Jokowi Klaim Utang Tingkatkan Produktivitas Ekonomi RI <http://www.viva.co.id/berita/bisnis/947187-jokowi-klaim-utang-tingkatkan-produktivitas-ekonomi-ri>
Rabu, 16 Agustus 2017 | 15:23 WIB Komentar : Joko Widodo menegaskan bahwa utang yang dimiliki Indonesia telah berhasil meningkatkan skala dan produktivitas ekonomi nasional;saya tanggapi sebagai keputusan/sikap yang keblinger, karena Jokowi dalam konteks ini nampaknya hanya melihat dari satu sisi saja, tidak melihat dapak utang yang harus dibayar, dan kaitannya dengan genersi bangsa di masa depan. Dalam konteks ini , saya ``melihat`` bahwa Permasalahan yang berkitan dengan sumber dana dalam pembangunan Produksivitas Ekonomi adalah adanya kesejangan antara pengeluaran untuk merealisasikan kegiatan pembangunan (investasi) dengan kemampuan membiyayainya . Untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi diperlukan investsi (penanaman modal) yang besar, yang pembiyayaannya tidak bisa dipenuhi hanya dari tabungan masyarakat atau pemerintah saja, sehingga diperlukan pinjaman (utang) dari negara lain. Semua ini menunjukkan adanya kesejangan antara pengeluaran untuk penanaman modal dan kemampuan (dan kemauan) untuk membiyayainya dengan mobilisasi tabungan, yang diistilahkan sebagai ``saving-investment``. Selain itu kegiatan pembanguan biasanya menyangkut kebutuhan untuk nemasukan barang dan jasa, terutama yang tidak atau belum dapat diproduksi sendiri, seperti kapital dan teknologi dari negara lain. Ini merupakan kegiatan impor, hal ini harus dibiyayai dengan devisa yang dasarnya dihasilkan kegiatan ekspor.Masalah yang dihadapi dalam hubungan ini adalah adanya kesejangan antara kebutuhan impor dengan kemampuan membiyayainya, yang ditunjukkan dalam jumlah devisa hasil ekspor yang diperoleh perekonomian nasional. Dalam hal ini berarti terdapat ``impor-ekspor gap``. Negara-negara berekembang pada umumnya menghadapi dua macam kesejangan ini, yaitu kesejangan antara investasi dibanding dengan tabungan dan antara impor yang diperlukan dengan ekspor yang bisa dilaksanakan. Semua itu harus di biyayai, biasnya dengan bantuan dan pinjaman utang luarnegeri. Indonesia adalah termasuk negara yang sedang berkembang, maka keadaan seperti itu dimanfaatkan oleh nega-negara neolibeal yang sudah maju sebagai sarna untuk membiyayai kehidupan mereka dengan cara memberilan utang kepada negara-negara yang sedang berkembang seperti Indonesia. Jadi jangan heran jika Indonesia selalu diberi uantang berapapun besarnya. Karena Pemberian utang telah dijadikan suatu sarana bagi negara-negara Neoliberal unuk membiyayai kehidupannya yang berekelanjutan. Dari Buku yang bejudul Post Kapitalismus Grundrisse einer kommenden ekonomi Suhrkamp (Pos kapitalisme mendasri rencana perjuangan dimasa depan) tulisan PAUL MASON, secara jelas ditunjukkan tentang peranan utang yang dibrikan oleh negara neoliberal kepada negara-nergara yang pertumbuhan ekonominya dipandang lemah; dalam kontels ini: Pemberian Utang adalah sebagai sarana demi kehidupan yang berkelanjutan bagi neaga-nagara Neoliberal. Menurut Paul Mason ada 4 unsur yang harus dipenuhi oleh kaum Neoliberal untuk mempertahankan kehidupannya. Yang salah satunya adalah kebijaksanaan pemberian Utang. Yang di uraiakan sebagai berikut. 1.``Fiatgelt``, adalah yang memungkinkan untuk menjawab setiap negara yang sedang berkembang, seperti NKRI, dimana pertumbuhan ekonominya lemah, dengan cara memberi pertolongan kridit yang sifatnya ``longgar``, tergantung dari pada jangka waktu pengembaliannya dan pada tingkat bunga yang telah ditetapkan. Kebijakan semacam ini telah ditetapkan oleh negara-negara Neoliberal, dengan menggunakan model ``pemompaan`` terhadap negara berkembang, agar supaya bisa hidup terus sehingga dapat dijadikan sarana bagi kehidupan yang berkelanjutan negara-negara Neoliberal. Dalam konteks ini negara-negara Neoliberal telah mempunyai projek untuk mempertahankan kehidupannya. Projek itu dinamaman ``Pemompaan`` (kridit – memberian utang) , untuk menjamin kehidupan negara-negara yang sedang berkembang, yang pertumbuhan ekonominya lemah, seperti Indonesia, akan terus dipompa dengan utang luarnegeri dalam bebtuk kridit ``longgar`` agar supaya bisa hidup. Karena kehidupan negara-negara yang dipompa itu, katakanlah Indonesia, ia akan terus merupakan pemasok surplus ekonomi yang setia kepada pihak pihak asing. Oleh karena itu perlu disadari bahwa menggunakan pinjaman sebagai sarana untuk membiyayai investasi atau sarana untuk membiyayai impor ada implikasinya, yaitu bahwa pada saatnya pinjaman tersebut harus dibayar kembakli dengan kemampuann sendiri, dengan devisa hasil ekspor. Kalau tidak bisa dilakukan, maka pembayaran kembali itu ``terpaksa`` dengan menggunakan pinjaman baru (utang baru), yang dalam istlah orang awan disebut ``gali lubang tutup lubang``. Yang menurut istilah pak Sritua Arif (Konsultan ekonomi disbut ``Fisher Pradox`` Dalam konteks utang luar negeri ada sedikit pelajaran yang perlu kita renungkan, yang berkaitan dengan apa yang disebut FIATGELD, yang telah mengantar kematian negara Texas. Dalam waktu dekat menjelang tahun 1837didirikanlah suatu negara Republik Texas, yang mempunyai simpanan awal Uang di Bank. Dalam mosium di Texsas masih terdapat beberapa lembar uang kertas Texas itu. Pada saat itu Negara baru itu belum mempunyai cadangan Emas sebagai jaminan bagi uwangnya yang di Bank, namun demikian dijamin bahwa negara baru itu bisa mendapatkan bunga setiap tahunnya 10%. Dalam waktu 2 tahun berjalan, nilai tukar 1 dolar Texas sama dengan 4 cend dolar AS. Lima tahun setelah berdirinya negara Texas, simpanan uang di Bank menjdi tidak nyaman, negara Texas melarang warganya untuk membayar pajak. Tidak lama kemudian mulailah warganya dianjurkan untuk mengabungkan diri pada Amerika Serikat. Tidak lama kemudian pada tahun 1845, sebagian dari nilai dolar Texas bisa kembali nilainya. Tapi setelah 5 tahun berlalu yaitu pada tahun 1850 pemerintah AS mendeklarasikan atau mengumumkan bahwa utang Texas sudah pada posisi sangat tinggi yaitu 10 Million Dolar AS(10 juta Dollar AS). Penomena Dolar Texas inilah yang kemuduian dijadikan sebagai suatu pelajaran yang perlu kita cermati, yaitu problim tentang ``Fiatgeld`` , yang dimaksud disini adalah valuta yang tidak didasari oleh cadangan Emas. Perkataan Fiat berasal dari bahasa Latin, yang dalam konteks ini diartikan sebagai Sinar terang >>Fiat Lux<< yaitu Uang sebagai sinar terang, yang disamakan dengan Tuhan (uang ada diatas segala-galanya). Uang Texas itu tidak mempunyai kekuatan, karena Texas hanya mempunyai lahan tanah, sapi dan perusahaan; semuanya itu tidak diakui sebagai tanggungan utang yang jumlahnya berjuta-juta Dolar AS. Jadi Uang kertas Texas kehilangan nilainya, dampaknya adalah Negara Texas lenyap ditelan AS. Pada bulan Agustus 1971 pemerintah AS memutuskan untuk mengulangi kembali penomena dolar Texas, tapi saat sekarang ini seluruh dunia akan dijadikan sebagai laboratoriumnya. Presiden Richard Nixon secara sepihak membuat suatu peraturan bahwa sememua mata uang harus di dasarkan pada Dollar AS, yang didukung oleh cadangan emas. Pada saat itulah semua nilai mata unang secara global telah mengikuti nilai uang yang bersandar pada Fiatgeld. Kita semua tahu bahwa NKRI sampai saat ini masih mengikuti sistem Dollar AS sebagai sandaran mata uangnyanya, tapi sayangnya cadangan emas yang masih terkandung dalam perut bumi sudah digadaikan atau dijual, kareana latah dalam mengejar pertumbhnan yang membabi buta, yang membutuhkan dana ratusan triliun rupiah; misalnya tambang emas di Papua yaitu tambang Grasberg, yang dikerjakan oleh Freeport-McMoRan & Gold-inc (81,28% AS.- Indonesia 9.36%), masih selalu diperpanjang kontraknya sampai 2041. OLeh karena itu sungguh relevan jika dikatakan bahwa utang luarnegeri akan menjerat generasi bangsa dimasa depan. <http://nasional.inilah.com/read/detail/2332600/beban-utang-jerat-generasi-mendatang> http://nasional.inilah.com/read/detail/2332600/beban-utang-jerat-generasi-mendatang. Artinya jika emas kita yang masih berada di perut bumi ini sudah habis dirampok oleh negara-negara Neoliberal, maka sejak itulah generasi masa depan bangsa Indonesia akan menghadapi kesukaran besar untuk mempartahankan NKRI ini. Dalam konteks ini nampknya pak Jokowi tidak memikirkannya secara matang dan mendalam kaera sudah di jejal konsum yang berupa jasa dalam bentuk puji-pujian setinggi langit dari para pebdukung butanya, yang cenderung untuk memjerumuskan. Roeslan Von: GELORA45@yahoogroups.com [mailto:GELORA45@yahoogroups.com] Gesendet: Samstag, 19. August 2017 10:31 An: GELORA45@yahoogroups.com Betreff: Re: [GELORA45] Jokowi Klaim Utang Tingkatkan Produktivitas Ekonomi RI Tugas antek bukan berpikir. Tugas antek cuma melaksanakan kerja; kerja, kerja, kerja. Termasuk bekerja membuat Tap MPR maupun undang-undang / peraturan yang berisi pemikiran majikan. Begitulah imperialisme-modern. Sistem penjarahan-penindasan yang menjunjung "kesopanan" dalam aneka kemasan: "kerjasama ekonomi"; "industri global"; "perdagangan internasional" dlsb. Penjajahan yang cuma bersenjatakan undang-undang bikinan anak jajahan sendiri. Penjajahan yang begitu konstitusional. --- jetaimemucho1@... wrote: Begitulah omongan seorang presiden antek kaum monopoli asing! Tak pernah terlintas dibenaknya upah buruh yang masih di bawah biaya kehidupan layak!!!! Memang lain ya cara dan titik tolak berpikir orang yang sudah mapan, apalagi pejabat, dengan mereka yang berada di jenjang paling bawah dalam masyarakat!!! On Wednesday, August 16, 2017 9:15 PM, Jonathan Goeij wrote: Garam import, beras import, daging import, sayuran import, gula import, apa ya yg nggak import? produktivitasnya tinggi banget ya. --- Jokowi Klaim Utang Tingkatkan Produktivitas Ekonomi RI <http://www.viva.co.id/berita/bisnis/947187-jokowi-klaim-utang-tingkatkan-produktivitas-ekonomi-ri> Rabu, 16 Agustus 2017 | 15:23 WIB Jokowi Klaim Utang Tingkatkan Produktivitas Ekonomi RI <http://cdn-media.viva.id/thumbs2/2016/08/16/57b2a9d224804-penyampaian-pidato-kenegaraan-presiden-jokowi_663_382.jpg> Penyampaian Pidato Kenegaraan Presiden Jokowi VIVA.co.id – Presiden Joko Widodo menegaskan bahwa utang yang dimiliki Indonesia telah berhasil meningkatkan skala dan produktivitas ekonomi nasional. Meskipun utang Indonesia meningkat hingga Rp1.000 triliun, posisi tersebut masih relatif aman. Hal tersebut dikemukakan Kepala Negara dalam pidato kenegaraan, dengan mengacu pada defisit yang relatif lebih rendah dibandingkan negara anggota G-20 maupun negara berkembang, serta pertumbuhan ekonomi Indonesia yang relatif lebih tinggi. “Ini menunjukkan tambahan utang Indonesia telah menghasilkan peningkatan skala dan produktivitas ekonomi,” kata Jokowi, sapaan akrab Presiden, Jakarta, Rabu, 16 Agustus 2017. Jokowi menyebut, meskipun dalam beberapa tahun terakhir pemerintah gencar membangun infrastruktur, namun rasio utang dan defisit terhadap produk domestik bruto tetap berada di bawah 30 persen, dan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara di bawah tiga persen sesuai aturan. Pemerintah pun memastikan akan terus menjaga pengelolaan utang secara hati-hati dan bijaksana untuk menghasilkan dampak positif pembangunan. Sehingga, diharapkan pembangunan infrastruktur yang dipercepat dapat memberikan manfaat bagi seluruh elemen masyarakat. “Pemerintah juga akan terus mengurangi defisit primer, sehingga kesehatan dan keberlanjutan fiskal tetap terjaga,” katanya. Diketahui, total utang Indonesia hingga akhir Mei 2017 telah mencapai Rp3.672 triliun, atau meningkat secara signifikan menjadi Rp1.067,4 triliun, sejak awal pemerintahan Presiden Jokowi pada 2014 silam. Meski begitu, posisi tersebut diklaim masih aman. (ase)