BLS . Roeslan : Harap dicermati bahwa diskusi ini dalam konteks Pancasila 1 Juni 1945,yang secara tegas menolak Kesaktian Pancasila rekasaya politik orde baru. Atau secara singkat dapat dikatakan kita berdiskusi dalam kontes Pancasila 1 Juni 1945. Jadi yang harus kita diskusikan adalah masalah-masalah ideologi yang berkaitan dengan konteksnya, yaitu Pancasila 1 Juni 1945 dan Kesaktian Pancasila ciptaan orde baru
Nasere : ada 2 klaim bung roeslan yg tidak disetujuinya. Pertama Pancasila 1 juni. Kedua: ideology neolib. Yang mana yang bung setujui: Jokowi seideologi dengan Suharto karena tidak menerima Pancasila 1 juni ataukah mereka sama2 berideologi neolib? Ataukah bung ada ideology yang lain yg luput dari mata saya dalam membaca tulisan bung Roeslan? (kutipan selesai ) Nasere : ada 2 klaim bung roeslan yg tidak disetujuinya. Pertama Pancasila 1 juni ; Kedua: ideology neolib Roeslan: Dalam tulisan bung , yang saya beri latar belakang warna kuning, terkesan kuat bahwa bung secara sengaja hendak memanipulasi tulisan saya, dengan cara mengaburkan antara Pancsila 1 Juni 1945, dengan Kesaktian Pancasila ciptaan orde baru; Yang dua-duanya bung tanggapi sebagai Pancasila titik. Tulisan bung yang saya beri latar belkang kuning itu bisa menyesatkan orang banyak, orang bisa mengagap bahwa roeslan tidak setuju Pancasila. Pancasila bagi saya hanyalah Pancasila 1 Juni 1945, ciptaan Bung Karno. Bukan Pancsila 1 juni titik; seperti yang bung sebar luaskan dimilis ini. Tentang ideologi Neoliberalisme. Betul jika bung katakan bahwa saya menolak ideologi neoliberalisme, karena penurut ilmu pengetahuan empiris menunjukakn bahwa ideologi neoliberalisme bisa masuk ke NKRI dibawah pajung hukum yang berpedoman pada ideologi kesaktian pancasila, ciptaan diktator militer fasis (TNI AD) Soeharto. Jadi ada saling hubungan yang erat antara kesaktian pancasila ciptaan orde baru dengan idiologi neoliberalisme. Artinya menolak ideologi kesaktian pancasila, berarti hasus menolak neoliberalsme; dan sebakiknya menerima kesaktian pancasila berarti menrima ideologi neoliberalisme. Demikianlah yang kita saksikan di negara ini. Pernyataan ini didukung oleh fakta bahwa Jokowi setiap tahun selalu melakukan upacara memuja-muja kesaktian Pancasila, dibawah patung kesaktian Pancasila; yang di era almarhum Gus Dur berkuasa sudah ditiadakan. Ini berarti bahwa Jokowi menerima secara legowo kesaktian pancasila, dalam praktek politik konkrit Jokowi telah menerima secara legowo ideologi neoliberalisme, oleh karana itulah dalam konteks ini saya menenilai bahwa rezim Jokowi adalah rezim Neoliberal. Jadi kesimpulannya saya menolak ideologi Kesaktian Pancasila ciptaan orde baru dan juga menolak ideologi Neoliberalisme,ciptaan kaum kapitalis neolibearal yang sudah menggelobal; yang dua-duanya telah di dukung secara legowo oleh Jokowi. Semua orang yang melek sejarah perjuangan Kemerdekaan Republik Indonesia pasti tahu bahwa, ideologi Neoliberalisme itu ditolak oleh Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia (17 Agustus 1945), yang lazim disebut NKRI sekarang ini. Tapi belum semua elite politik yang berkuasa di negara ini mau membuka matanya (melek) terhadap kenyataan bahwa rezim Militer fasis pimpinan jendral TNI AD Soeharto- lah yang secara terang-terangan telah menerima dan memaksakan dengan kekerasan ideologi Neoliberalisme sebagai gantinya Pancasila 1 Juni 1945 di NKRI, sehingga dampaknya telah memakan korban 3 juta rakyat Indonesia yang tak bersalah kehilangan nyawanya atau mati. Tentu saja pernyataan saya ini menyebabkan bung tersinggung dan marah, sehingga kehilangan akal sehat, lalu menyebarkan berita fiitnah bahwa roeslan anti Pancasila. Tapi apa boleh buat, karena sekarang ini sudah bukan zamannya Orede Baru, sekarang ini kita bangsa Indonesia sudah masuk dalam suatu zaman yang katanya adalah zaman REFORMASI, jadi seharusnya kita harus kembali pada Pancasila 1 Juni 1945, dan membuang jauh-jauh kesaktian Pancasila yang telah memakan korban 3 juta Rakyat yang tak bersalah. Satu pertanyaan,harus bung jawab. Bung menulis, saya kutip : Ataukah bung ada ideology yang lain yg luput dari mata saya dalam membaca tulisan bung Roeslan? . Tanggapan saya, Kita ini mau bediskusi secara ilmiah atau debat kusir, kalau ilmiah bung harus berani secara terus terang menyatakan dugaan bung, tentang adanya idiologi lain yang saya sembunyikan, sehingga luput dari mata bung. Jika dalam konteks dikusi Pancasila 1 Juni 1945 ini, bung tidak bisa menemukan itu, berarti itu hanya khayalan dalam pikiran bung sendiri, atau hasil rekayasa pikiran bung, karena mungkin bung sudah meindap apa yang disebut Schizophrene Psychosen (paranoide Symptomatik). Roeslan Von: GELORA45@yahoogroups.com [mailto:GELORA45@yahoogroups.com] Gesendet: Sonntag, 2. Oktober 2016 21:26 An: GELORA45@yahoogroups.com Betreff: RE: [GELORA45] FW: Menggugat “Hari Kesaktian Pancasila” Roeslan: Kutipan diatas saya tanggapi sebagai pengkhianatan rezim diktator militer fasis (orde baru) pimpinan jendral militer fasis (TNI AD) Soeharto terhadap Pancasila 1 Juni 1945 ciptaan Bung karno. Ironinya rezim neoliberal Jokowi-JK di era reformasi ini, tetap setia sepenuh hatinya terhadap rezim diktator militer fasis pimpinan jendral militer fasis (TNI AD) Soeharto. Kesetiaan rezim neoliberal Jokowi-JK terghadap orde baru ini tercermin dalam Upacara sumpah setia didepan patung kesaktian pancasila ciptaan rezim militer fasis Soeharto pada tanggal 1 Oktober 2016. Kesaktian Pancasila saya tanggapi sebagai dasar ideologi, yang digunakan oleh TNI AD dibawah pimpinann jendral militer fasis (TNI AD) Soeharto, untuk menghalalkan pembantaian massal 3 juta Rakyat Indonesia yang tak bersalah (genosida), pemenjaraan, penyiksaan dan pembuangan ke Pulau Buru terhadap ratusan ribu Rakyat yang tak bersalah, yang setia membela Ideologi negara yaitu Pancasila 1 Juni 1945; kecualai itu kesaktian Pancasila rekayasa politik Soeharto juga untuk menghalalkan pembunuhan biadap, yaitu pembunuhan pelan-pelan terhadap Presiden Soekarno pencipta Pancasila 1 Juni 1945 sebagai ideologi NKRI, proklamtor kemerdekaan Republik Indonesia dan presiden pertama NKRI. Dan selanjutnya dengan kesaktian Pancasila 1 Juni 1970 sebagai dasar ideologinya, Soeharto memproklamirkan dirinya sendir sebagai presiden di NKRI. Demikian secara singkat proses kupdeta merangkak klik militer fasis (TNI AD) pimpinan Jendral Soeharto; yang hingga saat ini di tetap junjung tinggi oleh rezim neoliberal Jokowi-JK. Nesare: ada 2 klaim bung roeslan yg tidak disetujuinya. Pertama Pancasila 1 juni. Kedua: ideology neolib. Yang mana yang bung setujui: Jokowi seideologi dengan Suharto karena tidak menerima Pancasila 1 juni ataukah mereka sama2 berideologi neolib? Ataukah bung ada ideology yang lain yg luput dari mata saya dalam membaca tulisan bung Roeslan? Nesare From: GELORA45@yahoogroups.com [mailto:GELORA45@yahoogroups.com] Sent: Sunday, October 2, 2016 2:37 PM To: nesa...@yahoo.com [GELORA45] <GELORA45@yahoogroups.com> Subject: Re: [GELORA45] FW: Menggugat “Hari Kesaktian Pancasila” Label ideologi yang saya berikan pada dua orang itu seperti yang dijelaskan oleh bung Roeslan. Am Sun, 2 Oct 2016 14:18:59 -0400 schrieb "nesa...@yahoo.com <mailto:nesa...@yahoo.com%20[GELORA45]> [GELORA45]" <GELORA45@yahoogroups.com>: > Oh kalau begitu mestinya harus ditegaskan dulu label ideology apa > yang bung coba sematkan kepada Jokowi yang sama dengan Suharto? > > Coba diperjelas pendapat bung sebelum saya lanjutkan. > > > > Nesare > > > > From: GELORA45@yahoogroups.com [mailto:GELORA45@yahoogroups.com] > Sent: Sunday, October 2, 2016 2:12 PM > To: nesa...@yahoo.com [GELORA45] <GELORA45@yahoogroups.com>; > GELORA_In <GELORA45@yahoogroups.com>; nasional-l...@yahoogroups.com > Subject: Re: [GELORA45] FW: Menggugat “Hari Kesaktian Pancasila” > > > > > > Waktu Suharto menetapkan apa yang disebut kesaktian itu Bung Karno > sudah jadi tawanan perang dalam negerinya rajaperang itu. Jadi > raisopopo. Tapi secara pribadi Bung Karno masih tetap berideologi > nasakom sampai meninggal. Dan tetap tidak setuju pembubaran PKI. > Atau mungkin pengertian antar kita ttg apa itu ideologi tidak sama. Yo > rapopo. > > Am Sun, 2 Oct > 2016 13:18:31 -0400 schrieb "nesa...@yahoo.com > <mailto:nesa...@yahoo.com%20[GELORA45]%0b%3e%20%3cmailto:nesa...@yahoo.com%20[GELORA45]%3e%20> > [GELORA45] > <mailto:nesa...@yahoo.com%20[GELORA45]> " <GELORA45@yahoogroups.com > <mailto:GELORA45@yahoogroups.com%0b> > <mailto:GELORA45@yahoogroups.com> >: > > > Saya tidak setuju. > > > > Memangnya bung Karno juga seideologi dengan Suharto karena bung > > karno tidak bisa apa2 juga dalam pembunuhan 1965? > > > > Begitu juga Gus Dur! > > > > > > > > Bung terlalu mengkerdilkan Jokowi dalam hal. Bung tidak tahu siapa > > dia termasuk idealisme dan ideology pribadinya! > > > > Bung hanya ingin melihat hasil akhirnya tanpa mau melihat prosesnya! > > > > > > > > Apakah bung juga melabel mereka2 yang menulis dimilis2 dan berkoar2 > > dipinggiran dalam menuntut pembongkaran atas pembunuhan massal 1965 > > sebagai seideologi dengan Suharto karena mereka2 ini tidak dan belum > > berhasil membuat NKRI meminta maaf atas peristiwa itu? > > > > > > > > Bung kurang bijaksana ketika hanya melimpahkan dosa peristiwa 1965 > > ini kepundak Jokowi saja! > > > > Ini yang biasanya digunakan oleh musuh2 politiknya Jokowi! > > > > > > > > Nesare > > > > > > > > From: GELORA45@yahoogroups.com <mailto:GELORA45@yahoogroups.com> > > [mailto:GELORA45@yahoogroups.com] Sent: Sunday, October 2, 2016 > > 12:31 PM To: GELORA45@yahoogroups.com > > <mailto:GELORA45@yahoogroups.com> ; roeslan > > <roesla...@googlemail.com > > <mailto:roesla...@googlemail.com%20%3cmailto:roesla...@googlemail.com> > > <mailto:roesla...@googlemail.com> >; > > GELORA_In <GELORA45@yahoogroups.com <mailto:GELORA45@yahoogroups.com%0b> > > <mailto:GELORA45@yahoogroups.com> >; nasional-l...@yahoogroups.com > > <mailto:nasional-l...@yahoogroups.com> Subject: Re: [GELORA45] FW: > > Menggugat “Hari Kesaktian Pancasila” > > > > > > > > > > > > Karena itu bisa disimpulkan bahwa Jokowi apalagi si Kalajengking > > kedua-duanya ideologis pengikut Suharto. Ada yang tidak setuju? > > Hehehe. > > > > Am Sun, 2 Oct 2016 17:59:14 +0200 > > schrieb "roeslan roesla...@googlemail.com > > <mailto:roesla...@googlemail.com> <mailto:roesla...@googlemail.com> > > [GELORA45]" <GELORA45@yahoogroups.com <mailto:GELORA45@yahoogroups.com%0b> > > <mailto:GELORA45@yahoogroups.com%20%3cmailto:GELORA45@yahoogroups.com> > > <mailto:GELORA45@yahoogroups.com> >: > > > > > Kutipan : Coba lihat kejanggalan Orde Baru memperlakukan > > > Pancasila. Di satu sisi, sejak 1 Juni 1970, rezim Orde Baru > > > melarang peringatan Hari Lahirnya Pancasila yang jatuh setiap > > > tanggal 1 Juni. Di sisi lain, Orde Baru kemudian membuat > > > peringatan sendiri, yakni setiap tanggal 1 Oktober sebagai Hari > > > Kesaktian Pancasila (kutipan selesai)- warna kuning dari saya. > > > > > > > > > > > > REFLEKSI : Kutipan diatas saya tanggapi sebagai pengkhianatan > > > rezim diktator militer fasis (orde baru) pimpinan jendral militer > > > fasis (TNI AD) Soeharto terhadap Pancasila 1 Juni 1945 ciptaan > > > Bung karno. Ironinya rezim neoliberal Jokowi-JK di era reformasi > > > ini, tetap setia sepenuh hatinya terhadap rezim diktator militer > > > fasis pimpinan jendral militer fasis (TNI AD) Soeharto. Kesetiaan > > > rezim neoliberal Jokowi-JK terghadap orde baru ini tercermin > > > dalam Upacara sumpah setia didepan patung kesaktian pancasila > > > ciptaan rezim militer fasis Soeharto pada tanggal 1 Oktober 2016. > > > > > > > > > > > > Kesaktian Pancasila saya tanggapi sebagai dasar ideologi, yang > > > digunakan oleh TNI AD dibawah pimpinann jendral militer fasis (TNI > > > AD) Soeharto, untuk menghalalkan pembantaian massal 3 juta Rakyat > > > Indonesia yang tak bersalah (genosida), pemenjaraan, penyiksaan > > > dan pembuangan ke Pulau Buru terhadap ratusan ribu Rakyat yang tak > > > bersalah, yang setia membela Ideologi negara yaitu Pancasila 1 > > > Juni 1945; kecualai itu kesaktian Pancasila rekayasa politik > > > Soeharto juga untuk menghalalkan pembunuhan biadap, yaitu > > > pembunuhan pelan-pelan terhadap Presiden Soekarno pencipta > > > Pancasila 1 Juni 1945 sebagai ideologi NKRI, proklamtor > > > kemerdekaan Republik Indonesia dan presiden pertama NKRI. > > > > > > > > > > > > Dan selanjutnya dengan kesaktian Pancasila 1 Juni 1970 sebagai > > > dasar ideologinya, Soeharto memproklamirkan dirinya sendir sebagai > > > presiden di NKRI. Demikian secara singkat proses kupdeta merangkak > > > klik militer fasis (TNI AD) pimpinan Jendral Soeharto; yang hingga > > > saat ini di tetap junjung tinggi oleh rezim neoliberal Jokowi-JK. > > > > > > > > > > > > Roeslan. > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > Menggugat “Hari Kesaktian Pancasila” > > > > > > > > > share on: > > > <http://www.facebook.com/sharer.php?u=http%3A%2F%2Fwww.berdikarionline.com%2Fmenggugat-hari-kesaktian-pancasila%2F> > > > Facebook > > > <https://twitter.com/intent/tweet?text=Menggugat+%E2%80%9CHari+Kesaktian+Pancasila%E2%80%9D > > > > > > <https://twitter.com/intent/tweet?text=Menggugat+%E2%80%9CHari+Kesaktian+Pancasila%E2%80%9D%0b> > > > > > > <https://twitter.com/intent/tweet?text=Menggugat+%E2%80%9CHari+Kesaktian+Pancasila%E2%80%9D%0b> > > > <https://twitter.com/intent/tweet?text=Menggugat+%E2%80%9CHari+Kesaktian+Pancasila%E2%80%9D > > > > > > <https://twitter.com/intent/tweet?text=Menggugat+%E2%80%9CHari+Kesaktian+Pancasila%E2%80%9D%0b> > > > > > > <https://twitter.com/intent/tweet?text=Menggugat+%E2%80%9CHari+Kesaktian+Pancasila%E2%80%9D > > > > > > <https://twitter.com/intent/tweet?text=Menggugat+%E2%80%9CHari+Kesaktian+Pancasila%E2%80%9D&url=http%3A%2F%2Fwww.berdikarionline.com%2Fmenggugat-hari-kesaktian-pancasila%2F&via=Berdikari+Online> > > > > > > &url=http%3A%2F%2Fwww.berdikarionline.com%2Fmenggugat-hari-kesaktian-pancasila%2F&via=Berdikari+Online> > > > &url=http%3A%2F%2Fwww.berdikarionline.com%2Fmenggugat-hari-kesaktian-pancasila%2F&via=Berdikari+Online> > > > &url=http%3A%2F%2Fwww.berdikarionline.com%2Fmenggugat-hari-kesaktian-pancasila%2F&via=Berdikari+Online> > > > Twitter > > > <http://plus.google.com/share?url=http%3A%2F%2Fwww.berdikarionline.com%2Fmenggugat-hari-kesaktian-pancasila%2F> > > > Google + > > > > > > Monumen Pancasila Sakti > > > > > > Coba lihat kejanggalan Orde Baru memperlakukan Pancasila. Di satu > > > sisi, sejak 1 Juni 1970, rezim Orde Baru melarang peringatan Hari > > > Lahirnya Pancasila yang jatuh setiap tanggal 1 Juni. Di sisi lain, > > > Orde Baru kemudian membuat peringatan sendiri, yakni setiap > > > tanggal 1 Oktober sebagai Hari Kesaktian Pancasila. > > > > > > Siapapun tak bisa menyangkal, Pancasila lahir dari pidato Bung > > > Karno tanggal 1 Juni 1945 di hadapan Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai > > > (Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan/BPUPKI). Dan, tidak > > > bisa disangkal pula, bahwa penggali Pancasila adalah Bung Karno. > > > > > > Sayang, sejak Orde Baru berkuasa, proses pemalsuan sejarah > > > intensif dilakukan. Termasuk terkait sejarah Pancasila. Sejak > > > tahun 1971, Orde baru melalui ideolognya, Nugroho Notosusanto, > > > mulai menyusun versi manipulatif terkait sejarah Pancasila. > > > Hasilnya gampang ditebak: peranan Bung Karno dihilangkan dan 1 > > > Juni 1945 sebagai Hari Lahirnya Pancasila dikaburkan. > > > > > > Sebaliknya, Orde Baru kemudian menetapkan 1 Oktober sebagai Hari > > > Kesaktian Pancasila. Ini diputuskan sendiri oleh Soeharto melalui > > > Surat Keputusan Presiden No. 153/1967. Alhasil, selama 32 tahun > > > kekuasaan orde baru, hari kelahiran Pancasila tidak pernah > > > diperingati, tetapi Hari Kesaktian Pancasila selalu diperingati. > > > > > > 1 Oktober sendiri mengacu pada 1 Oktober 1965, yakni peristiwa > > > dimulainya “kudeta merangkak” terhadap pemerintahan Bung Karno. > > > Sejak itu, peringatan 1 Oktober sebagai “Hari Kesaktian Pancasila” > > > menjadi glorifikasi terhadap rezim Orde Baru atas jasa-jasanya > > > menumpas komunisme dan sebagai ‘penyelamat’ Pancasila. > > > > > > Sekarang ini, setelah berbagai fakta sejarah mengenai peristiwa > > > 1965 mulai terungkap, ada baiknya predikat Orde Baru sebagai > > > penyelamat Pancasila perlu ditinjau ulang. Ini sekaligus untuk > > > membersihkan Pancasila dari lumuran dosa rezim Orde Baru. > > > > > > Saya sendiri punya beberapa alasan mengapa peringatan 1 Oktober > > > 1965 itu harus digugat. Pertama, aksi politik yang dilakukan oleh > > > Soeharto dan sekelompok tentara pada 1 Oktober 1965 dan sesudahnya > > > adalah aksi kudeta terhadap pemerintahan yang sah, yakni > > > pemerintahan Bung Karno. Saya kira, tidak etis bila bangsa ini > > > terus merayakan sebuah kejahatan demokrasi, yakni kudeta terhadap > > > pemerintahan yang sah dan didukung oleh rakyat, sebagai Hari > > > Nasional: Kesaktian Pancasila. > > > > > > Kedua, 1 Oktober 1965 merupakan “titik balik” dari perjuangan > > > bangsa Indonesia melawan kolonialisme dan imperialisme. Kita > > > tahu, hanya beberapa minggu setelah Soeharto dilantik sebagai > > > Presiden, PT. Freeport mulai menjarah kekayaan alam di Papua. > > > > > > Lalu, setelah UU PMA tahun 1967 diteken, Soeharto mulai mengundang > > > korporasi asing untuk mengembang-biakkan keuntungannya di > > > Indonesia, dengan menjarah kekayaan alam Indonesia dan menjadikan > > > bangsa Indonesia sebagai kuli murah di negeri sendiri. > > > > > > Praktis, sejak itulah cita-cita Revolusi Nasional Indonesia, yang > > > berkeinginan melikuidasi struktur ekonomi kolonial, telah berakhir > > > di tangan Soeharto dan begawan-begawan ekonominya yang disebut > > > “Mafia Barkeley”. Ironisnya, Soeharto menipu rakyat dengan > > > menyebut sistem ekonomi kapitalistiknya sebagai “ekonomi > > > Pancasila”. > > > > > > Tidak masuk akal, sistem ekonomi yang begitu tuntuk kepada kapital > > > asing, yang hanya memperkaya segelintir kapitalis, yang > > > mengesahkan pencolengan uang negara, yang mewarisi kita hutan > > > luar negeri ribuan Triliun, justru disebut “ekonomi Pancasila”. > > > > > > Ketiga, sejak 1 Oktober 1965, dalam rangka menumpas pendukung Bung > > > Karno dan membangun kekuasaannya, orde baru melakukan pembantaian > > > terhadap jutaan orang. Dari dokumen sejarah yang kita dapatkan > > > hari ini, banyak diantara mereka yang dibantai itu—petani, buruh, > > > mahasiswa kiri, perempuan, seniman progressif, dan > > > intelektual—adalah pendukung loyal politik Bung Karno. > > > > > > Ini adalah kejahatan kemanusiaan. Konon, kejahatan kemanusiaan > > > rezim Orde Baru merupakan tragedi kemanusiaan terbesar kedua > > > setelah Holocaus Nazi/Hitler. Saya kira, sebagai negara yang > > > berdasarkan Pancasila, yang menjunjung tinggi kemanusiaan, tidak > > > pantas memperingati hari dimulainya Genosida (1 Oktober 1965) itu > > > sebagai hari kemenangan nasional. > > > > > > Keempat, 1 Oktober 1965 menandai dimulainya gelombang budaya > > > anti-demokasi dan barbarian. Sejak itu, jutaan buku, terbitan, dan > > > bacaan-bacaan hasil karya manusia Indonesia dibakar. Kebudayaan > > > rakyat yang progressif dan demokratis, karena dianggap budaya PKI, > > > kemudian dimusnahkan dan dilarang. > > > > > > Begitu Orde Baru berkuasa, kritik dan kebebasan berpendapat > > > dilarang. Para seniman tidak bebas berekspresi. Lantas, tidak > > > sedikit media massa, terutama koran, yang dibredel. Di era Orde > > > Baru, membakar buku adalah hal yang lazim. Padahal, kata Heinrich > > > Heine, penyair Jerman yang terkenal itu: “where books are burned, > > > human beings are destined to be burned too…” > > > > > > Kelima, aksi kontra-revolusi Soeharto dan kelompoknya, bagi saya, > > > menyisakan beban sejarah dan kerugian yang sangat besar bagi > > > bangsa Indonesia hingga sekarang. > > > > > > Praktek pemberangusan ideologi di era Orde Baru, terutama ideologi > > > kiri, menyebabkan bangsa kita mengalami kemandekan, miskin > > > imajinasi, tidak kritis, dan kurang kreatif. Hingga sekarang, > > > banyak generasi Indonesia, terutama yang dilahir di era Orba > > > hingga sekarang, masih gelap ketika melihat sejarah negerinya. > > > > > > Sebagian kontrak karya pertambangan yang merugikan bangsa > > > Indonesia, seperti dengan Freeport, adalah hasil kongkalikong > > > Soeharto dan modal asing. Utang luar negeri yang terus membebani > > > APBN kita hingga sekarang juga sebagian besar adalah warisan > > > rezim orde baru. > > > > > > Sekarang ini, 68 tahun usia Pancasila dan menjelang 68 tahun usia > > > Proklamasi Kemerdeaan Republik Indonesia, saatnya kita > > > menyambungkan kembali benang sejarah bangsa yang pernah diputus > > > oleh Orde Baru. Mari menghidupkan kembali roh Pancasila yang > > > sangat anti-kolonialisme dan anti-imperialisme untuk kembali > > > membebaskan negeri ini dari penjajahan baru: neo-kolonialisme. > > > > > > Mahesa Danu > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > Von: GELORA45@yahoogroups.com <mailto:GELORA45@yahoogroups.com> > > > <mailto:GELORA45@yahoogroups.com> > > > [mailto:GELORA45@yahoogroups.com] Gesendet: Sonntag, 2. Oktober > > > 2016 15:07 An: GELORA_In; kh djie Cc: arif.hars...@t-online.de > > > <mailto:arif.hars...@t-online.de> > > > <mailto:arif.hars...@t-online.de> Betreff: Re: [GELORA45] FW: > > > Menggugat “Hari Kesaktian Pancasila” > > > > > > > > > > > > > > > > > > APA YANG SAKTI DIDUNIA INI ......? Jendral Bintang Lima dan > > > Bintang TUJUH pun akhirnya toh masuk Liang Kubur .....Lalu dimana > > > Kesaktiannya ..... ? > > > > > > > > > > > > 2016-10-02 14:19 GMT+02:00 kh djie dji...@gmail.com > > > <mailto:dji...@gmail.com> <mailto:dji...@gmail.com> [GELORA45] > > > <GELORA45@yahoogroups.com > > > <mailto:GELORA45@yahoogroups.com%20%3cmailto:GELORA45@yahoogroups.com%0b> > > > <mailto:GELORA45@yahoogroups.com%0b> > > > <mailto:GELORA45@yahoogroups.com> >: > > > > > > > > > > > > Hari Kesaktian atau hari kesakitan....... ??? > > > > > > > > > > > > 2016-10-02 14:03 GMT+02:00 'arif.hars...@t-online.de' > > > arif.hars...@t-online.de <mailto:arif.hars...@t-online.de> > > > <mailto:arif.hars...@t-online.de> [GELORA45] > > > <GELORA45@yahoogroups.com > > > <mailto:GELORA45@yahoogroups.com%20%3cmailto:GELORA45@yahoogroups.com%0b> > > > <mailto:GELORA45@yahoogroups.com%0b> > > > <mailto:GELORA45@yahoogroups.com> >: > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > Menggugat “Hari Kesaktian Pancasila” > > > > > > > > > > > > > > > " ... 1 Oktober sendiri mengacu pada 1 Oktober 1965, yakni > > > peristiwa dimulainya “kudeta merangkak” terhadap pemerintahan > > > Bung Karno. Sejak itu, peringatan 1 Oktober sebagai “Hari > > > Kesaktian Pancasila” menjadi glorifikasi terhadap rezim Orde Baru > > > atas jasa-jasanya menumpas komunisme dan sebagai ‘penyelamat’ > > > Pancasila. > > > > > > Sekarang ini, setelah berbagai fakta sejarah mengenai peristiwa > > > 1965 mulai terungkap, ada baiknya predikat Orde Baru sebagai > > > penyelamat Pancasila perlu ditinjau ulang. Ini sekaligus untuk > > > membersihkan Pancasila dari lumuran dosa rezim Orde Baru. ... " > > > > > > > > > > > > Selengkapnya: > > > > > > http://www.berdikarionline.com/menggugat-hari-kesaktian-pancasila/?utm_campaign=shareaholic > > > <http://www.berdikarionline.com/menggugat-hari-kesaktian-pancasila/?utm_campaign=shareaholic > > > > > > <http://www.berdikarionline.com/menggugat-hari-kesaktian-pancasila/?utm_campaign=shareaholic%0b> > > > > > > <http://www.berdikarionline.com/menggugat-hari-kesaktian-pancasila/?utm_campaign=shareaholic%0b> > > > <http://www.berdikarionline.com/menggugat-hari-kesaktian-pancasila/?utm_campaign=shareaholic > > > > > > <http://www.berdikarionline.com/menggugat-hari-kesaktian-pancasila/?utm_campaign=shareaholic%0b> > > > > > > <http://www.berdikarionline.com/menggugat-hari-kesaktian-pancasila/?utm_campaign=shareaholic > > > > > > <http://www.berdikarionline.com/menggugat-hari-kesaktian-pancasila/?utm_campaign=shareaholic&utm_medium=facebook&utm_source=socialnetwork> > > > &utm_medium=facebook&utm_source=socialnetwork> > > > &utm_medium=facebook&utm_source=socialnetwork> > > > &utm_medium=facebook&utm_source=socialnetwork> > > > &utm_medium=facebook&utm_source=socialnetwork > > > > > > > > > > > > > > > > > > A.H. > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > >