Tujuh juta atau 500.000? Ketika media sosial berdebat soal jumlah peserta aksi 
212 di Monas http://www.bbc.com/indonesia/trensosial-38204802 7 jam lalu

 Kirim http://www.bbc.com/indonesia/trensosial-38204802#share-tools


 Image copyrightAFPImage captionMasif! Tapi berapa jumlahnya? Perbincangan 
tentang jumlah orang yang hadir dalam aksi 212 di Monas menghangat di media 
sosial, menimbulkan pertanyaan: mengapa begitu penting dibicarakan -dan 
dibanding-bandingkan?
 Wartawan Metro TV kembali diintimidasi. Setelah sebelumnya diusir dalam unjuk 
rasa 4 November, kali ini mereka diperolok oleh sejumlah orang di aksi 'Bela 
Islam jilid 3'.
 Salah satunya adalah reporter Rifai Pamone yang ketika menyampaikan laporan 
langsungnya diintimidasi oleh teriakan 'Metro Tipu' berulang-ulang. Insiden 
yang terekam dalan video ini langsung beredar viral di media sosial. Banyak 
orang menuduh wartawan ini melakukan kebohongan publik terkait jumlah peserta 
aksi yang hadir 2 Desember itu.
 Dalam tayangan yang diulang oleh Metro TV 
https://www.facebook.com/metrotv/videos/1535581079788839/, Rifai menyebut 
jumlah massa di kawasan Patung Kuda saja (bukan jumlah keseluruhan) sekitar 
50.000 orang - angka yang dia sebut diperoleh 'berdasarkan wawancara para 
koordinator aksi di mobil taktis'. "Dan angka tersebut bisa dipastikan terus 
bertambah, bahkan jutaan umat Muslim akan berkumpul..." katanya kemudian.
 Namun banyak orang naik pitam di media sosial atas pemberitaan ini karena 
menganggap bahwa klaim angka 50.000 itu adalah jumlah keseluruhan. "Dasar media 
kafir," kata satu pengguna di Facebook. "Segitu banyak masa dibilang cuma 
50.000 peserta, situ sehat?" kata yang lain.
 Pasal makar untuk 'bungkam kebebasan berpendapat'? 
http://www.bbc.com/indonesia/indonesia-38201179 Apa dampak keikutsertaan Jokowi 
dalam salat Jumat bersama Rizieq Shihab? 
http://www.bbc.com/indonesia/indonesia-38178890 Jumlah peserta aksi menjadi isu 
sensitif yang dalam beberapa hari terakhir bisa memicu orang di media sosial 
mengumpat dan bersikap nyinyir. Berbagai pandangan yang berbeda diulas dalam 
blog, unggahan Facebook, hingga media massa dengan angka yang berbeda-beda -dan 
bahkan terlampau jauh perbedaannya.
 Gerakan Nasional Pengawal Fatwa MUI (GNPF-MUI) yang menjadi penyelenggara aksi 
mengklaim bahwa aksi itu diikuti oleh 7,5 juta orang 
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/16/12/04/ohnveo301-habib-rizieq-jangan-sampai-banyaknya-jumlah-membuat-kita-sombong.
 Tidak diperoleh lebih jauh bagaimana mereka mencapai kesimpulan tersebut. 
Sementara sejumlah analisa, menyebut jumlahnya ada di kisaran 500.000 orang.
 Tujuh juta dan 500.000? Perbedaan yang jauh bukan?
Image copyrightMUHAMMAD FIRMAN KASIMImage captionHitungan matematika dan metode 
bagaimana dia mendapat angka itu dijelaskan rinci dalam blognya. Salah satu 
ulasan yang banyak dibahas adalah sebuah blog yang dibuat oleh mahasiswa 
doktoral asal Indonesia yang bersekolah di Universitas Oxford, Inggris, 
Muhammad Firmansyah Kasim 
http://www.bbc.com/indonesia/majalah/2015/02/150223_trensosial_firman_oxford. 
Dengan perhitungan matematis 
http://sp.mfkasim.com/2016/12/02/predicting-how-many-people-in-212/, mahasiswa 
bidang fisika ini menghitung luasan jalan dari kawasan Tugu Tani, Monas, hingga 
Jalan Thamrin dan memprediksi berapa orang yang bisa muat dalam luasan itu.
 "Dengan skala yang sama dengan sebelumnya, tiga orang per meter persegi, 
estimasinya adalah sekitar 757.840 orang dalam aksi tersebut. Jika kita 
menggunakan hitungan dua orang per meter persegi seperti sebelumnya, ada 
sekitar 505.227 orang," katanya.
 Namun estimasi dua orang per meter persegi dinilai tidak terlalu pas karena 
salat membutuhkan tempat yang lebih luas. Setidaknya itu yang dikritik oleh 
Poltak Hotradero melalui akun Twitternya @hotradero. "Kalau ada yang bilang 
permukaan 1x1 meter bisa cukup buat berdua, saya mau lihat kayak apa 
sirkusnya," katanya.
Image copyrightTWITTERImage captionUbin ukuran satu meter persegi yang 
dicuitkan Poltak untuk menggambarkan sempitnya ukuran itu untuk dua orang. 
"Maka ruang per orang yang mencukupi di bidang datar sempurna adalah sekitar 
1x1 meter. Boleh kurang dikit," katanya.
 Dalam kicauanannya, Poltak juga mengkritik angka tujuh juta yang dinilai tak 
masuk akal. "Bukan matematikanya yang penting, tapi alur berpikirnya. 
Penerapannya bisa apa saja. Berguna agar nggak gampang ditipu orang," cuitnya.
 Sebuah unggahan dari Wan Wan Nur di Facebook lantas mengilustrasikan seberapa 
banyaknya tujuh juta orang itu.
 "Jumlah penduduk pulau Bali, cuma separuh dari 7 juta. Jumlah penduduk seluruh 
Aceh adalah 4.400.000 jiwa," katanya. "Tujuh juta orang kalau diangkut dengan 
bis yang kapasitasnya 40 orang per bis. Itu membutuhkan 175.000 bis. Kalau satu 
bis panjangnya 12 meter, maka dibutuhkan jarak 2.100km untuk bisa menyusun 
bis-bis itu satu persatu, secara dempet tanpa menyisakan celah sedikitpun," 
katanya.
Image copyrightTWITTERImage captionSalah satu kicauan Poltak tentang klaim 7 
juta yang dianggap tak masuk akal. Kami pun mengecek data BPS tahun 2010 
https://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1267, dan jika dibandingkan, 
jumlah 7,5 juta kurang lebih setara dengan penduduk Sumatera Selatan (7.450.394 
orang) atau Lampung (7.608.405 orang). Angka 7,5 juta itu bahkan juga lebih 
banyak dari jumlah penduduk di provinsi:
 Sumatera Barat: 4.846.909 Riau: 5.538.367 Kalimantan Barat: 4.395.983 Papua: 
2.833.381 Ada banyak analisa lain yang memperkirakan jumlah massa yang hadir. 
Satu akun bernama Sigit Riyanto di Facebook memperkirakan yang datang bisa 
sekitar tiga juta orang. 
https://www.facebook.com/sigitriyant/posts/10209711704141175?pnref=story
 Lainnya berpendapat jumlahnya lebih dari 700.000 - dengan berpegang pada 
ucapan polisi yang menyebut bahwa Monas bisa menampung sekitar 700.000 orang. 
Walau ada perdebatan bahwa jumlah itu adalah seluruh Monas (termasuk lapangan 
rumput) sedangkan dalam aksi kemarin lapangan rumput tidak digunakan.
 Aksi 414 dan jumlahnya? Namun debat menjadi tak sehat dan semakin liar ketika 
Parade Bhineka Tunggal Ika - yang diinisasi partai politik - digelar 4 Desember 
kemarin.
 Sejumlah orang membanding-bandingkan massa aksi 212 dengan 412.
 Lainnya (lagi-lagi) memaki Metro TV karena termakan hoax. Dalam foto hasil 
suntingan yang beredar, tertulis, "massa aksi Kita Indonesia mencapai 100 juta 
orang," padahal aslinya hanya tertulis, "parade budaya Kita Indonesia."
Image copyrightFACEBOOKImage captionPALSU: Keterangan pada layar aslinya tidak 
seperti ini. Aslinya tertulis, "Parade Budaya Kita Indonesia." Sosiolog 
Universitas Indonesia Thamrin Amal Tomagola mengatakan perdebatan yang terjadi 
di media sosial yang berasal dari dua pihak sudah tak lagi bersifat substantif 
dan ber manfaat.
 "Pedebatan bukan lagi substantif, tapi seperti anak kecil. Yang satu ingin 
merendahkan yang lain dengan cara seperti itu. Bukan hanya soal jumlah, tapi 
juga soal injak tanaman, sampah. Segala sesuatu diangkat kedua belah pihak 
dengan strategi tit for tat," katanya. "Saya pikir ini sangat tidak punya 
manfaat kalau orang terjebak dengan masalah itu."
 Thamrin menilai ada rasa 'kehilangan kepercayaan diri' dari dua pihak sehingga 
mereka "mencoba menguat-kuatkan hati bahwa mereka lebih hebat dari pihak 
satunya. Masing-masing balas-balasan dengan percakapan yang sama. Menyedihkan 
sekali itu."
 Tapi, terlepas semua perdebatan di media sosial tampaknya banyak orang sepakat 
bahwa aksi 2 Desember di Monas menjadi salah satu salat Jumat dengan peserta 
terbanyak di Indonesia.
Image copyrightSTR/EPAImage copyrightEPA/MAST IRHAMImage copyrightAFP Sementara 
itu parade Kita Indonesia, tanggal 4 Desember, jumlah pesertanya jauh lebih 
sedikit dibanding aksi 212, namun tampak meriah dengan berbagai atraksi. 
Kendati dikecam beberapa kalangan karena penuh dengan atribut partai politik 
-khususnya Partai Golkar dan Nasdem, serta lebih memngedepankan para tokoh 
kedua partai itu.
Image copyrightREUTERSImage copyrightEPAImage copyrightREUTERS

 

 

Kirim email ke