https://suarapapua.com/2020/09/30/warga-keluhkan-banjirnya-transmigran-di-tambrauw/


Warga Keluhkan Banjirnya Transmigran di Tambrauw

*Penulis* *Reiner Brabar* <https://suarapapua.com/author/reiner-brabar/>

30 Sep 2020, 4:59 WP*TAMBRAUW, **SUARAPAPUA.com <http://suarapapua.com/>**—
Transmigrasi masuk secara bebas di Kabupaten Tambrauw, maka pemerintah
harus segera membuat Perda. Hal ini membuat peluang anak negeri untuk
mencari pekerjaan akan semakin sulit.*

Hal itu disampaikan mama Rita Yenjau kepada suarapapua.com di Sausapor,
Tambrauw, Rabu (30/9/2020).

Mama Rita Yenjau sendiri adalah pendiri salah satu grup tarian adat srar di
Tambrauw. Ia keluhkan kondisi yang terjadi belakangan ini, terutama
transmigran yang semakin banyak masuk daerah ini.

“Orang non Papua semakin banyak yang datang ke Kabupaten Tambrauw, mereka
datang pertama 1 orang trus ajak keluarga sampe sekarang ini sudah banyak
di Tambrauw. Ini menyebabkan peluang kerja anak-anak di Tambrauw semakin
sempit, seperti ojek saja banyak anak Tambrauw cuma 5-10 orang saja yang
banyak itu,” ujar mama Rita.

*Baca Juga:  **Besok, Uskup Murwito Tahbiskan Dua Imam dan Delapan Diakon*
<https://suarapapua.com/2020/10/10/yakobus-dumupa-terbitkan-buku-ke-11/>

Menurutnya, kehadiran transmigrasi baik adanya tetapi harus di dasari
dengan peraturan daerah (Perda), sehingga masyarakat Kabupaten Tambrauw
tidak menjadi korbankan di atas negrinya sendirinya.

“Tambrauw bukan daerah transmigrasi, stop datangkan transmigrasi ke
Tambrauw.”

Andi, salah satu nelayan lokal kepada suarapapua.com menggaku nelayan non
OAP lebih banyak jika di bandingankan nelayan lokal, selain itu banyak
penggusaha non OAP yang mendatangkan ikan dari luar Kabupaten Tambrauw.

*Baca Juga:  **Kami Berdiri dan Bekerja di Negeri Kami Sendiri*
<https://suarapapua.com/2020/10/16/kami-berdiri-dan-bekerja-di-negeri-kami-sendiri/>

“Sudah banyak nelayan yang non OAP, bahkan ada yang mendatangkan ikan dari
Sorong untuk di jual belikan di sini. Kami nelayan lokal lebih banyak
mencari untuk makan saja karena untuk menjual di pasar kita kalah bersaing
dengan mereka yang mempunyai rumpon karena hasil tangkapannya akan lebih
banyak,” jelasnya.

Salah satu warga distrik Yembun yang tidak ingin namanya ditulis
menambahkan saat ini sudah ada sekitar 100 KK warga trans lokal yang
didatangkan beberapa waktu lalu dan sudah berdomisili di sekitar ibu kota
distrik Yembun.

katanya, mereka ini yang saat ini kuasai sektor pertanian dan perkebunan di
sana.

*Pewarta: Reiner Brabar*

*Editor: Elisa Sekenyap*

Kirim email ke