----- Pesan yang Diteruskan ----- Dari: 'Chan CT' sa...@netvigator.com [nasional-list] <nasional-l...@yahoogroups.com>Kepada: GELORA_In <GELORA45@yahoogroups.com>Terkirim: Kamis, 23 November 2017 01.35.54 GMT+1Judul: [nasional-list] Fw: [GELORA45] Faisal Basri: Ekonomi Indonesia Makin Kontet ----- Ekspor Tumbuh 17 Persen, Sri Mulyani: Itu Fenomenal
From: Awind j.gedea...@upcmail.nl [GELORA45] Sent: Thursday, November 23, 2017 7:15 AM https://bisnis.tempo.co/read/1036198/faisal-basri-ekonomi-indonesia-makin-kontet?BeritaUtama&campaign=BeritaUtama_Click_1 Faisal Basri: Ekonomi Indonesia Makin Kontet Reporter: Caesar Akbar Editor: Yudono Yanuar Rabu, 22 November 2017 23:07 WIB Prajurit Satgas Pembangunan Jalan Trans Papua Denzipur 12/OHH Nabire dan Denzipur 13/PPA Sorong Zeni TNI AD (POP 1) mengoperasikan alat berat dalam pembangunan jalan di Distrik Mbua, Kabupaten Nduga, Papua, 23 Maret 2016. TNI AD melakukan pembangunan dan peningkatan jalan Wemena-Mumugu sejauh 278 km. ANTARA/Sigid Kurniawan TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Faisal Basri mengatakan perekonomian Indonesia trennya melambat, baik jangka panjang maupun menengah. Perlambatan itu, kata dia, apabila diikuti setiap tahunnya terlihat perlahan tapi pasti. Sebelumnya, kata Faisal pertumbuhan ekonomi Indonesia pernah menginjak 8 persen, sekarang menjadi sekitar 5 persen. Baca juga: Belanja Masyarakat Turun, Kepala Bappenas: Beralih untuk Leisure "Jadi jangan mimpi macam-macam dulu ya. Ekonomi Indonesia makin kontet," kata dia di Hotel Shangri-La, Jakarta, Rabu, 22 November 2017. Dia mengkritik kebijakan Presiden Joko Widodo. "Banyak yang aneh-aneh," kata dia. Gagasan yang dikritik, misalnya, ide mendorong pertumbuhan ekonomi dari pinggiran, perbatasan dan kawasan timur Indonesia. Alasannya, dia melihat meski pemerintah mengusung ide itu, kenyataan yang terjadi di lapangan malah berkebalikan. Dia mengambil contoh pertumbuhan ekonomi di Bali dan Nusa Tenggara Timur yang merosot dari sekitar 10 persen menjadi 5 persen, lalu kini hanya sekitar 2 persen. "Di Papua dan Sulawesi juga, semua turun." Dia menuturkan ternyata ada perbedaan antara persepsi yang dibawa dengan kenyataan yang sesungguhnya ada di lapangan. Peredaran duit, kata dia, tidak jauh berbeda. Masih beredar di kawasan Jawa dan Sumatera. "Ada yang salah dengan strategi pak Jokowi. Negara dominan tapi Indonesia Timur sengsara," ucapnya. Selanjutnya dia menuturkan pertumbuhan ekonomi tahun depan bakal sama seperti sekarang. "Bergeming di 5 persen," ujarnya. Dalam beberapa tahun terakhir, kata Faisal, perekonomian Indonesia terus merosot lantaran minimnya sumber pengungkit perekonomian. "Persoalannya energi yang kurang, darah yang kurang, dan kekuatan jantung yang melemah." Maksudnya, saat ini sumber pengungkit yang ada, kata dia, hanya satu, yakni penerimaan devisa dari sektor pariwisata sebesar US$ 11 miliar. Namun, Faisal berujar penerimaan itu ludes dalam sekejap gara-gara defisit minyak US$ 11,2 miliar. Kondisi itu juga diikuti oleh lesunya industri perbankan Indonesia. Penyaluran kredit perbankan relatif terbatas. Masyarakat juga lebih banyak menaruh uang di bank ketimbang belanja. Ditambah lagi, kata Faisal, kemampuan penerimaan pajak juga terbatas. "Jadi ini gak sembarangan," ujarnya. Untuk menyelesaikan perkara itu, Faisal mengatakan, solusinya mesti struktural dan mendasar. "Jangan pakai doping, karena doping kan merusak tubuh," ujarnya. Penyelesaian itu tidak bisa instan dan diperkirakan membutuhkan waktu dua sampai tiga tahun. Faisal mengatakan, setelah dilakukan konsolidasi, barulah pada 2020 bisa dipastikan perekonomian Indonesia bisa lepas landas. Dia meminta pemerintah tidak memaksakan pertumbuhan yang lebih tinggi tahun depan lantaran hasilnya diprediksi bakal tiada beda dengan sekarang. "Dikonsolidasikan lah semua. Jalan tertib jangan ugal-ugalan. kalau ugal-ugalan hasilnya juga menyakitkan," kata Faisal Basri tentang perekonomian Indonesia. - Ekonomi Indonesia - Faisal Basri ======================= https://bisnis.tempo.co/read/1035999/ekspor-tumbuh-17-persen-sri-mulyani-itu-fenomenal Ekspor Tumbuh 17 Persen, Sri Mulyani: Itu Fenomenal Reporter: Caesar Akbar Editor: Rr. Ariyani Yakti Widyastuti Rabu, 22 November 2017 13:04 WIB 0 komentar 702110 - Font: - Ukuran Font: - + - - Kini Anda dapat mengganti jenis dan ukuran font sesuai preferensi Anda. Saya mengerti Sri Mulyani Indrawati: TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebutkan ada fenomena cukup positif dalam tiga tahun terakhir. Dua hal yang cukup melegakan adalah adanya pertumbuhan dari sisi investasi dan ekspor. "Bahkan ekspor meningkat 17 persen. Itu fenomenal dibanding sebelumnya," ujarnya di Hotel Shangri-La, Jakarta, Rabu, 22 November 2017. Baca: ADB: Ekspor Naik, Ekonomi Asia Akan Tumbuh Lebih Cepat Sri Mulyani menjelaskan, pada kuartal ketiga tahun ini, pertumbuhan ekspor ditunjang dengan membaiknya kondisi eksternal belakangan. Ekspor tumbuh 17,3 persen atau melampaui impor, yang naik 15,1 persen. Adapun investasi selama kuartal ketiga, yang tumbuh 7,1 persen dan ditambah dengan persepsi risiko investasi di Indonesia yang membaik, diharapkan bisa mendorong semakin banyak modal yang ditanamkan. Saat ini, Indonesia sudah meraih investment grade dari tiga rating agency. "Kita berharap akan terus menerus meningkat," katanya. Selanjutnya, hal-hal yang disebut itu menyokong indeks bersaing Indonesia naik lima peringkat, dari ke-41 menjadi ke-36. Begitu pula dengan peringkat kemudahan berbisnis Indonesia yang naik dalam dua tahun terakhir menuju peringkat ke-72. "Dan sekarang kita mikir siapa di depan kita dan siapa yang kita lewati," ucapnya. Sri Mulyani menilai mulai pulihnya investasi yang disertai impor bahan baku dan bahan modal serta denyut investasi yang mulai muncul perlu dijaga pemerintah. "Indikator menunjukkan fokus pemerintah memperbaiki iklim investasi menunjukkan adanya konfirmasi bahwa ada apresiasi positif," tuturnya. Ekspor dan investasi ini merupakan faktor terpenting dan membedakan dalam pertumbuhan ekonomi yang muncul pada kuartal ketiga tahun ini. Sepanjang kuartal ketiga, ekonomi tercatat tumbuh 5,06 persen year-on-year. "Kami melihat ada dua faktor yang sangat berbeda sekali track-nya dibandingkan dengan kuartal-kuartal sebelumnya, yaitu investasi dan ekspor," katanya. - Sri Mulyani - ekspor - Investasi - Pertumbuhan Ekonomi