Terlaksanakannya keharmonisan hanya dapat dicapai apa bila bangsa Indonesia

sudah bisa menerima kesadaran Pluralisme secara legowo .

 

Menurut pengamatan saya sejak tahun 2005, yaitu tahum Musyawrah Nasional VII
Majelis Ulama Indonesia (MUI), telah menghasilkan Fatwa-fatwa, yang antara
lain

Pengharaman terhadap kesadaran sekularisme, dan pluralisme. Sejak itulah
mulainya berkobar budaya intoleran yang tercermin dalam sikap FPI yang
secara semena-mena menutup Gereja-gereja, dan menghakimi golongan
Ahmadiayyah, dan lain-lain kekerasan yang beraroma SARA. Dari pengetahuan
secara empiris tersebut, kita tahu hahwa ketidak Harmonisan dalam masyarakat
kita itu ada penyebabnya, jadi gerakan intoleran yang memicu terjadinya
ketidak Harmonisan dalam masyarakat kita itu tidak akan lenyap dengan
sendirinya; karena terjadinya ketidak Harmonisan sudah ditanamkan secara
mendalam dalam masyarakat kita oleh MUI melalui Fatwa HARAM-nya, bagi umat
Islam yang mengikuti aliran Pluralisme yang terkandung dalam jiwa Pancasila
1 Juni 1945; Dalam konteks ini himbauan Jokowi yang mengatakan saya kutip :
`` perbedaan tak halangi hidup dalam keharmonisan`` sungguh relevan jika
kita katakan himbauan yang naif.  Ia nif, karena dalam kenyataan yang kita
saksikan selama ini keharmonisan hidup di NKRI sangat terganggu oleh adanya
Fatwa MUI yang mengharamkan sekularisme, dan pluralisme, yang  ternyata
berdampak sistemik; inilah sebabnya mengapa saya katakan bahwa gerakan
intoleran yang memicu terjadinya ketidak harmonisan dalam masyarakat kita
tidak akan lenyap dengan sendirinya. Bukankah dalam konteks ini ada kelompok
yang menamakan dirinya pengawal Fatwa MUI.

Pluralisme, egaliterisme dan mutikulturalisme adalah bentuk tertinggi
kesadaran manusia yang sudah berada pada tingkatan kesadaran "hijau" >>Green
meme<< (kesadaran ekologi-dalam), adalah suatu kesadaran yang menurut urutan
Spiral Dynamics dari Don Beck Chritopher Cowan ditempatkan dalam jajaran
tingkat ke 6.Dalam tingkatan ini manusia sudah dapat mempunyai perasaan
saling hormat-menghotmati antar sesama manusia, mempunyai rasa kemanusiaan
yang sama, mempunyai kepekaan terhadap dirinya sendiri (kritis terhadap
dirinya sendiri), mempunyai kepekaan terhadap ekologi dan jaringan kehidupan
dalam masyarakat. Dalam kondesi seperti itu, manusia telah dibebaskan dari
segala macam dogma-dogma, dan dalam kondesisi seperti itu manusia telah
bebas dari rasa angkara murka dan kebencian terhadap sesama manusia yang
berlainan kepercayaan, agamnya dan etnis.

Kesadaran semacam itu tidak akan datang dengan sendirinya,  demikian juga
kesadaran Pancasila 1 Junin1945 secara hakiki, ia  juga tidak akan datang
dengan sendirinya,tanpa adanya usaha yang massif dari pemerintah NKRI untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa (bukan sekedar mencerdaskan otak). Kecerdasan
kehidupan adalah kehidupan yang dignity (menaikkan derajat kehidupan),
mencerdaskan kehidupan adalah  to dignity one selve sebagai bagian dari SDM,
meningkatkan kemampuan berpikir dan kemampuan budaya bangsa. Terutama sekali
dalam konteks ini adalah kemampuan dalam memahami doktroin Bineka Tunggal
Ika, dan Pancasila 1 Juni 1945, sebagai ideologi Negara Kesatuan Republik
Indonesia. 

Menurut pengamatan saya di era ``reformasi`` sejak  awal sampai sekarang ini
belum ada suatu pemerintah yang mau melakukan usaha seperti yang saya
utarakan diatas itu. Rezim Jokowi nampaknya tidak ada minat unuk membangunan
SDM, Jokowi hanya menyibukkan dirinya dalam usaha mencari investor yang
kaya, karena NKRI telah disulap menjadi negara yang hidupnya tergantung dari
utang luarnegri dan modal asing. Yah, beginilah dampak dari dominasinya
rezim Neoliberal di NKRI. Kaum Neoliberal tidak sudi pada Bineka Tinggal
Ika, dan juga tidak mempunyai interes terhadap Pancasila 1 Juni 1945. Itulah
pula sebabnya  terjadinya kitidak harmosisan dalam masyarakat kita. 

salam

Roeslan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Von: GELORA45@yahoogroups.com [mailto:GELORA45@yahoogroups.com] 
Gesendet: Samstag, 22. April 2017 08:33
An: GELORA_In
Betreff: [GELORA45] Presiden: perbedaan tak halangi hidup dalam keharmonisan
; Begini Cara Kementan Ajak Pemuda Turun ke Sawah

 

  


Presiden: perbedaan tak halangi hidup dalam keharmonisan


Sabtu, 22 April 2017 12:30 WIB | 368 Views

Pewarta: Joko Susilo

Das Bild wurde vom Absender entfernt. Presiden: perbedaan tak halangi hidup
dalam keharmonisan

Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam cuitan menyambut Hari Raya Nyepi bagi
umat Hindu melalui akun Twitter @jokowi pada Selasa (28/3/2017).
(twitter.com/@jokowi)

Jakarta (ANTARA News) - Presiden Joko Widodo mengatakan perbedaan latar
belakang suku, agama, dan budaya bukanlah penghalang untuk bersatu dan bukan
pula penghalang untuk hidup dalam keharmonisan.

"Sekali lagi bukan penghalang bagi kita hidup dalam keharmonisan, dalam
kehidupan sehari-hari yang saling menghormati, saling membantu dan saling
membangun solidaritas sosial yang kokoh," kata Presiden saat menghadiri
Dharmasanti Nasional Perayaan Hari Suci Nyepi Tahun Baru Saka 1939 di
Jakarta, Sabtu.

Jokowi mengatakan Indonesia yang memiliki 714 suku atau data BPS 1.340 suku,
dimana semua perbedaan itu tidak harus diseragamkan dan tidak juga harus
ditiadakan dan bahkan dilenyapkan.

"Semua perbedaan dan keragaman itu justru harus diikat oleh tali-tali
persaudaraan, tali-tali kebersamaan dan tali tali persatuan," tegasnya.

Presiden mengatakan Indonesia harus bersyukur karena dalam mengelola
keragaman, mengolah kemajemukan kita memiliki Pancasila dan Bhineka Tunggal
Ika. 


Baca juga: (
<http://www.antaranews.com/berita/625458/presiden-hadiri-peringatan-hari-ray
a-nyepi-2017> Presiden hadiri peringatan hari raya Nyepi 2017)


"Pancasila sebagai dasar negara, Pancasila sebagai falsafah hidup bangsa dan
pemersatu kita semuanya. Kita juga mempunyai Bhineka Tunggal Ika yang
menjadi pilar kebangsaan yang kokoh untuk mencegah dan merawat Indonesia
yang majemuk," kata Jokowi.

Presiden mengatakan pilar kebangsaan untuk mewujudkan Indonesia yang bersatu
Indonesia yang harmonis Indonesia yang damai.

"Saya yakin dengan berpegang pada Pancasila dengan menjunjung tinggi semua
Tunggal Ika kita akan tetap bersatu dan bersatu kita akan maju bersama akan
sejahtera bersama untuk menyongsong masa depan bangsa," katanya.

Dalam kesempatan ini, Presiden juga menyampaikan selamat menyambut tahun
baru Saka 1939 kepada seluruh umat Hindu di seluruh pelosok tanah air.

"Disertai dengan ucapan selamat hari Nyepi dan juga selamat hari raya
Galungan dan Kuningan. Semoga perayaan Nyepi yang waktunya berdekatan dengan
hari raya Galungan dan Kuningan bisa memberikan keheningan jiwa rasa santi
atau kedamaian dan juga jaga dia itu atau kesejahteraan bagi kita semuanya,"
kata Presiden. 

Editor: Unggul Tri Ratomo

 


 


Begini Cara Kementan Ajak Pemuda Turun ke Sawah


Danang Sugianto - detikFinance

Sabtu 22 Apr 2017, 12:18 WIB

https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/3481361/begini-cara-kementan
-ajak-pemuda-turun-ke-sawah

Das Bild wurde vom Absender entfernt. Begini Cara Kementan Ajak Pemuda Turun
ke Sawah

Ilustrasi Foto: Yulida Medistiara/detikFinance

Gorontalo - Kementerian Pertanian (Kementan) mengubah skema penyaluran
bantuan alat mesin pertanian (alsintan) dengan membentuk brigade. Brigade
itulah yang nantinya akan mengelola alsintan dari pemerintah untuk
dimanfaatkan oleh petani.

Direktur Pengolahan dan Pemasaran Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
Yanuardi menjelaskan, sebelumnya bantuan alsintan diberikan melalui kelompok
tani. Namun ternyata banyak alsintan baik para maupun pasca panen tidak
digunakan secara maksimal.

"Jadi masuk ke kelompok, kelompok merasa memiliki jadi kelompok lain tidak
dipinjamkan. Kita amati banyak traktor banyak alat panen yang tidur tidak
dipakai, dipakainya sekali setahun. Pakai sekali kemudian tidur," tuturnya
di Gorontalo, Sabtu (22/4/2017).

Atas dasar itulah, tahun ini Kementerian Pertanian mengubah skema
penyalurannya dengan membentuk brigade. Brigade yang akan menampung alsintan
milik pemerintah yang kemudian nantinya akan dipinjamkan ke petani sesuai
kebutuhannya saja.

"Jadi kelompok petani A mau minjam tinggal hubungi brigade. Ada lagi
kelompok B pindah lagi ke sana. Jadi dipakai secara maksimal, tidak ada lagi
alat yang nganggur. Tujuannya bisa serentak tanam, serentak panen. Dipakai
ketika panen, bajak, tanam, akhirnya alat itu berputar terus, itu
tujuannya," terangnya.

Lewat brigade pemerintah juga berharap bisa menarik para pemuda desa untuk
menjadi operator alsintan. Sehingga dengan begitu bisa meningkatkan kembali
minat para pemuda desa untuk turun kesawah.

"Selama ini pemuda malas masuk ke sawah. Kalau kata Pak Menteri dengan
adanya teknologi mereka bekerja hanya duduk, bisa sambil menelpon pacarnya.
Kita ingin pemuda-pemuda itu masuk ke sawah lewat teknologi," imbuhnya.

Skema brigade sebenarnya sudah di mulai di Grontalo. Provinsi ini sudah
terbilang sukses menerapkan skema brigade.

Kadis Pertanian Gorontalo Mulyadi Mario menjelaskan, gagasan menerapkan
brigade di Grontalo didasari ketika para petani teriak mahalnya biaya sewa
alsintan. Bahkan ada kelompok tani yang menyewakan alsintan dari pemerintah
ke petani lainnya.

"Pola bantuan sebelumnya kan diserahkan ke kelompok. Tapi kenyataannya
ketua-ketua kelompok ini menguasai alat itu kemudian disewakan. Sewanya
bervariasi dari Rp 1,5-2 juta per hektar sampai siap tanam," imbunya.

Namun kini Gorontalo sudah membentuk brigade yang terbagi dalam 1 brigade
provinsi. Brigade provinsi itu membawahi kabupaten/kota yang membentu 5-6
rayon layanan.

"Birgade provinsi sifatnya menunjang rayon, kalau rayon-rayon kekurangan
alat baru dipinjamkan," terangnya.

Mulyadi menjelaskan, untuk mekanisme peminjaman, petani harus mengajukan
permohonan yang diketahui terlebih dahylu oleh kepala desa. Hal itu sebagai
bentuk pernyataan bahwa benar ada lahan yang harus digarap.

"Kemudian diajukan ke kabupaten/kota. Saat itu baru diproses," imbuhnya.

Mulyadi mengatakan, petani tidak harus membayar sewa alsintan ke brigade.
Namun ada biaya-biaya yang harus ditanggung seperti biaya operator, bahan
bakar dan pengiriman.

"Ya kurang lebih hanya Rp 600-700 ribu per hektar itu bedanya saja sudah
jauh," tukasnya.

Untuk operator birgade di Gorontalo telah menyerap 250 orang. Namun
kebutuhan operator alsintan di Gorontalo mencapai 400 orang sehingga masih
dibutuhkan tenaga operator sebanyak 150 orang.

Minat para penduduk desa di Gorontalo untuk menjadi operator brigade cukup
besar. Bagaimana tidak, meski tidak digaji tapi mereka bisa mendapatkan
penghasilan hingga Rp 900 ribu per hari.

"Jadi per hektar operator bisa dapat Rp 300 ribu. Per hari dia bisa garap 3
hektar. Karena saya minta kumpulkan dulu hingga 25 hektar kalau ada
permintaan. Setelah 25 hektar baru saya kirim. Karena 1 alat minimal bisa
garap 25 hektar," tandasnya. (ang/ang)

 



Kirim email ke