Fw: [GELORA45] Tertembaknya Arif Rahman Hakim Mempercepat Pelengseran Sukarno

2018-02-24 Terurut Topik Chalik Hamid chalik.ha...@yahoo.co.id [GELORA45]
 

   - Pesan yang Diteruskan - Dari: 'Chan CT' sa...@netvigator.com 
[GELORA45] <GELORA45@yahoogroups.com>Kepada: GELORA_In 
<gelor...@yahoogroups..com>Terkirim: Minggu, 25 Februari 2018 04.42.55 
GMT+1Judul: [GELORA45] Tertembaknya Arif Rahman Hakim Mempercepat Pelengseran 
Sukarno
     


24 Februari 1966

Tertembaknya Arif Rahman Hakim Mempercepat Pelengseran Sukarno
 Ilustrasi penembakan Arif Rahman Hakim. tirto.id/Gery  Reporter: Bulky Rangga 
Permana24 Februari, 2018   
   - Setelah Arif tertembak, para demonstran menyadari bahwa mereka sedang 
berkonfrontasi langsung dengan penguasa.

 Tubuh berlubang. 
Pertanggungan amanat 
penderitaan.
tirto.id - Selasa, 24 Februari 1966, tepat hari ini 52 tahun lalu.. Sudah 
sedari subuh berbagai kelompok mahasiswa memblokir jalanan. Mereka menyetop 
berbagai kendaraan di wilayah-wilayah strategis ibukota, mengempesi ban-ban, 
hingga membuat lalu-lintas lumpuh total. 

Tujuan mereka: menggagalkan acara pelantikan anggota Kabinet Dwikora II yang 
diumumkan Presiden Sukarno tiga hari sebelumnya. Lewat aksi tersebut, para 
mahasiswa berharap menteri-menteri tak bisa datang. 

Namun, upaya mereka gagal. Pelantikan kabinet baru tetap berhasil dilakukan.. 
Sebabnya, “banyak dari menteri-menteri itu diangkut menggunakan helikopter, 
beberapa di antaranya bahkan datang berjalan kaki atau naik sepeda,” tulis John 
Maxwell dalam Soe Hok-Gie: A Biography of A Young Indonesian Intellectual 
(1997: 174).

Baca juga: KAMI Ada untuk Mengganyang PKI
Lewat tengah hari, sewaktu kerumunan mahasiswa semakin banyak dan Istana Negara 
tinggal beberapa ratus meter saja dari jangkauan mereka, terdengar suara peluru 
yang ditembakkan dari bedil pasukan Tjakrabirawa. 

Panik pun pecah. Beberapa demonstran mengalami luka-luka yang cukup serius. Dua 
orang demonstran meninggal. Pertama, Arif Rahman Hakim, mahasiswa tingkat empat 
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; Kedua, Zubaedah, seorang siswi SMA. 

Esoknya, sebelum dikebumikan, jenazah Arif Rahman Hakim diarak secara 
besar-besaran dari Universitas Indonesia sampai Kebayoran. Salvo ditembakkan di 
atas pusara. Soeharto dan A. H. Nasution mengirimkan karangan bunga. Seperti 
dicatat Maxwell, hari itu “gerakan mahasiswa [Indonesia] baru saja melahirkan 
martir pertamanya” (hlm. 175).

Baca juga: Riwayat Gerakan Mahasiswa: Dari Dema hingga BEM

Bermula dari Kup yang Gagal
Semua bermula dari sebuah percobaan kup yang tak lama umurnya. Pada dini hari 1 
Oktober 1965, enam petinggi Angkatan Darat diculik dari kediaman masing-masing 
oleh sepasukan pria bersenjata dan dibawa ke Pangkalan Angkatan Udara Halim 
Perdana Kusuma. Tiga jenderal meninggal ketika berusaha melawan saat penculikan 
dan tiga lainnya meninggal tak berapa lama setelah tiba di Halim.

Dalam satu hari, operasi misterius yang kemudian dikenal dengan sebutan Gerakan 
30 September(G30S) ini berhasil dilumpuhkan. Namun, akibat yang ditimbulkannya 
memiliki efek luas. Keseimbangan kekuatan yang cukup stabil namun mencemaskan 
antara Angkatan Darat, PKI, dan Sukarno yang menjadi kerangka politik Demokrasi 
Terpimpin mulai runtuh.

Beberapa hari setelahnya, meski dalang gerakan tersebut belum jelas, Partai 
Komunis Indonesia (PKI) menjadi pihak tertuduh. Sentimen anti-PKI pun dengan 
cepat menjalar ke semua lapisan masyarakat termasuk kaum pemuda dan mahasiswa. 
Dari pertengahan Oktober sampai pengujung Desember, anggota dan simpatisan PKI 
menjadi korban pembantaian massal (hlm. 131-132).

Baca juga: Saat Pembantaian PKI di Solo Dihentikan Banjir Besar
 Menurut John Maxwell, sejak awal Oktober organisasi-organisasi 
pemuda-mahasiswa anti-komunis tengah mencari cara untuk turut serta dalam 
gelombang kecaman yang dilakukan publik terhadap dugaan peran PKI dalam 
percobaan kup itu. Mula-mula mereka hanya mengikuti rapat-rapat umum yang 
diadakan Kesatuan Aksi Pengganyangan Gerakan September Tigapuluh (Kap-Gestapu). 
Lambat laun para mahasiswa pun mulai mendesak agar Perserikatan Perhimpunan 
Mahasiswa Indonesia (PPMI)—wadah organisasi-organisasi mahasiswa ekstra kampus 
di masa Orde Lama—untuk segera menyatakan sikap penolakan terhadap PKI (hlm. 
132)

Namun, PPMI bimbang dalam memutuskan sikap. Ini terjadi lantaran beberapa 
elemen dalam PMII merupakan organisasi berhaluan kiri dan pendukung Sukarno. 
Mereka adalah Consentrasi Gerakan Mahasiswa Indonesia (CGMI) yang berafiliasi 
dengan PKI, Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) yang berafiliasi dengan 
PNI, dan Perhimpunan Mahasiswa Indonesia (Perhimi).

Terbentuknya Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) pada 22 Oktober adalah 
jawaban para mahasiswa terhadap kemandekan itu. 

Program utama KAMI adalah mengganyang PKI. Tapi kemudian fokus rangkaian aksi 
yang dilakukan KAMI meluas. Pada 10 Januari 1966, sebagai reaksi atas kenaikan 
harga bensin yang diberlakukan pemerintah pada 26 November dan 3 Januari, KAMI 
dan elemen mahasiswa lain melakukan demonstrasi besar yang pertama. Demonstrasi 
in

[GELORA45] Tertembaknya Arif Rahman Hakim Mempercepat Pelengseran Sukarno

2018-02-24 Terurut Topik 'Chan CT' sa...@netvigator.com [GELORA45]
24 Februari 1966
Tertembaknya Arif Rahman Hakim Mempercepat Pelengseran Sukarno

Ilustrasi penembakan Arif Rahman Hakim. tirto.id/Gery 
Reporter: Bulky Rangga Permana
24 Februari, 2018a.. Setelah Arif tertembak, para demonstran menyadari bahwa 
mereka sedang berkonfrontasi langsung dengan penguasa.
  Tubuh berlubang. 
  Pertanggungan amanat 
  penderitaan.tirto.id - Selasa, 24 Februari 1966, tepat hari ini 52 tahun 
lalu. Sudah sedari subuh berbagai kelompok mahasiswa memblokir jalanan. Mereka 
menyetop berbagai kendaraan di wilayah-wilayah strategis ibukota, mengempesi 
ban-ban, hingga membuat lalu-lintas lumpuh total. 

Tujuan mereka: menggagalkan acara pelantikan anggota Kabinet Dwikora II yang 
diumumkan Presiden Sukarno tiga hari sebelumnya. Lewat aksi tersebut, para 
mahasiswa berharap menteri-menteri tak bisa datang. 

Namun, upaya mereka gagal. Pelantikan kabinet baru tetap berhasil dilakukan.. 
Sebabnya, “banyak dari menteri-menteri itu diangkut menggunakan helikopter, 
beberapa di antaranya bahkan datang berjalan kaki atau naik sepeda,” tulis John 
Maxwell dalam Soe Hok-Gie: A Biography of A Young Indonesian Intellectual 
(1997: 174).


Baca juga: KAMI Ada untuk Mengganyang PKI

Lewat tengah hari, sewaktu kerumunan mahasiswa semakin banyak dan Istana Negara 
tinggal beberapa ratus meter saja dari jangkauan mereka, terdengar suara peluru 
yang ditembakkan dari bedil pasukan Tjakrabirawa. 

Panik pun pecah. Beberapa demonstran mengalami luka-luka yang cukup serius. Dua 
orang demonstran meninggal. Pertama, Arif Rahman Hakim, mahasiswa tingkat empat 
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; Kedua, Zubaedah, seorang siswi SMA. 

Esoknya, sebelum dikebumikan, jenazah Arif Rahman Hakim diarak secara 
besar-besaran dari Universitas Indonesia sampai Kebayoran. Salvo ditembakkan di 
atas pusara. Soeharto dan A. H. Nasution mengirimkan karangan bunga. Seperti 
dicatat Maxwell, hari itu “gerakan mahasiswa [Indonesia] baru saja melahirkan 
martir pertamanya” (hlm. 175).


Baca juga: Riwayat Gerakan Mahasiswa: Dari Dema hingga BEM

Bermula dari Kup yang Gagal
Semua bermula dari sebuah percobaan kup yang tak lama umurnya. Pada dini hari 1 
Oktober 1965, enam petinggi Angkatan Darat diculik dari kediaman masing-masing 
oleh sepasukan pria bersenjata dan dibawa ke Pangkalan Angkatan Udara Halim 
Perdana Kusuma. Tiga jenderal meninggal ketika berusaha melawan saat penculikan 
dan tiga lainnya meninggal tak berapa lama setelah tiba di Halim.

Dalam satu hari, operasi misterius yang kemudian dikenal dengan sebutan Gerakan 
30 September(G30S) ini berhasil dilumpuhkan. Namun, akibat yang ditimbulkannya 
memiliki efek luas. Keseimbangan kekuatan yang cukup stabil namun mencemaskan 
antara Angkatan Darat, PKI, dan Sukarno yang menjadi kerangka politik Demokrasi 
Terpimpin mulai runtuh.

Beberapa hari setelahnya, meski dalang gerakan tersebut belum jelas, Partai 
Komunis Indonesia (PKI) menjadi pihak tertuduh. Sentimen anti-PKI pun dengan 
cepat menjalar ke semua lapisan masyarakat termasuk kaum pemuda dan mahasiswa. 
Dari pertengahan Oktober sampai pengujung Desember, anggota dan simpatisan PKI 
menjadi korban pembantaian massal (hlm. 131-132).


Baca juga: Saat Pembantaian PKI di Solo Dihentikan Banjir Besar



Menurut John Maxwell, sejak awal Oktober organisasi-organisasi pemuda-mahasiswa 
anti-komunis tengah mencari cara untuk turut serta dalam gelombang kecaman yang 
dilakukan publik terhadap dugaan peran PKI dalam percobaan kup itu. Mula-mula 
mereka hanya mengikuti rapat-rapat umum yang diadakan Kesatuan Aksi 
Pengganyangan Gerakan September Tigapuluh (Kap-Gestapu). Lambat laun para 
mahasiswa pun mulai mendesak agar Perserikatan Perhimpunan Mahasiswa Indonesia 
(PPMI)—wadah organisasi-organisasi mahasiswa ekstra kampus di masa Orde 
Lama—untuk segera menyatakan sikap penolakan terhadap PKI (hlm. 132)

Namun, PPMI bimbang dalam memutuskan sikap. Ini terjadi lantaran beberapa 
elemen dalam PMII merupakan organisasi berhaluan kiri dan pendukung Sukarno. 
Mereka adalah Consentrasi Gerakan Mahasiswa Indonesia (CGMI) yang berafiliasi 
dengan PKI, Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) yang berafiliasi dengan 
PNI, dan Perhimpunan Mahasiswa Indonesia (Perhimi).

Terbentuknya Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) pada 22 Oktober adalah 
jawaban para mahasiswa terhadap kemandekan itu. 

Program utama KAMI adalah mengganyang PKI. Tapi kemudian fokus rangkaian aksi 
yang dilakukan KAMI meluas. Pada 10 Januari 1966, sebagai reaksi atas kenaikan 
harga bensin yang diberlakukan pemerintah pada 26 November dan 3 Januari, KAMI 
dan elemen mahasiswa lain melakukan demonstrasi besar yang pertama. Demonstrasi 
ini melahirkan tiga tuntutan rakyat yang kemudian dikenal sebagai Tritura, 
yakni bubarkan PKI, rombak kabinet Dwikora, dan turunkan harga kebutuhan pokok.


Baca juga: Gelora Tritura Menggulung Riwayat Orde Lama

Eskalasi Aksi Mahasiswa
Apa yang menimpa Arif Rahman Hakim mengubah persepsi mahasiswa tentang