Bagaimana Tiongkok jaman Mao mengakumulasi modal untuk industrialisasinya??? Sudah tentu BERTOLAK BELAKANG dengan kapitalismenya Deng. Penjelasan Fred sangat gamblang:Tiongkoknya Mao tidak memajaki buruh dan taninya, tidak menghisap rakyat negeri lain, dan juga tidak merampas tanah untuk menendang kaum taninya!!! Sedangkan sekarang kita lihat dengan jelas praktek para pemodal/ kapitalis Tiongkok di dalam negeri (merampas tanah kaum tani dan menendang mereka keluar dari tanahnya!) dan di luar negeri: menghisap kaum buruh dan menjarah sumber alam negeri lain!!! Masih mau bilang Deng "penerusnya" Mao?? Masih mau bilang Deng dicintai rakyat Tkk seperti rakyat mencintai Mao???Tentang pengiriman kaum muda ke pedesaan, Deng lagi yang menghentikan kebijakan Mao!!! Dengan alasan "kaum muda berontak" tanpa dicari alasan sebenarnya dari pemberontakan itu... ah, dikembalikannya sistim ujian!! Lagi-lagi penyabotan terhadap kebijakan Mao yang menginginkan sasaran pendidikan terutama anak-anak kaum tani dan kaum buruh!!! Perjuangan tentang soal pendidikan tercermin jelas dalam film Tkk yang pernah saya postingkan. Cara Mao menyempitkan gap antara desa dan kota adalah membawa pendidikan, pelayanan kesehatan, dan seni ke pedesaan!!! bukannya mengosongkan desa karena taninya cari kerjaan di pabrik-pabrik di perkotaan!! Kelihatan lagi bertolak belakangnya visi Mao dan visinya dedengkot remo, Deng xiaoping!! Kemudian soal nilai-nilai moral sosialis yang sama sekali tidak dimengerti oleh orang-orang remo dan pendukung kapitalisme. Mereka yang pernah belajar dan bekerja di negeri yang sedang membangun sosialisme seperti Tkk akan merasakan perbedaan psikologis yang mendasar dengan kapitalisme. Perasaan kesamaan, setiakawan, kerelaan untuk berkorban, tidak akan dimengerti oleh orang-orang remo pro-kapitalis karena mereka ini yang dilihat hanya UANG!!! Makanya si Chan sampai bilang kerja dan pengorbanan yang dilakukan rakyat Tiongkok pada jaman Mao adalah penghisapan!!!!Townand country, mental and manual labor
OÜ: So, how did yourexperiences in Maoist China shape your opinions about the relationship betweenintellectual labor and manual labor? Nah, bagaimana pengalaman anda di Tiongkok Maoismembentuk pendapat anda tentang hubungan antara kerja intelektual dan kerjamanual? FE: There’s a lot totalk about, but actually, I’m more influenced by my parents [Erwin Engst andJoan Hinton], who were also influenced by their parents. My grandmother[Carmelita Hinton], who founded the Putney School, laid so much stress onhands-on learning. They had a farm at the school, students had to milk the cowsand feed them; they also had to do sports, go to the wilderness and survivethere, and so on. This was very much the “hands-on” approach and my mother alsoreceived this kind of education. My father was a dairy farmer and he was alsovery much into using hands. Adabanyak hal yang perlu dibicarakan, tapi sebenarnya, saya lebih dipengaruhi olehorang tua saya [Erwin Engst dan Joan Hinton], yang juga dipengaruhi oleh orangtua mereka. Nenek saya [Carmelita Hinton], yang mendirikan Putney School,sangat menekankan belajar dengan cara langsung melalui praktek. Mereka punyatanah pertanian/peternakan di sekolah, para siswa harus memerah susu sapi danmemberi mereka makan; Mereka juga harus berolahraga, pergi ke padang belantaradan bertahan hidup di sana, dan seterusnya. Ini adalah pendekatan"hands-on" (langsung melalui praktek) dan ibu saya juga menerimapendidikan semacam ini. Ayah saya adalah seorang petani susu dan dia banyak menggunakantangan (kerja manual). But people have very elitist views inChina. Intellectuals feel superior and workers feels inferior. Workers alwayscome to heel before people who have more education, more knowledge, moreauthority… When my parents came to China, they looked down very much on thosenose-in-the-air intellectuals here. I’m influenced by that a lot. So, I can saythat it is a combination of my upbringing in Mao’s China and my parents’influence that I have this kind of views today. Tapi di Tkk orang punya pandangan sangatelitis . Kaum Intelektual merasa lebih tinggi dan buruh merasa lebih rendah.Pekerja selalu membuntut pada orang-orang yang punya lebih banyak pendidikan,lebih banyak pengetahuan, lebih banyak wewenang ... Ketika orang tua sayadatang ke Tiongkok, mereka sangat memandang rendah kaum intelektual yang soktahu/ sombong di sini. Itu sangat mempengaruhi saya. Jadi, saya dapatmengatakan bahwa kombinasi dari pendidikan dan asuhan di Tiongkoknya Mao dan pengaruh orang tuasaya adalah yang membuat saya sekarang memiliki pandangan seperti ini. OÜ: Today, not onlyin the West but also in Chinese academia educated youth who were placed inpolitical campaigns and sent to the countryside or factories in the Maoist eraare often called the “lost generation,” the people who sacrificed their livessolely because of a power struggle at the top that actually had nothing to dowith themselves. What do you think about this opinion? Sekarang ini, tidak hanya di Barat tapi juga dikalangan pemuda Tiongkok yang berpendidikan akademi yang ditempatkan dalamkampanye politik dan dikirim ke pedesaan atau pabrik di jaman Maois seringdisebut "generasi yang hilang”, “orang-orangyang mengorbankan hidup mereka semata-mata karena perebutan kekuasaan di atasyang sebenarnya tidak ada hubungannya dengan diri mereka sendiri. Apapendapatmu ? FE: Well,apparently, I do not agree with that. First of all, it was not only about apower struggle. Rather, it was about how to build socialism as I mentionedbefore. “Power struggles” may take place between the rulers, the oppressors.And of course, at that time, there were a lot of power struggles among thecapitalist roaders in China as well. So, what took place during Mao’s periodwas a combination of the power struggles among those people who wanted to takethe capitalist road, and the real struggle between the working class and thecapitalist class about which road was to be taken. Yah,jelas, saya tidak setuju dengan pandangan itu. Pertama, apa yang terjadi bukanhanya perebutan kekuasaan. Malah sebaliknya, yang terjadi adalah bagaimanamembangun sosialisme seperti yang saya sebutkan sebelumnya. "Perebutankekuasaan" mungkin terjadi antara para penguasa, para penindas. Dan tentusaja, pada waktu itu, ada banyak perebutan kekuasaan di kalangan para antek/pengambiljalan kapitalis di Tiongkok juga. Jadi, apa yang terjadi selama periode Maoadalah perpaduan antara perebutan kekuasaan di antara orang-orang yang inginmengambil jalan kapitalis, dan perjuangan nyata antara kelas buruh dan kelaskapitalis tentang jalan mana yang akan diambil. As regards to your question about the“sent-down” youth, actually, I can say it is very controversial. What I find ispeople who condemn the decision to send the youth to the countryside routinelyignore a basic fact of Chinese society, which is that the majority of thepopulation are peasants. In fact, sent-down youth were somewhat privilegedyouth in the cities at that time. What I mean by the term “privileged” is thatpeople in cities enjoyed much more than the people in the countryside. And thiswas an inevitable outcome of the necessary process ofindustrialization—necessary in the sense that China was a very backward, poorcountry.. The question was: how do you industrialize? You needed to have somekind of primitive capital accumulation. China could not achieve this the waythe British had previously, by enclosing the farmland and kicking out thefarmers.. Or it could not simply exploit other countries to accumulate capital.So, how was China going to generate enough capital to start the process ofindustrialization when the great majority of population were peasants? By early1950s, more than 80 percent of Chinese population was still rural. Mengenai pertanyaan Anda tentang pemuda"yang dikirim", sebenarnya, saya dapat mengatakan itu sangatkontroversial. Yang saya temukan adalah orang-orang yang mengutuk keputusanuntuk mengirim pemuda ke pedesaan secara rutin, mengabaikan fakta pokok dalammasyarakat Tiongkok, yaitu mayoritas penduduk adalah petani. Kenyataannya,pemuda yang dikirim adalah pemuda-pemuda yang memiliki hak istimewa dikota-kota pada masa itu. Yang saya maksud dengan istilah "istimewa"adalah bahwa orang-orang di kota menikmati lebih banyak daripada orang-orang dipedesaan. Dan ini adalah hasil yang tak terelakkan dari proses industrialisasiyang diperlukan - yang diperlukan dalam arti bahwa Tiongkok adalah sebuahnegeri yang sangat terbelakang dan miskin. Pertanyaannya adalah: bagaimana Andamelakukan industrialisasi? Anda perlu memiliki semacam akumulasi modalprimitif. Tiongkok tidak bisa mencapai hal ini melalui cara yangdilakukan Inggris sebelumnya, yaitu dengan mematok lahan pertanian danmenendang keluar petani. Atau tidak bisa begitu saja mengeksploitasinegeri lain untuk mengakumulasi modal. Jadi, bagaimana Tiongkok bisamenghasilkan modal yang cukup untuk memulai proses industrialisasi ketikasebagian besar penduduknya adalah petani? Pada awal 1950-an, lebih dari 80persen penduduk Tionghoa masih berada di pedesaan. All China could do was either tax thefarmers, because they constituted the majority of the population, or go througha process of “unequal exchange” of industrial products for agriculturalproducts. Taxation would be very expensive and hard to maintain. So the statedecided to rely on the exchange between the industrial products whose price ishigher than its real cost and the agricultural products whose price is lowerthan its actual cost as a mechanism through which it could accumulate capitalfor industrialization. For that to be successful, and to prevent merchant fromfilling their pockets by exploiting the “scissors gap” between the prices ofindustrial products and agricultural products, China instituted a monopoly ofagricultural products. This grain buying monopoly, at the same time, alsorequired a residence permit system. Urban residents would get their supply ofgrain at low cost and this would enable industrial workers to survive at lowerwages. The grain would be bought from the peasants at a low price, andindustrial products (including clothes or light industries like thermosbottles, flashlights, washbasins etc.) would be sold to farmers at high price.So, in this system the initial industrialization necessarily required this kindof unequal exchange. Yang bisa dilakukan Tiongkok adalah memungutpajak dari kaum tani, karena mereka merupakan mayoritas penduduk, atau melaluiproses "pertukaran yang tidak setara" antara produk industri denganproduk pertanian. Perpajakan akan sangat mahal dan sulit dipertahankan. Jadinegara memutuskan untuk mengandalkan pertukaran antara produk industri yangharganya lebih tinggi daripada biaya sebenarnya dan produk pertanian yangharganya lebih rendah dari biaya sebenarnya sebagai mekanisme yang dapatdigunakan untuk mengakumulasi modal untuk industrialisasi. Agar berhasil, danuntuk mencegah pedagang mengisi kantong mereka dengan memanfaatkan"perbedaan" antara harga produk industri dan produk pertanian,Tiongkok menerapkan monopoli produk pertanian. Monopoli pembelian gandum ini,pada saat bersamaan, juga membutuhkan sistem izin tinggal. Penduduk perkotaanakan mendapatkan pasokan gandum mereka dengan biaya rendah dan ini akanmemungkinkan pekerja industri bertahan dengan upah rendah. Gandum dibeli dari petani dengan harga rendah, danproduk industri (termasuk pakaian atau industri ringan seperti botol termos,senter, wastafel dll.) dijual ke petanidengan harga tinggi. Jadi, dalam sistem ini, industrialisasi awal tentumembutuhkan pertukaran yang tidak adil semacam ini. This enabled, for example, the productof one year’s labor by a textile worker to be exchanged with the product of oneyears’ labor by dozen or even a hundred farmers in China. The reason for thatwas simple: to industrialize, you need to have mines, steel, productionmachinery, buildings and so on. Farmers do not need any of these things. Tomine the coal, to mine the iron ore, to smelt it into iron, to make machinery,to build a sewing machine or textile machine to make clothes, etc. A very longchain of industrial build-up must occur—and the workers filling those jobs needto eat. Where does the food comes from? The peasants! So, this is how theunequal exchange started the industrial process; this was the main reason. Ini memungkinkan, misalnya, produk dari kerja satu tahun oleh seorang buruh tekstil ditukar dengan produk kerja satu tahun yangdilakukan olrh belasan atau bahkan seratus petani di Tiongkok. Alasannyasederhana: untuk melakukan industrialisasi, Anda perlu tambang, baja, mesinproduksi, bangunan dan sebagainya. Petani tidak memerlukan hal-hal ini. Untukmenambang batubara, menambang bijih besi, untuk mencairkannya menjadi besi, untuk membuat mesin, membuatmesin jahit atau mesin tekstil untuk membuat pakaian, dan lain-lain. Sebuahrantai pembangunan industri yang sangat panjang harus terjadi - dan kaum buruhyang melakukan pekerjaan itu perlu makan. Dari mana makanan itu berasal? Darikaum tani! Jadi, begitulah pertukaran yang tidak adil memulai proses industri;inilah alasan utamanya. Actually, this was also in the long-terminterest of peasants. Because future peasants would not need to stay in smallfarms. Industrialization would break them free from all that heavy,back-breaking labor. They would instead use tractors. But to use tractors, youneed to have steel. To have steel, you need to have iron ore and coal. Theseare not things that peasants, farmers can buy initially. But collectivizationenabled peasants to buy machines. And it also made supplying grain to the cityeasier. So this was the backbone of the “hùkǒu” orresidence permit system. Sebenarnya, ini juga untuk kepentinganjangka panjang kaum tani. Karena petani masa depan tidak perlu tinggal di lahanpertanian kecil. Industrialisasi akanmembebaskan mereka dari semua kerja keras yang berat. Mereka akan menggunakantraktor. Tapi untuk menggunakan traktor, Anda perlu baja. Untuk memiliki baja,Anda perlu memiliki bijih besi dan batu bara. Ini bukan hal yang bisa dibelipetani pada awalnya. Tapi kolektivisasi memungkinkan petani membeli mesin. Danitu juga membuat pemasokan gandum ke kota lebih mudah. Jadi ini adalah tulangpunggung dari sistem hukǒu atau izin tinggal. But we should keep the unity ofopposites in mind. Everything has two sides. Chinese has a great word for whatI want to say: “Wúnài” (无奈), which literally means “the best of the worst possible situation” or“the best option in absence of a better alternative.” Yes, unequal exchange wasthe best alternative for China to accumulate capital at that time. But it also hada side-effect: Because of this system, people in the cities felt that theirlabor was worth more than the labor of peasants. Of course, that was not true;“unequal exchange” was just an outcome of the monopolization of grain by thestate. But consequently, people in the cities started to feel that they weresuperior. They had guaranteed food; they had guaranteed clothing at cheapprices, etc. And peasants could not arbitrarily move to the city because of thegrain rationing. When you came to city, you’d have no grain, you could notlive. Grain was only guaranteed to the urban population of the city. If youdecided to move to the city, you had to bring your own grain from thecountryside. Capitalist liberals say, this is a restriction on people’s freedomof movement. Actually, you can see how that “freedom” works in all the slums inLatin America, India and other economically underdeveloped countries! Peopleare free to move there! Tapi kita harus ingat kesatuan dari yangberlawanan Semuanya memiliki dua sisi.Ada kata bahasa tionghoa yang bagus untuk mencerminkan apa yang ingin sayakatakan: "Wúnài" (无奈), yang secara harfiahberarti "yang terbaik dari kemungkinan situasi terburuk" atau"pilihan terbaik tanpa adanya alternatif yang lebih baik." Ya,pertukaran yang tidak setara adalah alternatif terbaik bagi Tiongkok untukmengakumulasi modal pada saat itu. Tapi itu juga memiliki efek samping: Karenasistem ini, orang-orang di kota merasa bahwa tenaga kerja mereka lebih berhargadaripada tenaga kerja petani. Tentu saja, itu tidak benar; "Pertukaranyang tidak setara" hanyalah hasil dari monopoli gandum oleh negara. Tapiakibatnya, orang-orang di kota mulai merasa lebih tinggi. Makanan merekaterjamin; pakaian mereka terjamin dengan harga murah, dan lain-lain. Dan parapetani tidak bisa seenaknya sendiri pindah ke kota karena ada penjatahangandum. Kalau Anda datang ke kota, Anda tidak punya gandum, Anda tidak bisahidup. Gandum hanya dijamin bagi penduduk perkotaan. Jika Anda memutuskan untukpindah ke kota, Anda harus membawa gandum Anda sendiri dari pedesaan. Kaumkapitalis liberal berkata , ini adalah pembatasan kebebasan bergerak.Sebenarnya, Anda dapat melihat bagaimana "kebebasan" itu dipraktekkandi semua daerah kumuh di Amerika Latin, India dan negeri-negeri ekonomi terbelakanglainnya! Di sana orang bebas bergerak! The negative aspect of this system wasthat the city had more advanced educational facilities and medical facilities,and much greater access to art, literature, etc. The life of city people was improving much fasterthan the life of the people in the countryside. This division was a feature ofold capitalist society and it was maintained in socialist society. The riftbetween the countryside and the city was not only enormous but also widening.What could be done about that? Aspek negatif dari sistem ini adalah bahwakota memiliki fasilitas pendidikan danfasilitas medis yang lebih maju, dan akses seni, sastra, dan kesenian yang jauhlebih besar. Kehidupan masyarakat kota meningkat jauh lebih cepat daripadakehidupan masyarakat pedesaan. Pembagian ini merupakan ciri masyarakatkapitalis tua dan dipertahankan dalam masyarakat sosialis. Keretakan antarapedesaan dan kota tidak hanya besar tapi juga melebar. Apa yang bisa dilakukan? So sending the youth to the countrysidewas meaningful. Why? First, it enabled the people in the city to somewhat payback to peasants. They brought their knowledge, their expertise to thecountryside. And making urban youth see the countryside also gave them a clearmessage: “Don’t think the privilege you have in the city is your natural right.You have to think about how the peasants, the majority of people live in thiscountry!” That was the backbone of China. Well, you may say it was not the mostefficient way, but it doesn’t really matter. In any case, it was a way for citypeople to pay back to peasants for what they gained from their privilegedposition. Jadi mengirim pemuda ke pedesaan itubermakna. Mengapa? Pertama, itu memungkinkan orang-orang di kota untuk membayarkembali kepada petani. Mereka membawa pengetahuan mereka, keahlian mereka kepedesaan. Dan membuat kaum muda perkotaan melihat pedesaan juga memberi merekapesan yang jelas: "Jangan berpikir bahwa hak istimewa yang Anda miliki dikota adalah hak alamiah Anda. Anda harus memikirkan bagaimana kaum tani,mayoritas penduduk hidup di negeri ini! "Itulah tulang punggung Tiongkok.Nah, Anda mungkin mengatakan itu bukan cara yang paling efisien, tapi itu tidakmasalah. Bagaimanapun, itu adalah cara bagi orang-orang kota untuk membayarkembali kepada petani atas apa yang mereka dapatkan dari posisi istimewamereka. At the beginning, most of the youthsalso supported that policy. They knew the hardships; they all went through it.They felt that it was their duty to help in the countryside. Unfortunately,many things happened at the same time. The scissors gap, in fact, was able to benarrowed substantially by the 1960s, after “three difficult years” [1959–61].(And for the rest of the ‘60s with the exception of 1966–67, the first years ofthe Cultural Revolution.) The industrial price should be lowered and theagricultural price should be raised. But the country was in a deadlock. Therewas a struggle about the future of China. Many things were not able to be takencare of. So, they should have, on the one hand, sent the youth to thecountryside, and on the other hand narrowed the scissors gap. But there were somany things to worry about at the same time and they chose to grasp the maincontradiction. Pada awalnya, sebagian besar pemuda mendukung juga kebijakan tersebut.. Mereka tahukesulitannya; mereka semua melewatinya. Mereka merasa adalah tugas mereka untukmembantu di pedesaan. Sayangnya, banyak hal terjadi pada saat bersamaan.Perbedaan , pada kenyataannya, dapat dipersempit secara substansial pada tahun1960an, setelah "tiga tahun yang sulit" [1959-61]. (Dan untuk tahun60an selanjutnya kecuali 1966-67, tahun-tahun pertama Revolusi Kebudayaan).Harga industri harus diturunkan dan harga pertanian harus dinaikkan. Tapinegeri berada itu dalam kebuntuan. Ada perjuangan tentang masa depan Tiongkok.Banyak hal yang tidak bisa diurus. Jadi, mereka seharusnya, di satu sisi,mengirim pemuda ke pedesaan, dan di sisi lain menyempitkanperbedaan/kesenjangan. Tapi ada begitu banyak hal yang perlu diurus pada saatbersamaan dan mereka memilih untuk mencengkam kontradiksi pokok. When Deng came to power, he destroyedthe policy of sending youth to the countryside. Today, what people say is Dengcancelled the policy because the youth rebelled. But the reason why the youthrebelled is a topic that very few people actually study to my knowledge. DuringMao’s period the youth had not rebelled against this policy. They rebelled in1977, after Deng created the examination system. All the elite people left thecountryside to go to the colleges. Just imagine the youths in the countrysideworking together with farmers. They all of a sudden started to feel like: “Oh,I see! I’m supposed to stay in the countryside all my life, but you can leave!”That was what broke the will and consensus of the youth; what destroyed thecore motivation behind the policy. Ketika Deng naik ke panggung kekuasaan, diamenghancurkan kebijakan pengiriman pemuda ke pedesaan. Dewasa ini, orangbilang Deng membatalkan kebijakan itukarena para pemuda berontak. Sepanjang pengetahuan saya, alasan mengapa pemuda berontak adalah topik yanghanya sedikit sekali orang yang benar-benar mempelajarinya. Selama jaman Mao, kaumpemuda tersebut tidak berontak melawan kebijakan ini. Mereka berontak padatahun 1977, setelah Deng menciptakan sistem ujian. Semua orang elitmeninggalkan pedesaan untuk pergi ke perguruan tinggi. Bayangkan saja parapemuda di pedesaan yang bekerja dengan kaum tani. Tiba-tiba mereka merasaseperti ini: "Oh, begitu ya! Saya harus tinggal di pedesaan sepanjanghidup saya, sedangkan Anda bisa pergi!" Itulah yang menghancurkan kehendak dan konsensus kaum muda, yangmenghancurkan motivasi utama dibalik kebijakan tersebut. OÜ: This fact is notmentioned in “scar literature,” either… Faktaini juga tidak disinggung dalam " sastra penderitaan masa lalu”…. FE: Yes, that’s my point!I totally with the perspective of the youth. When everyone was together,everything was fine. But when it became apparent that some were “more equalthan others,” understandably they rebelled. Ya,itulah maksud saya! Saya sepenuhnya setuju dengan perspektif pemuda. Ketikasemua orang bersama, semuanya baik-baik saja. Tapi ketika menjadi jelas bahwasementara orang "lebih setara dari yang lain," , ya logislah kalaumereka berontak. OÜ: So many formersent-down youths have written about their experience in the countryside inmemoirs. Yet they rarely criticize this policy change that took place after Maopassed away. They choose to target Mao-era policies and especially the Down tothe Countryside campaign as a whole. Begitu banyak pemuda yang pernah dikirim ke desa menulis tentang pengalamannya di pedesaandalam bentuk memoar. Namun jarang mereka mengkritik perubahan kebijakan yang terjadi setelah Mao meninggal dunia. Merekamemilih untuk menyasar kebijakan di jaman Mao dan terutama kampanye turun kedesa secara keseluruhan. FE: Yes. However, Ido not see any documentation about a youth rebellion against this policy priorto Deng’s coming to power. Well, of course, there were some hardships; therewere some difficulties. There was a backdoor movement in 1975, and it was akind of predecessor to the movement against Down to the Countryside policy in1977. When I met with people from Shanghai condemning this policy of sendingthe youth to the countryside, I just asked them simple questions: “Why do youthink you have the security of hùkǒu inShanghai? What are you doing for majority of peasants in the countryside thatmake it possible?” They just said: “That’s not my problem!” On an individualbasis, these youths felt they were being mistreated. However, most people, eventhose who condemn the Down to the Countryside policy, have an unforgettableexperience with that life. They had a hard time staying in the countryside, butthey still feel nostalgia for those days. Most of them say: “We want to go backto our youth; we want to go back to that life.” Yet, I don’t see any literatureglorifying those kinds of experiences of people who went to the factory to workin a capitalist society. For example, in American literature, you cannot seeyoung workers talking about how great of a time they have in the factory. Ialso worked in a U.S. factory for a dozen years the experience nothing likewhat I had in Mao’s China. Iya.Namun, saya tidak melihat dokumentasi tentang pemberontakan pemuda terhadapkebijakan ini sebelum Deng berkuasa. Tentu saja, ada beberapa kesulitan..Ada gerakan rahasia pada tahun 1975, dan ini adalah semacam pendahuluanterhadap gerakan melawan kebijakan “Turun ke Desa” pada tahun 1977. Ketika saya bertemu denganorang-orang dari Shanghai yang mengecam kebijakan pengiriman pemuda ke pedesaanini, saya hanya mengajukan pertanyaan yang sederhana. "Menurut Anda mengapa Anda punya jaminan hùkǒu di Shanghai?Apa yang Anda lakukan untuk sebagian besar petani di pedesaan yangmemungkinkannya? " Mereka hanya berkata:" Itu bukan soal saya!" Secaraindividual, para pemuda ini merasa dianiaya. Tapi, kebanyakan orang, bahkanmereka yang mengutuk kebijakanTurun ke Desa punya pengalaman yang tak terlupakan dengan kehidupan itu. Merekamengalami banyak kesulitan ketika tinggal di pedesaan, tapi mereka masih merasanostalgia/rindu pada waktu yang mereka lewati di sana. Kebanyakan dari merekaberkata: "Kami ingin kembali ke masa muda kami; kami ingin kembali kekehidupan itu." Sebaliknya, saya tidak lihat ada literatur yang memuliakanpengalaman orang-orang yang pergi untuk bekerja di pabrik dalam masyarakatkapitalis. Misalnya, dalam literatur Amerika, Anda tidak dapat menemukanburuh muda bicara tentang betapasenangnya mereka ketika kerja di pabrik.Saya juga bekerja di pabrik A.S. selama belasan tahun, tidak ada pengalamanseperti yang saya alami di Tiongkoknya Mao. So the key these people miss is thereason why they reminisce about the experience even though they are against thepolicy: commonality. The feeling of being equal, of being together insolidarity. The shared experience of being oppressed in a factory is notsomething most people want to relive. But no matter how hard you work, a sharedexperience of working together to build something, to build a “new China”deserves to be remembered. In America, you can only see this kind ofglorification of the past among the U.S. Army. When the people in Marines,Green Berets leave, they usually have fun memories about their past experience.Because you have a kind of band in the Army; you do something together. Ofcourse, in this case, it is for imperialism. However, from psychological pointof view, service in the Army gives you the sense of togetherness. That issomething you don’t see while working in a factory in capitalist society. Jadi masalah pokok yang dilewatkan/diabaikanoleh orang-orang ini adalah sebab mengapa mereka mengenang pengalaman itu meskipunmereka menentang kebijakan tersebut: kesamaan. Perasaan setara, perasaanbersama-sama dalam solidaritas. Pengalaman sama-sama ditindas di sebuah pabrik bukanlah sesuatu yangingin dikenang orang. Tapi tak peduli berapa keras nya Anda bekerja, pengalaman bekerja bersama membangun sesuatu,membangun sebuah "Tiongkok baru" patut diingat. Di Amerika, Andahanya bisa lihat pemuliaan masa lalu seperti ini di kalangan Angkatan Darat A.S..Ketika orang-orang di Marinir, Green Baret pergi, mereka biasanya punyakenangan indah tentang pengalaman masa lalunya. Karena Anda memiliki semacamikatan di Angkatan Darat; Anda melakukan sesuatu bersama-sama. Tentu saja,dalam kasus ini, ini untuk imperialisme. Namun, dari sudut pandang psikologis,pelayanan di Angkatan Darat memberi Anda rasa kebersamaan. Itu adalah sesuatuyang tidak Anda lihat saat bekerja di sebuah pabrik di masyarakat kapitalis. (bersambung)