kemudian menciptakan elite birokrasi baru.
> > 
> > 
> > 
> > Sementara itu, kudeta wali dilakukan sekelompok orang dengan
> > mengumumkan diri sebagai perwalian guna meningkatkan ketertiban
> > umum, efisiensi, dan mengakhiri korupsi tapi pada kenyataan tidak
> > akan ada perubahan yang mendasar pada struktur kekuasaan umumnya.
> > Para pemimpin kudeta akan menggambarkan diri dan tindakan mereka
> > bersifat sementara dan akan menyesuaikan dengan kebutuhan.
> > 
> > 
> > 
> > Yang ketiga adalah kudeta veto. Kudeta ini dilakukan melalui
> > partisipasi dan mobilisasi sosial sekelompok massa rakyat dalam
> > melakukan penekanan skala besar berbasis luas pada oposisi sipil.
> > 
> > 
> > 
> > Dalam perjalanan sejarah Indonesia, berbagai percobaan makar
> > terhadap pemerintahan yang sah pernah terjadi. Tercatat percobaan
> > makar atau kudeta pertama kali terjadi bahkan ketika negara ini
> > baru setahun berdiri, yakni pada 3 Juli 1946. Ketika itu, Mayor
> > Jendral R.P. Sudarsono, pelaku utama penculikan Perdana Menteri
> > Sjahrir yang sehaluan dengan kelompok Persatuan Perjuangan,
> > menghadap Soekarno bersama beberapa rekannya dan menyodorkan empat
> > maklumat untuk ditandatangani presiden.
> > 
> > 
> > 
> > Pertama: Presiden memberhentikan Kabinet Sjahrir II. Kedua: Presiden
> > menyerahkan pemimpin politik, sosial, dan ekonomi kepada Dewan
> > Pimpinan Politik. Ketiga: Presiden mengangkat 10 anggota Dewan
> > Pimpinan Politik yang diketuai Tan Malaka dan beranggotakan Muhammad
> > Yamin, Ahmad Subarjo, Dokter Boentaran Martoatmodjo, Mr. R. S.
> > Budhyarto Martoatmodjo, Sukarni, Chaerul Saleh, Sudiro, Gatot, dan
> > Iwa Kusuma Sumantri. Keempat: Presiden mengangkat 13 menteri negara
> > yang nama-namanya dicantumkan dalam maklumat tersebut.
> > 
> > 
> > 
> > Presiden Soekarno, pihak pemerintah yang sudah jauh hari siap
> > menghadapi pihak Soedarsono, tidak menerima maklumat tersebut dan
> > memerintahkan penangkapan para pengantar maklumat. Akhirnya,
> > percobaan pemebrontakan itu pun gagal karena partai-partai seperti
> > Masyumi, PNI, dan PBI yang diharapkan mengerahkan mendukung dengan
> > massa ke jalan-jalan untuk berpawai tidak menjalankan hal tersebut.
> > 
> > 
> > 
> > Pihak militer pun tidak memberikan dukungan. Terbukti dengan
> > munculnya Soeharto yang ditugaskan langsung oleh Presiden Soekarno
> > untuk menangkap Soedarsono dan yang terlibat dari pihak tentara dan
> > polisi.
> > 
> > 
> > 
> > Pada akhirnya, Sjahrir berhasil dibebaskan dan Tan Malaka beserta
> > kelompoknya masuk jeruji besi di Penjara Wirogunan, Yogyakarta.
> > Sementara itu, 14 orang yang diduga terlibat dalam upaya kudeta
> > diajukan ke Mahkamah Tentara Agung. Tujuh orang dibebaskan, 5 orang
> > dihukum 2 sampai 3 tahun, sedangkan R.P. Sudarsono dan Muhammad
> > Yamin dijatuhi hukuman selama 4 tahun penjara. Dua tahun kemudian,
> > pada 17 Agustus 1948, seluruh tahanan Peristiwa 3 Juli 1946
> > dibebaskan melalui pemberian grasi presiden.
> > 
> > 
> > 
> > Latar belakang peristiwa pemberontakan itu berawal dari, perbedaan
> > pemikiran yang frontal antara Perdana Menteri Soetan Sjahrir  dengan
> > kelompok oposisi Persatuan Perjuangan yang dipimpin Tan Malaka.
> > Terjadi insiden penculikan hingga upaya kudeta Kabinet Sjahrir II
> > pada medio 1946. Pemicunya adalah ketidakpuasan pihak oposisi
> > terhadap politik diplomasi yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia
> > terhadap Belanda. Kelompok ini menginginkan pengakuan kedaulatan
> > penuh, sedangkan kabinet yang berkuasa hanya menuntut pengakuan
> > kedaulatan atas Jawa dan Madura.
> > 
> > 
> > 
> > Ide penculikan Sjahrir berawal dari A.K Joesoef, Kepala Tentara
> > Pendjagaan Kota (Jogjakarta), karena Sjahrir dianggap telah
> > merugikan bangsa dengan hasil perundingannya. Karena Sjahrir pada
> > waktu itu sedang ada di Solo, yang berarti di luar wilayah
> > kekuasaan Joesoef, dia meminta surat perintah kepada Soedarsono,
> > Komandan Batalyon 63 dan juga disetujui Panglima Divisi IV Kolonel
> > Sutarto, yang merupakan tangan kanan Jendral Soedirman. Akhirnya,
> > dari Soedarsono, ide itu merembet sampai ke penasihat- penasihat
> > politik Soedirman dan sampai pada Yamin. Berbekal surat itulah A.K.
> > Joesoef tak menemui halangan berarti dari Kepolisian Solo untuk
> > melakukan penangkapan terhadap Sjahrir.
> > 
> > Kudeta Militer 17 Oktober 1952
> > 
> > Peristiwa 17 Oktober 1952 berakar dari pertentangan sipil-militer
> > pascakemerdekaan. Pada masa Kabinet Wilopo, pemimpin TNI berniat
> > mereorganisasi dan merasionalisasi militer untuk menanggalkan
> > mentalitas tentara gerilya menjadi tentara profesional. Proses ini
> > akan diikuti pemberhentian hampir 40% personel TNI sebagai
> > konsekuensi dari pemangkasan anggaran.
> > 
> > Para pemimpin militer, seperti KSAD Kolonel AH Nasution dan Kepala
> > Staf Angkatan Perang Kolonel TB Simatupang, mengusulkan untuk
> > mendatangkan Misi Militer Belanda (MMB) yang ditugaskan membantu
> > dalam segi teknis—bukan doktrin—untuk menyediakan kader bagi
> > lembaga-lembaga pendidikan militer. Hanya saja, ide ini ditentang
> > keras golongan lain di dalam Angkatan Darat. Kolonel Bambang Supeno
> > melaporkan ketidaksukaannya terhadap rencana itu kepada Presiden
> > Soekarno secara langsung tanpa mengindahkan alur komando.
> > 
> > Sejak pukul 04.00 WIB, militer mengamankan tempat-tempat strategis:
> > kantor RRI, gedung DPRS-MPRS, dan stasiun-stasiun kereta api. Pukul
> > 08.00 WIB, kerumuman massa menjalar. Mereka diangkut dari
> > pabrik-pabrik di luar kota, sisanya dari Jakarta yang dikoordinasi
> > jagoan-jagoan Betawi. Tentara mengorganisasi demonstrasi itu dengan
> > dukungan tank dan artileri, bergerak ke istana presiden, menuntut
> > pembubaran parlemen.
> > 
> > Soekarno mencoba menengahi, bahkan cenderung tak setuju dengan
> > usulan Nasution-Simatupang. Musyawarah ketiganya, yang juga
> > dihadiri Menteri Pertahanan Hamengkubuwono IX, tak berjalan mulus.
> > “Pembicaraan itu meningkat panas dan hampir berkembang menjadi adu
> > teriak antara Sukarno dan Simatupang,” tulis John D. Legge dalam
> > buku Sukarno: Sebuah Biografi Politik.
> > 
> > Nasution kemudian memecat Bambang Supeno. Parlemen mengecam tindakan
> > tersebut dan mengeluarkan mosi untuk menghentikan MMB, karena
> > dianggap pro-Barat dan menyudutkan golongan personel eks- Pembela
> > Tanah Air, seperti Bambang Supeno.
> > 
> > Mosi dari Manai Sophiaan yang disetujui parlemen memaksa militer
> > untuk menurut. Namun, pihak Angkatan Darat menganggap itu sebagai
> > usaha ikut campur kalangan sipil dalam urusan militer.
> > 
> > Tak lama kemudian, militer melancarkan operasi penangkapan terhadap
> > enam anggota parlemen. Manai Sophiaan nyaris diculik di kediamannya,
> > sementara sekelompok perwira loyalis Soekarno di Jawa Timur berhasil
> > kabur karena tim penyergap pimpinan Mayor Kemal Idris salah
> > menggrebek rumah.
> > 
> > Dini hari, 17 Oktober 1952, para panglima berkumpul di kantor Staf
> > Umum Angkatan Darat. Mereka saling melempar ide gerakan dengan
> > kepala panas, sampai disela oleh Simatupang. “Setop. Ini sudah
> > berbau kup. Kritik oke, tetapi jangan kup,” demikian dikatakan
> > Simatupang, sebagaimana dikutip dari biografi A.E. Kawilarang,
> > Untuk Sang Merah Putih, yang ditulis Ramadhan K.H.
> > 
> > Jakarta pun dipenuhi suara-suara protes. Kepala Intel Biro Informasi
> > Perang Zulkifli Lubis sebelumnya sudah menghubungi ajudan Soekarno
> > tentang pengerahan massa tersebut. Bahkan, Kolonel Moestopo yang
> > mengorganisasi demonstrasi itu sudah diminta membatalkan niatnya.
> > Namun, demonstrasi tetap terjadi. Puncaknya: moncong meriam
> > diarahkan ke istana atas arahan Kemal Idris.
> > 
> > Sementara itu, di dalam istana, Soekarno dan para panglima yang
> > dipimpin Nasution berunding. Nasution menuntut parlemen dibubarkan.
> > Soekarno menolak dengan marah. “Mataku terbakar karena marah. Engkau
> > benar dalam tuntutanmu, akan tetapi salah di dalam caranya. Sukarno
> > tidak akan sekali-kali menyerah karena paksaan. Tidak kepada seluruh
> > tentara Belanda dan tidak kepada satu batalyon Tentara Nasional
> > Indonesia!” kata Bung Karno, sebagaimana tertera dalam
> > otobiografinya, Penyambung Lidah Rakyat, sebagaimana diceritakan
> > kepada Cindy Adams.
> > 
> > Bung Karno lalu keluar dan menenangkan massa. Setelah menasihati
> > mereka akan pentingnya parlemen sebagai sarana demokrasi, layaknya
> > seorang ayah kepada anaknya, tensi massa mulai menurun. Massa malah
> > menerikkan yel-yel “Hidup Bung Karno!” dan kemudian bubar teratur.
> > 
> > Nasution menamakan gerakan itu sebagai “separo kudeta”. Dan, gerakan
> > itu gagal total. Tak lama kemudian, Nasution dicopot sebagai KSAD,
> > digantikan Bambang Sugeng, kawan dekat Bambang Supeno. Namun,
> > Soekarno kelak mengangkat kembali Nasution dengan alasan “menjaga
> > persatuan.”
> > 
> > Kudeta 30 September 1965
> > 
> > Kudeta paling terkenal dalam sejarah Indonesia adalah Gerakan 30
> > September, yang sebagian orang menyebutnya sebagai G30S/PKI. Pelaku
> > utama pemberontakan, yang dilancarkan sejak 30 September 1965 malam,
> > adalah Letnan Kolonel Untung, salah satu komandan batalyon pasukan
> > pengawal Presiden Soekarno, Cakrabirawa. Dalam gerakan ini, sejumlah
> > perwira diculik dan dibunuh.
> > 
> > Untung akhirnya tertangkap dan segera dihukum mati. Setelah Surat
> > Perintah 11 Maret (Supersemar) diberikan kepada Soeharto, kekuasaan
> > Soekarno semakin lemah dan Soeharto semakin kuat dan populer. Tak
> > sampai dua tahun setelah kudeta ini, Soekarno dilengserkan dari
> > kursi kepresidenan. Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS)
> > yang dulu mendukung Soekarno sebagai Presiden Seumur Hidup justru
> > menolak pidato pertanggungjawabannya, Nawaksara. Kemudian, MPRS
> > yang dipimpin Abdul Haris Nasution mengangkat Letnan Jenderal
> > Soeharto sebagai Pejabat Presiden Republik Indonesia pada 1967.
> > [NYT]
> > 
> >   
> 
> 
> <lus...@rantar.de> ------------------------------------
> 
> Berita dan Tulisan yang disiarkan GELORA45-Group, sekadar untuk
> diketahui dan sebagai bahan pertimbangan kawan-kawan, tidak berarti
> pasti mewakili pendapat dan pendirian GELORA45.
> ------------------------------------
> 
> Yahoo Groups Links
> 
> 
> 
>     https://info.yahoo.com/legal/us/yahoo/utos/terms/
    • Re: [G... 'Lusi D.' lus...@rantar.de [GELORA45]
      • Re... Tatiana Lukman jetaimemuc...@yahoo.com [GELORA45]
        • ... 'arif.hars...@t-online.de' arif.hars...@t-online.de [GELORA45]
      • Re... kh djie dji...@gmail.com [GELORA45]
        • ... 'Sunny' am...@tele2.se [GELORA45]
          • ... kh djie dji...@gmail.com [GELORA45]
            • ... 'Sunny' am...@tele2.se [GELORA45]
            • ... 'Chan CT' sa...@netvigator.com [GELORA45]
            • ... 'Lusi D.' lus...@rantar.de [GELORA45]
            • ... 'Chan CT' sa...@netvigator.com [GELORA45]
      • Re... 'Chan CT' sa...@netvigator.com [GELORA45]
  • Re: [GELORA... ajeg ajegil...@yahoo.com [GELORA45]

Kirim email ke